7 Cara Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran
Saturday 7 January 2017
Add Comment
7 Cara
Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran_ Sebagai guru yang baik mesti memahami dan mengetahui
apakah materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa telah benar-benar dipahami
siswa atau belum, karena terkadang ketika siswa ditanya “apakah sudah memahami
pelajaran tersebut, mereka terkadang diam saja, atau mengangguk-ngangguk, biasa
juga menyahut bahwa telah paham padahal mereka belum paham.
Berangkat dari hal tersebut guru dituntut menerapkan metode atau cara yang bisa mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran. Sebelum kita terlanjur membahas tentang bagaimana cara mengukur pemahaman siswa dalam pembelajaran, sebaiknya kita terlebih dahulu mencoba mengkaji pengertian dari pemahaman itu sendiri. Pemahaman diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau menanamkan. ”Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan”. Seorang siswa dapat dikatakan paham yaitu apabila dia dapat membangun hubungan atau mengkonstruksikan inti dari berbagai ranah pengetahuannya atau menciptakan inti dari beberapa objek. Siswa yang paham adalah siswa yang dapat mengkoneksikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru didapatkannya.
Baca juga:
5 Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Nagh setelah mengetahui pengertian dari pemahaman selanjutnya kita akan mengulas Cara mengukur pemahaman siswa dalam pembelajaran. Langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif, berikut ulasannya:
7 Cara Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran
1. Menafsirkan (interpreting)
Cara pertama mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara penafsiran. Penafsiran terjadi saat seorang siswa dapat mengubah suatu bentuk informasi pada bentuk infomasi yang lain. Misalnya dari grafik ke kalimat atau sebaliknya, dari kata ke angka atau sebaliknya, maupun dari kata ke kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. format asesment berupa format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban).
3. Mengklasifikasikan (classifying)
Cara ketiga mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara mengklasifikasikan. Seorang siswa disebut memahami saat dia dapat mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengklasifikasikan ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. Melibatkan proses medeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Format Asesment: Tes Jawaban singkat, siswa diberi contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai dengan contoh. Tes Pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsip dari pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Atau siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan menempatkan satuu contoh ke dalam salah satu dari banyak kategori.
4. Meringkas (Summarizing)
Cara keempat mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara meringkas. Meringkas merupakan kegiatan membuat suatu pertanyaan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya, yairu dapat menspesifikkan suatu kondisi. Proses membuat ringkasan informasi. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi. Format asesmen: Tes jawaban singkat atau pilihan ganda yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman.
5. Menarik inferensi (inferring)
Cara kelima mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara menarik inferensi. Infering terjadi saat seorang siswa mampu mengabstraksikan sebuah sampel atau menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Misalnya, memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama sepuluh tahun terakhir. Disebut juga mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi dan menyimpulkan. Format asesmen berupa tes melengkapi, tes analogi, dan tes pengecualian.
6. Membandingkan (comparing)
Cara keenam mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara membandingkan. Seorang siswa dapat membandingkan saat dia dapat mendeteksi persamaan dan perbedaaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih. Melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal. Format asesmen berupa pemetaan.
7. Menjelaskan (explaining)
Cara ketujuh mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara menjelaskan. Siswa dapat menjelaskan saat dia dapat memberikan model dari suatu teori atau dapat mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem. Menjelaskan, membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Format asesmen menjelaskan adalah berupa tugas-tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi.
Demikianlah sedikit pemaparan 7 Cara Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran yang bisa guru coba untuk aplikasikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran. Semoga artikel ini bermanfaat.
Berangkat dari hal tersebut guru dituntut menerapkan metode atau cara yang bisa mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap suatu pembelajaran. Sebelum kita terlanjur membahas tentang bagaimana cara mengukur pemahaman siswa dalam pembelajaran, sebaiknya kita terlebih dahulu mencoba mengkaji pengertian dari pemahaman itu sendiri. Pemahaman diartikan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau menanamkan. ”Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan”. Seorang siswa dapat dikatakan paham yaitu apabila dia dapat membangun hubungan atau mengkonstruksikan inti dari berbagai ranah pengetahuannya atau menciptakan inti dari beberapa objek. Siswa yang paham adalah siswa yang dapat mengkoneksikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan yang baru didapatkannya.
Baca juga:
5 Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Nagh setelah mengetahui pengertian dari pemahaman selanjutnya kita akan mengulas Cara mengukur pemahaman siswa dalam pembelajaran. Langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif, berikut ulasannya:
7 Cara Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran
1. Menafsirkan (interpreting)
Cara pertama mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara penafsiran. Penafsiran terjadi saat seorang siswa dapat mengubah suatu bentuk informasi pada bentuk infomasi yang lain. Misalnya dari grafik ke kalimat atau sebaliknya, dari kata ke angka atau sebaliknya, maupun dari kata ke kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. format asesment berupa format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban).
2. Memberikan contoh (exemplifying)
Cara kedua mengukur pemahaman siswa terhadap
pembelajaran yakni melalui cara mencontohkan. Mencontohkan atau
mengilustrasikan dapat dilakukan seorang siswa dapat dikatakan paham saat dia
dapat memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum.
Memberikan contoh ini dapat menunjukkan bahwa seorang siswa sebagai wujud yang
dapat atau mampu mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya
menggunakan ciri-ciri dari konsep yang didapatkan tersebut untuk membuat
contoh. Mencontohkan melibatkan proses indetifikasi ciri-ciri pokok dari konsep
ataupun prinsip umum.. Format assesment: Format tes, jawaban singkat (siswa
mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban). 3. Mengklasifikasikan (classifying)
Cara ketiga mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara mengklasifikasikan. Seorang siswa disebut memahami saat dia dapat mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengklasifikasikan ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena. Melibatkan proses medeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Format Asesment: Tes Jawaban singkat, siswa diberi contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai dengan contoh. Tes Pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsip dari pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Atau siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan menempatkan satuu contoh ke dalam salah satu dari banyak kategori.
4. Meringkas (Summarizing)
Cara keempat mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara meringkas. Meringkas merupakan kegiatan membuat suatu pertanyaan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya, yairu dapat menspesifikkan suatu kondisi. Proses membuat ringkasan informasi. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi. Format asesmen: Tes jawaban singkat atau pilihan ganda yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman.
5. Menarik inferensi (inferring)
Cara kelima mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara menarik inferensi. Infering terjadi saat seorang siswa mampu mengabstraksikan sebuah sampel atau menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Misalnya, memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama sepuluh tahun terakhir. Disebut juga mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi dan menyimpulkan. Format asesmen berupa tes melengkapi, tes analogi, dan tes pengecualian.
6. Membandingkan (comparing)
Cara keenam mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara membandingkan. Seorang siswa dapat membandingkan saat dia dapat mendeteksi persamaan dan perbedaaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih. Melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal. Format asesmen berupa pemetaan.
7. Menjelaskan (explaining)
Cara ketujuh mengukur pemahaman siswa terhadap pembelajaran yakni melalui cara menjelaskan. Siswa dapat menjelaskan saat dia dapat memberikan model dari suatu teori atau dapat mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem. Menjelaskan, membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Format asesmen menjelaskan adalah berupa tugas-tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi.
Demikianlah sedikit pemaparan 7 Cara Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran yang bisa guru coba untuk aplikasikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran. Semoga artikel ini bermanfaat.
0 Response to "7 Cara Mengukur Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran"
Post a Comment