PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
Sunday 3 April 2016
Add Comment
PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
1. PengertianPemimpin dan Kepemimpinan
Secara etimologi pemimpin dan kepemimpinan berasal dari kata
pimpin (to lead) kemudian dengan penambahan imbuhan (konjungsi) berubah
menjadi pemimpin (leader) dan
kepemimpinan (leadership). Dalam kepemimpinan terdapat
hubungan antara manusia yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan
hubungan kepatuhan/ketaatan para bawahan karena dipengaruhi olen kewibawaan
pemimpin.
Pemimpin dan kepemimpinan tersebut bersifat universal, artinya
selalu ada dan senantiasa diperlukan pada setiap usaha bersama manusia dalam
segenap organisasi mulai dari tingkat yang paling kecil atau intim, yaitu
keluarga, sampai pada tingkat desa, kota, negara, dari tingkat lokal, regional
sampai nasional dan internasional, di manapun dan kapanpun juga.
Secara etimologi telah banyak konsep yang telah dikemukakan oleh
para ahli tentang pengertian pemimpin dan kepemimpinan. Diantaranya Alan C.
Filley dalam kutipan Moeftie W (1987) merumuskan pengertian pemimpin dan
kepemimpinan sebagai berikut: kepemimpinan adalan proses seseorang menggunakan
pengaruh kemasyarakatannya, terhadap para anggota suatu kelompok lainnya (leadership
is a process where by one person exert social ifluence over the member of the
group). Sedangkan pemimpin adalah seorang dengan daya kekuatannya terhadap
orang lain melakukan wewenang untuk tujuan mempengaruhi tatalaku mereka (a
leader is a person with power over other who exercise this power for the
purpose of influencing their behaviour).
Sedangkan Kartini Kartono (1992) memberikan pengertian pemimpin
dan kepemimpinan sebagai berikut : pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan di suatu bidang sehingga
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu,
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan, sedangkan kepemimpinan itu sifat
spesifik, khas diperlukan bagi satu situasi khusus yang harus sesuai dan bisa
diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan serta pas dengan situasi zamannya.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, disimpulkan
bahwa yang disebut dengan pemimpin adalah jika seseorang mampu mempengaruhi
orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan kepemimpinan adalah
suatu proses yang mengarahkan dan mempengaruhi serta melibatkan/menggerakkan
orang lain atau kelompok orang untuk mencapai tujuan seseorang atau kelompok
dalam situasi tertentu. Kepemimpinan tersebut terjadi jika di dalamnya
terpenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
a. Ada
orang-orang atau pihak yang mempengaruhi atau menggerakkan (yang
memimpin/pimpinan).
b. Ada orang-orang atau pihak yang dipengaruhi atau digerakkan untuk
mencapai tujuan tertentu (yang dipimpin/bawahan).
Pengertian kepemimpinan demikian mempunyai
ruang lingkup yang luas. Artinya bisa saja terjadi di luar
organisasi/perusahaan yang tanpa dibatasi oleh aturan dan birokrasi serta
tatakrama organisasi, yaitu manakala seorang mampu mempengaruhi orang lain ke
arah pencapaian suatu tujuan.
Apabila dihubungkan dengan manajemen maka
kepemimpinan tersebut dibatasi oleh aturan-aturan birokrasi dan tatakrama
organisasi. Dengan kata lain bahwa manajemen/manajer merupakan jenis pemikiran
yang khusus dari kepemimpinan. Munir (1988) menyebut dengan kepemimpinan dalam
organisasi kerja atau kepemimpinan manajemen yaitu suatu kepemimpinan yang
bersifat sebagai proses pengarahan terhadap pencapaian tujuan dan pembinaan
atas tenaga atau orang yang terlibat dalam proses pencapaian tujuan itu dengan
cara mempengaruhi, memotivasi dan mengendalikannya.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Siagian
(1988) menyatakan bahwa: ditinjau dari segi manajemen, kepemimpinan harus
diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar
rela, mampu dan dapat mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya dengan efisien, efektif dan ekonomis.
Dalam proses kepemimpinan manajemen
dijalankan oleh para manajer pada seluruh tingkatan manajemen melalui
pelaksanaan keseluruhan fungsi-fungsi manajemen. Sehingga seorang manajer bisa
sebagai seorang pemimpin yaitu pada saat manajer tersebut mampu mempengaruhi perilaku
bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi seorang pemimpin belum tentu
seorang manajer.
2. Pendekatan
Studi Kepemimpinan
Berbagai
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahi tentang kepemimpinan telah
menghasilkan berbagai teori atau pendekatan mengenai kepemimpinan. Teori-teori
kepemimpinan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga pendekatan dalam
menjelaskan apa yang sebenarnya membuat seorang pimpinan dalam kepemimpinannya
itu efektif.
Marwah Asri
dan Suprihantio (1986) mengemukakan tiga pendekatan dalam kepemimpinan, adalah
:
1.Traits, cara
pendekatan terhadap sifat-sifat pemimpin (sifat kepemimpinan telah ada
sejak lahir), tidak bisa dipelajari.
2. Behavior, cara pendekatan dengan melihat perilaku
(mempelajari apa yang dilakukan oleh perilaku yang aktif), bisa
dipelajari.
3. Contengency, cara
pendekatan dengan melihat situasi.
Adapun
penjelasan ketiga bentuk pendekatan di atas diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
a. Kepemimpinan
Menurut Teori Sifat/Ciri-Ciri (Threats)
Teori ini memandang bahwa kepemimpinan merupakan suatu kombinasi
sifat-sifat bawaan yang tampak, berlaku universal yang dimiliki oleh seorang pemimpin
yang efektif dalam keadaan apapun. Sifat-sifat bawaan yang ideal diinginkan
dalam diri seorang pemimpin mencakup tentang pandangan, pengetahuan,
kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas, kepandaian berbicara, pengendalian
dan keseimbangan mental maupun emosiona1, bentuk fisik, pergaulan sosia1 dan
persahabatan, dorongan antusiasme dan lain·lain.
Keberhasilan kepemimpinan tertentu, yang merupakan kepribadian
pemimpin yang menonjol dibandingkan sifat-sifat yang ada pada bawahannya. Namun
dalam kenyataannya. tidak satupun pemimpin yang memiliki keseluruhan
sifat-sifat ideal secara semprna. Sehingga menurut kebanyakan ahli menyatakan
bahwa pendekatan sifat boleh jadi menarik, tetapi sama sekali tidak efisien
untuk mengidentifikasikan dan memprediksikan potensi kepemimpinan .
b. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavior)
Pendekatan dengan teori perilaku mencoba untuk melihat dan
menemukan bagaimana perilaku para pimpinan yang efektif, bagaimana mereka
melakukan pendelegasian tugas, berkomunikasi, memotivasi, pemberian sanksi atau
hukum dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan ini diharapkan memberikan jawaban yang lcbih
definitif mengenai kepemimpinan, yaitu dengan mengidentifikasikan peri1aku-perilaku
tertentu yang diperagakan oleh pemimpin, sehingga dengan demikian dapat
mempersiapkan orang·orang untuk menjadi pemimpin melalui pelatihan
kepemimpinan. Telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan perilaku dan menghasilkan berbagai gaya kepemimpinan. Penelitian
tcrsebut antara lain:
1). Studi Kepemimpinan Universitas Ohio
Studi ini didasarkan pada pemikiran dasar
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dalam menjalankan tugas-tugas
kepemimpinannya terlihat pada dua jenis perilaku. Pertama; sejauhmana seorang
pemimpin memberikan penekanan pada peranannya selaku pemrakarsa struktur tugas
yang akan dilaksanakan bawahannya. Kedua; sampai sejauh mana dan dalam bentuk
apa seorang pemimpin memberikan perhatian kepada bawahannya. Hasil dari
penelitian ini ditemukan dua dimensi utama yang selalu muncul yaitu perhatian (consideration) dan struktur pengambilan
inisiatif (initiating structure).
2). Studi Kepemimpinan Universitas Michigan
Studi ini dilakukan oleh Pusat Survei
Universitas Michigan pada tahun 1947. Studi ini bertujuan untuk menentukan
prinsip-prinsip yang mempengaruhi produktivitas kelompok kerja dan kepuasan
anggota kelompok atas dasar partisipasi yang mereka berikan. Hasil dari studi
ini menemukan adanya perilaku kelompok pemimpin yang berorientasi pada
bawahannya (employee oriented) dan perilaku kelompok pemimpin yang
berotientasi kepada pekerjaan ( job oriented).
3). Sikap Kepemimpinan “Managerial Grid”
Pendekatan perilaku kepemimpinan manajerial
grid ini dikembangkan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton. Dalam
pendekatan int dikenal ada dua macam perilaku pimpinan yaitu perilaku pimpinan
yang berorientasi pada produksi (concern for
production) dan perilaku yang berorientasi pada orang (concern for
people).
c. Kepemimpinan Berdasarkan Teori Situasional
Pendekatan dengan teori situasional ini
menyatakan bahwa menjadi pemimpin yang efektif itu sangat dipengaruhi oleh
beraneka ragamnya faktor situasi organisasional yang dihadapi. Sutarto (1995)
mengangkat beberapa faktor situasional yang ditemukan berpengaruh pada gaya kepemimpinan yaitu : berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan antara lain: sifat pribadi
sesama pemimpin; struktur organisasi; tujuan organisasi; kegiatan yang dilakukan;
motivasi kerja; harapan pemimpin maupun bawahan; adat, tradisi, kebiasaan,
budaya, lingkungan
kerja; tingkat pendidikan pemimpin maupun bawahan; lokasi perusahaan/organisasi;
kebijaksanaan atasan; tekno1ogi; peraturan perundang-undangan yang berlaku;
ekonomi, politik, keamanan yang sedang berlangsung di sekitarnya.
Dengan pendekatan situasional ini,
efektivitas kepemimpinan seseorang sangat dominan ditentukan oleh kemampuannya
untuk “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
sedemikian rupa agar cocok/sesuai dan mampu memenuhi tuntutan situasi yang
dihadapi.
Kepemimpinan situasional menurut Blanchard
seperti dalam kutipan Toha (1994) adalah didasarkan pada saling berhubungannya
diantara hal-hal berikut ini:
1. Jumlah penduduk dan pengarahan yang diberikan
oleh pimpinan (perilaku tugas/pengarahan ).
2. Jumlah dukungan sosio emosional yang
diberikan oleh pimpinan (perilaku hubungan/dukungan).
3. Tingkat kesiapan atau kematangan
pengikut/bawahan yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau
tujuan tertentu.
Dengan demikian walaupun terdapat banyak
variabel-variabel situasional yang penting lainnya seperti yang dikemukakan di
atas, akan tetapi dalam kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku
pemimpin dan bawahan saja. Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin terhadap
bawahan terdapat dua hal yakni : perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.
Perilaku mengarahkan; sejauh mana pemimpin
melibatkan diri dalam komunikasi satu arah, memberitahukan dan menetapkan apa
dan bagaimana serta peranan yang seharusnya dikerjakan atau dilaksanakan oleh
pengikut, melakukan pengawasan secara ketat kepada bawahannya.
Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang
pimpinan melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya: mendengarkan,
menyediakan dukungan dan dorongan interaksi dan melibatkan bawahan dalam
keputusan.
Perpaduan atau kombinasi dari kedua perilaku
utama dari pimpinan ini menghasilkan 4 (empat) gaya dasar kepemimpinan, keempat
gaya kepemimpinan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Gaya 1/(G1) = Instruksi seorang pemimpin
menunjukkan perilaku yang banyak memberikan pengarahan (dalam perilaku tugas)
dan sedikit dukungan (dalam perilaku hubungan). Pimpinan memberikan instruksi yang
spesifik tentang peranan dan tujuan para pengikutnya, dan secara ketat
mengawasi pelaksanaan tugas mereka. Dan dicirikan dengan komunikasi satu arah.
Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin. Pemimpin memberikan batasan peranan
pengikut dan memberitahukan mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan
dimana melaksanakan tugas.
Gaya 2/(G2) = Konsultasi;
pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak mengarahkan dan banyak memberikan
dukungan. Pemimpin dengan gaya ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan
yang diambil dan menerima pendapat dari pengikutnya, tetapi pemimpin masih hams
tetap terns memberikan pengawasan dalam penyelesaian tugas-tugas pengikutnya
atau bawahannya serta pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. Telah
melakukan komunikasi dua arah antara pimpinan dan bawahan.
Gaya 3/(G3) = Partisipasi; pemimpin menekankan pada
banyaknya memberikan dukungan dan sedikit dalam pengarahan. Pemimpin menyusun
keputusan bersama-sama dengan para bawahan saling tukar menukar ide/ gagasan
dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas. Posisi kontrol ams
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian.
Komunikasi lebih ditingkatkan dan peranan pemimpin secara aktif mendengar. Hal
ini wajar karena bawahan/pengikut telah memiliki kemampuan untuk melaksanakan
tugas.
Gaya 4/(G4) = Delegasi;
perilaku pemimpin yang memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan.
Pemimpin dengan gaya ini mendelegasikan secara kese1uruhan keputusan-keputusan
dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada bawahannya. Sehingga bawahanlah
yang memihki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas.
Pemimpin membe--rikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan
pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk
memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
Salah satu dasar dari kepemimpinan situasional memperhatikan
tingkat kematangan bawahan. Kematangan (maturity) bawahan dalam hal ini
adalah kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam
mengarahkan perilakunya. Sesuai yang ditulis oleh Sutarto (1995) bahwa “mengenai
tingkat kematangan terdiri dari dua dimensi yaitu job maturity (kematangan
kerja) dan psichological maturity (kematangan jiwa). Kematangan kerja
berhubungan dengan ability
(kemampuan) sedangkan kematangan jiwa berhubungan dengan willlingnes (kemauan).
Selanjutnya Sutarto (1995) menyatakan bahwa tingkat kematangan
bawahan dapat diperinci menjadi empat tingkat serta hubungannya dengan gaya
kepemimpinan yang digunakan, yaitu
1. Tingkat
kematangan rendah (M1), dengan ciri : tidak mampu dan tidak mau atau tidak
mantap. Gaya kepemimpinan yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku pada
bawahan pada tingkat ini adalah G 1 atau gaya kepemimpinan instruksi.
2. Tingkat
kematangan rendah ke tingkat kematangan madya (M2), dengan ciri; tidak mampu
tetapi tidak mau atau yakin. Gaya kepemimpinan yang sesuai digunakan adalah
konsultasi atau G2.
3. Tingkat
kematangan madya ke tingkat kematangan tinggi (M3), dengan dicirikan; mampu
tetapi tidak mau atau tidak mantap. Gaya kepemimpinan yang tepat digunakan
adalah partisipasi atau 03.
4.Tingkat
kematangan tinggi (M) dengan ciri;
mampu/cakap dan mau/yakin. Delegasi atau 04 menjadi gaya kepemimpinan yang
cocok untuk mempe-ngaruhi tingkat perilaku yang tingkat kematangannya tinggi.
Keempat gaya kepemimpinanan diatas tidak ada yang lebih baik atau
lebih buruk. Hal iui sangat tergantung dari macam kelompok yang dipimpin.
Variabel-variabel dari faktor situasi lainnya juga turut berpengaruh, antara
lain waktu, tuntutan tugas, organisasi, harapan-harapan dan kemampuan
atasan/pimpinan, teman sejawat, dan bawahan. Namun variabel-variabel ini tidak memberikan kemungkinan bagi pemimpin untuk
menguji ketepatan semua variabel diatas, sebelum memutuskan gaya mana yang
diterapkan. Artinya kepemimpinan yang berhasil adalah pemimpin yang mampu
mengadaptasikan gaya agar sesuai dengan situasi tersebut.
3. Fungsi Pemimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan seorang pemimpin pada umumnya ingin merefleksikan
sifat-sifat dan tujuan dari kelompoknya. Selanjutnya dipaparkan beberapa
pendapat dari beberapa penulis tentang tugas dan fungsi kepemimpinan antara
lain Kartini Kartono (1992) menyatakan : fungsi kepemimpinan ialah : Memadu, menuntun,
memimpin, membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, dan
membawa para pengikutnya ke sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan
waktu dan perencanaan.
Dalam tugas-tugas kepemimpinan tercakup pula pemberian insentif
sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Insentif materi1 dapat berupa :
uang, sekuritas fisik, jaminan sosial, premi, bonus, kondisi kerja yang baik,
jaminan pensiun fasilitas tempat tinggal yang menyenangkan dan lain-lain. Juga
dapat berbentuk insentif sosial seperti: promosi jabatan, status sosial yang
tinggi, martabat diri, prestise sosial, respek dan lain-lain.
Selanjutnya pendapat Siagian (1988) menyatakan fungsi-fungsi kepemim-pinan
yang hakiki yaitu:
1. Pemimpin
selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan
2. Wakil dan
juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak luar organisasi
3. Pimpinan
selaku komunikator yang efektif
4. Mediator
yang handal, khusus dalam hubungan kedalam, terutama mengenai situasi konflik
5. Pimpinan
selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Dengan menelaah pendapat di atas tentang fungsi dan tugas pemimpin
dapatlah dinyatakan bahwa keberhasilan organisasi atau perusahaan juga sangat
ditentukan oleh keberhasilan pemimpin dengan kepemimpinannya dalam melaksanakan
fungsi dan tugasnya. Salah satu tugas dan fungsi pemimpin yang sangat strategis
adalah “memberikan motivasi kerja kepada karyawan/bawahan dalam melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan produktif dalam usaha mencapai tujuan organisasi."
Demikianlah artikel tentang pemimpin dan kepemimpinan semoga bermanfaat
artikel: PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
0 Response to "PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN"
Post a Comment