PENGERTIAN MEMBACA

Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus, Crawley dan Mountain (Farida, 2007: 2).
         Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca yaitu recording, decoding dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan sedangkan proses decoding (penyandian) merupakan proses penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu kelas 1-3 yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi,  Safi`ie  (Farida, 2007:  2)
         Pemahaman guru tentang pembelajaran membaca permulaan di SD diperlukan kemampuan guru memahami konsep dasar membaca permulaan, diantaranya hakekat membaca dan kesiapan siswa membaca. Konsep dasar seperti dikemukakan oleh Safi`ie (1999: 5-7) yaitu  (1) perolehan keterampilan (2) kegiatan visual (3) memahami/mengerti (4) proses berfikir (5) mengolah informasi (6) proses menghubungkan tulisan dengan bunyi (7) kemampuan mengantisipasi makna. Ketujuh hal tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Membaca pada hakekatnya adalah pengembangan keterampilan, mulai dari keterampialan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif seluruh isi bacaan.
2.   Membaca pada hakekatnya adalah kegiatan visual berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemutusan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.
3.   Membaca pada hakekatnya adalah kegiatan memahami dan mengamati kata-kata yang tertulis memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai.
4.   Membaca adalah sesuatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
5.   Membaca pada hakekatnya adalah proses mengolah informasi dalam membaca terjadi proses pengolahan informasi yang dilaksanakan oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
6.   Membaca pada hakekatnya adalah proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan.
7.   Membaca pada hakekatnya adalah kemampuan mengantisipasi makna yang terdapat baris-baris dalam tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan bersifat mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.
         Dari beberapa butir pandangan tentang hakekat membaca tersebut dapat dikemukakan bahwa pada hakekatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dalam proses ini peranan indera visual sangat penting bagi mereka yang tuna netra. Peranan indera visual dialihkan pada indera peraba, dengan indera visual dan indera perabanya pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasi dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses itu rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata yang bermakna di samping gambar bunyi. Membaca juga mengamati berbagai macam tanda baca yang harus dikenalinya. Tanda-tanda baca membantu dalam memahami maksud baris-baris tulisan.
         Membaca adalah membaca sesuai dengan hakekatnya sebagai proses, pengajaran membaca baik pengajaran membaca permulaan maupun pengajaran membaca lanjut dilaksanakan agar anak menguasai proses membaca, Paul dkk (Safi`ie, 1999:17), mengemukakan bahwa kegiatan membaca meliputi proses berikut:
1.      Mengamati simbol-simbol tulisan
Kegiatan membaca dimulai dengan pengamatan secara visual, di samping pengamatan secara visual juga diperlukan kesan auditori (pendengaran), terutama pada anak-anak, belajar membaca permulaan. Pada anak-anak yang sedang dalam proses belajar membaca permulaan ini, proses membaca terjadi dengan menghubungkan tulisan dengan bunyi dalam bahasa lisan.
2.      Menginterprestasikan apa yang diamati
Proses membaca terjadi melalui proses menginterprestasikan kata, kelompok kata, kalimat yang teramati oleh indra visual atau perabah yang kemudian dikirimkan kepusat syaraf dalam otak. Poses menginterprestasikan atau pemahaman kata-kata dan kalimat di dalam otak itu berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah di punyai oleh seseorang sebelumnya yang berkaitan dengan kata-kata, kelompok kata dan kalimat tersebut. Oleh karena pengetahuan dan pengalaman seseorang itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
3.      Mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis
Setiap sistem tulisan mempunyai cara mengurut penulisan sistem tulisan latin menggunakan huruf dari kiri ke kanan. kata-kata disusun dengan kelompok kata juga dari kiri kekanan. Selanjutnya kelompok – kelompok kata disusun menjadi klausa dan klausa disusun menjadi kalimat dengan urutan dari kiri kekanan. Sebaliknya sistem tulisan Arab menggunakan urutan kanan ke kiri.
4.      Menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai.
Proses pemahaman seorang pembaca terhadap suatu tes bacaan terjadi oleh adanya interaksi antara pengalaman-pengalaman yang telah dipunyainya dengan isi tes bacaan. Jadi pemahaman tehadap suatu bacaan tidaklah semata-mata berasal dari tes bacaan, melainkan juga oleh adanya latar belakang pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena pentingnya latar belakang pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam proses membaca permulaan sangat diperlukan upaya-upaya untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman anak
5.      Membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca
Dengan menguasai keterampilan membaca seseorang dapat membaca berbagai pengetahuan. Melalui proses pengambilan imferensi dan evaluasi yang dibaca. Dengan demikian ada proses membaca dan membaca untuk belajar. Belajar membaca tergantung pada motivasi dan latihan dan penguatan. Oleh karena itu guru perlu menyadarkan anak bahwa mereka yang dapat membaca dengan baik akan memperoleh berbagai keuntungan dalam belajar di sekolah
6.      Membangun asosiasi
Membaca pada dasarnya proses asosiasi. Pada waktu seseorang membaca ia melewati beberapa tahapan ososiasi. Pertama-tama adalah asosiasi antara rangkaian bunyi bahasa sebagai suatu lambang dari suatu benda atau peristiwa dengan benda atau peristiwa yang dilambangkanya misalnya rangkaian bunyi kuda membangkitkan asusiasi dengan benda yang berupa binatang berkaki empat yang digunakan sebagai penarik bendi. Beriknya adalah asusiasi antara gambar rangkaian bunyi yang berupa rangkaian huruf-huruf menurut sistem tulisan tertentu (grafhemes) dengan bunyinya (phomenemes). Proses asusiasi tersebut berlangsung terus selama proses membaca
7.      Menyikapi secara personal kegiatan\ tugas membaca sesuai dengan intereksnya.
Kegiatan membaca dipengaruhi oleh sejumlah aspek afektif terutama perhatian, sikap dan konsep diri. Aspek-aspek efektif ini menentukan seberapa besar kesungguhan seseorang dalam membaca misalnya,seorang anak yang mempunyai perhatian besar terhadap suatu materi bacaan akan dengan sungguh-sungguh membaca bacaan tersebut.
1. Proses Membaca Permulaan Kelas Rendah Sekolah Dasar
         Kemampuan membaca yang diperoleh dalam membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca selanjutnya, sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memmerlukan perhatian guru. Sebab jika itu tidak kuat, maka pada tahap membaca selanjutnya siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.
         Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran untuk memcapai kemajuan dan peningkatan diri, (Syafi’ie, 1999).
Guna membekali kemampuan dasar siswa, maka guru haruslah berusaha sungguh-sungguh agar dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Hal itu akan terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran dengan baik. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan, baik mengenai materi,metode maupun pengembangannya, (Supriadi, 1991).
Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di sekolah dasar (SD) tampak dengan jelas materi pembelajaran membaca. Farida, (2007: 99) mengatakan bahwa pelaksanaan membaca dibagi atas tahap prabaca, saat baca dan  pasca baca.
a.Tahap prabaca
Guru yang kreatif harus mampu mengarahkan siswa pada topik pelajaran yang akan dipelajari  siswa. Burns, dkk (1996) serta Rubin (Farida, 2007: 99) mengemukakan bahwa pengajaran membaca dilandasi oleh pandangan teori skemata. Berdasarkan pandangan teori skemata, membaca adalah proses pementukan makna terhadap teks. Sehubungan dengan teori membaca ini, guru yang efektif seharusnya mampu mangarahkan siswa agar lebih banyak menggunakan pengetahuan topik utnuk di proses ide dan pesan suatu teks. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kegiatan prabaca, saat baca dan pasca baca dalam penyajian pengajaran membaca.
Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca dan drama kreatif , Burns, dkk .1996 (Farida, 2007: 99)
Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan penaglaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu informasi atau konsep. Skemata menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat, tindakan, atau peristiwa. Skema (kata tunggal dari skemata) seseorang menggambarkan apa yang diketahui seseorang tentang konsep tertentu dan hubungan antara potongan–potongan informasi yang telah diketahui seseorang. Dua orang mingkin mempunyai skemata yang sangat berbeda tentang suatu konsep dasar yang sama.
Untuk menjadi pembaca yang sukses siswa membutuhkan berbagai skemata. Mereka harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosa kata dan pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran sastra.
Bruberg (Farida, 2007: 100) mengemukakan beberapa teknik yang bisa dilakukan guru untuk mengaktifkan skemata siswa melaui kegiatan prabaca. Kegiatan prabaca yang dimaksud ialah membuat prediksi seperti yang dikemukaka berikut ini
1.      Guru membaca judul bacaan dengan nyaring, kemudian memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa pernyataan yang menceritakan tentang para pelaku, tokoh, akhirnya guru menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita.
2.      Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat siswa pada bacaan dengan menggunakan tekhnik prediksi kegiatan prabaca yang dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman dari sebuah buku. Jika tebalnya 100 halaman suruh siswa mengambil tiga halaman antara halaman 1 – 100. baca tiga halaman tersebut dengan nyaring, kemudian suruh siswa memprediksi isi cerita. Kegiatan ini membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa kepada buku tersebut.
3.      Kegiatan lain yang tercakup dalam kegiatan prabaca ialah menggunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan perhatian siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus berusaha menggunakan berbagai cara, dengan menggunakan media suara yang berfariasi (mungkin juga berhenti berbicara), gerakn-gerakan misalnya gerakan tangan, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila dikaitkan kegiatan membaca, guru dapat mencontohkan cara membaca nyaring pada waktu prabaca. Pertama, guru memperlihatkan gambar kulit buku, dan membicarakannya denag siswa. Kemudian guru membaca nyaring buku tersebut dengan suara yang kadang-kadang keras dan kadang-kadang lembut dengan ekspresi wajah yang sesuai.
Tinjauan cerita yang berisi informasi dihubungkan dengan isi ceria bisa meningkatkan pemahaman. Sebelum membaca siswa diberikan bagian-bagian cerita untuk membangun latar belakang pengatahuan tentang cerita, meningkatkan belajar terutama kesan siswa tentang cerita yang akan dibacanya. Tinjauan cerita juga bisa membantu anak mengaktifkan pengetahuan awal mereka dan memusatkan perhatian sebelum mambaca. Sedangkan petunjuk antisipasi dirancang untuk merangsang berpikir yang berisi pernyataan deklaratif, yang mungkin tidak di benar atau tidak sesuai dengan cerita yang dibacanya. Sebelun membaca cerita, siswa menanggapi sesuai dengan paengalaman mereka sendiri.nilai petunjuk bisa dikembangkan kedalam bagian pasca baca dengan mengulang proses sesudah membaca, mempertimbangkan masukan dari sesudah membaca, yang menghasilkan suatu kombinasi petunjuk antisipasi atau reaksi.
Di samping itu, untuk membangkitkan skemata siswa guru juga bisa menugaskan siswa menulis tentang pengalaman priibadi yang relevan sebelum mereka membaca teks bacaan yang telah ditentukan guru, yang akan menghasilkan tingkah laku siswa yang lebih memperhatika tugasnya, lebih sempurna menanggapi watak pelaku, dan lebih memperlihatkan reaksi yang positif tentang membaca.
b. Tahap baca
Setelah kegiatan prabaca kegiatan berikutnya adalah kegiatan saat baca. Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa, Burn, dkk (Farida, 2007 : 102) mengemukakan bahwa penggunaan tekhnik metakognitif secara efektif mempunyai pengaruh positif pada pemahaman. Strategi belajar secara metakognitif akan meningkatkan keterampilan belajar siswa.
Metakognitif itu sendiri merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi intelektual yang datang dari pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka untuk memonitor dan mengontrol fungsi ini. Metakognitif melibatkan kegiatan menganalisis cara berpikir yang sedang berlangsung.
Bagian dari proses metakognitif ialah memutuskan tipe tugas yang dibutuhkan untuk mencapai pemahaman. Pembaca menanyakan pada dirinya sendiri, seperti pertanyaan berikut. (1) apakah jawaban yang saya butuhkan dapat dikemukakan secara langsung  dalam teks?, jika ia, pembaca akan mencari kata-kata penulis yang tepat untuk satu jawaban, (2) apakah teks tersebut mengimplikasikan jawaban dengan memberi petunjuk yang jelas dan berhubungan dengan pertanyaan serta alasan yang berkaitan dengan informasi yang tersedia sehingga pembaca bisa menentukan jawaban yang cocok. (3) apakah jawaban harus berasal dari pengetahuan dan gagasan saya sendiri yang berkaitan dengan cerita? Jika demikian, pembaca harus menghubungkan pengetahuan awalnya dengan informasi yang diberikan dalam teks sehingga mendapatkan jawaban yang diperlukan.
Kegiatan saat baca lebih lanjut bisa dikembangkan dengan cara lain seperti berikut. Sesudah siswa membaca suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok siswa berlatih membaca bagian bacaan. Tugas siswa mengambil bagian dari karakter yang berbeda di dalam adegan dan salah seorang menjadi narator. Siswa yang lain disuruh mengikuti bersama-sama. Kegiatan ini membantu siswa memahami dialog dan penggunaan tanda-tanda kutipan.
c.Tahap pasca baca
Kegiatan pasca baca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimiliknya sehinnga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi, Burns, dkk (Farida 2007: 105). Strategi yang dapat digunakan pada tahap pasca baca adalah belajar mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali dan presentasi visual.
Dalam kegiatan pasca baca, anak-anak diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dimana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut.
Di samping itu, ada berapa cara lain menggunakan perangkat teks yaitu memiliki dua buku dengan tema yang sama misalnya buku dengan tema persahabatan. Kegiatan berikutnya guru membacakan cerita atau menyuruh siswa membacakan cerita tentang persahabatan di depan kelas. Siswa kemudian mendiskusikan setting, watak pelaku, dan jalan cerita. Guru bisa juga menyuruh siswa menulis tentang pesan atau moral karakter pelaku, setting cerita dari buku yang dibacankannya dalam buku catatannya.
 ARTIKEL TERKAIT: PENGERTIAN MENULIS  
                                   KETERAMPILAN MENYIMAK 
ARTIKEL: PENGERTIAN MEMBACA

0 Response to "PENGERTIAN MEMBACA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close