Pedagogik,andragogi dan heutagogi

PENGERTIAN PEDAGOGIK, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI 

A. Pengertian Pedagogi 
1.     Makna Tradisional 
Konsep paling tradisional dari pedagogi bermakna suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih khusus lagi, awalnya kata pedagogi bermakna cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of teaching). Belakangan istilah pedagogi secara umum diberi makna lebih luas, yaitu merujuk pada strategi pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru dalam mengajar. 

Paedagogi berasal dari bahasa Yunani (paidagōgeō; país:anak dan  ági: memimpin) atau paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Di Yunani kuno, biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak majikannya. Termasuk didalamnya mengantarkan ke sekolah atau tempat latihan, mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti membawakan alat musiknya). Paedagagos berasal dari kata “paid” yang artinya “anak” dan “agogos” yang artinya “memimpin atau membimbing”. Darikata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni mengajar. 

Paedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara mengajar di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang wajib bagi mereka yang ingin menjadi guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas, pedagogi melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan bilik darjah, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar. 

Isu-isu dan komplikasi lebih lanjut yang timbul dari penggunaan istilah pedagogi merupakan seperangkat konsep untuk menjelaskan proses. Berikut tiga isu tertentu muncul terkait dengan masalah pedagogi. 

a) Pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan. Dalam makna umum istilah ini sering digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-anak. 

b) Banyak pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah digunakan untuk menggambarkan prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda. Sementara banyak penulis seperti Paulo Freire (1972) telah menggunakan pengertian pedagogi merujuk kepada pekerjaan dengan orang dewasa yang di dalamnya juga terkait erat dengan mengajar anak-anak. 

c) Sejauh mana pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Tidak mungkin persoalan mengajar hanya dikaitakn dengan guru atau siswa semata. Diskusi tentang pedagogi selalu dikaitkan dengan kurikulum, pengajaran, siswa, media pembelajaran, dan situasi yang mengitarinya. Bahkan istilah pedagogi menyentuh juga dimensi pendidikan pada umumnya atau seluruh tatanan yang memungkinkan interaksi antar subjek yang bernuansa pengajaran dan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, di sekolah atau di luar sekolah.

Jadi, secara tradisional pedagogi adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternatif strategi pembelajaran, karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar. Strategi yang lebih cocok untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu berbeda untuk masing-masing siswa dan konteksnya. 

2. Makna Modern 
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dn konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat pedagogi dari dua perspektif ini nampaknya paling ideal. Kalaupun kita mengakui bahwa pedagogi sebagai ilmu pengetahuan dan terdefinisi secara spesifik, tentu definisi itu juga akan menggamit dimensi seni, teori dan praktik mengajar dan belajar. Kesemuanya sesungguhnya memiliki fokus yang sama. Beberapa define yang terkait dengan pedagogi disajikan berikut ini. 

a) Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi penembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Termasuk dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan sumatif, juga memberi peluang kepada siswa untuk membantu mervisi dan meningkatkan kualitas pemikiran dan pemahaman. Definisi ini menempatkan guru pada posisi sentral. 

b) Belajar (learning) yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatifdalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai dengan perjalanan waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai pemikiran tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang telah dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani kehidupan yang lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar seumur hidup itu merupakan sebuah kontinum yang berlaku untuk guru. 

c) Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit mendorong minat pedagogi, misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana. Hubungan itu bisa bermakna siswa dimbimbing oleh guru atau kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah bimbingan guru. Hubungan itu, apapun bentuknya tetap terkait dengan kegiatan mengajar dan belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas mengajar dan belajar itu kehilangan hubungan efikasi: siswa harus menjadi proaktif dan lebih otonom. 

d) Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturandan pada segala tahapan usia, yaitu sebagaimana yang dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal dalam masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave. 1978). Sekolah merupakan salah satu bagian dari total spectrum pengaruh pendidikan.

Pedagogi yang efektif menggabungkan alternativf strategi pembelajaran ang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dengan dunia yan lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan penerapannya pada semua pelajaran. Praktis pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas sekolah. Juga meningkatkan kepercayaan siswa dan guru, memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah,serta membangun kepercayaan masyarakat atas kualitas belajar dan mengajar di sekolah.

Selain dari penjelasan di atas, juga terdapat beberapa pengertian pedagogi menurut para ahli. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik  adalah ilmu untuk mendidik anak. Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik“ dengan istilah “ pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, dan mendididk anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak. 

Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses paedagogis sebagai sebuah proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran yang bertujuan utnuk mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan. Beliau juga memperhitungkan hubungan antara semua proses dan pendidikan sebagai target pencapaian sekolah, namun proses paedagogis tidak melampaui batas-batas institusi pendidikan. Beliau tidak mempertimbangkan bahwa keluarga dan masyarakat juga terlibat dalam pendidikan generasi sekarang dan mendatang.

Gladys Valdivia (1988) mendefenisikan proses paedagogis erat kaitannya dengan tujuan sosial yang dikembangkan dan berhubungan satu sama lain. Unit dialektik yang ada di antara pendidikan dan pengajaran, serta sifat umum pendidikan itu sendiri yang menunjukan kehadiran paedagogi ada di dalam dan luar proses sekolah.

Menurut Addine (2001), di antara prinsip-prinsip paedagogis terdapat kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis. Karakter ilmiah dan ideologis ini menyoroti bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita. Selain itu, prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia. Prinsip lain yang berorientasi pada proses tersebut adalah salah satu yang mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Prinsip berikutnya merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dna perkembangan proses, karena didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Prinsip terakhir dari proses paedagogis adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.  

B. Pengertian Andragogi 
Seni dan ilmu orang mengajar orang dewasa disebut andragogi. Istilah “dewasa” di sini lebih ditafsirkan sebagai kedewasaan psikologis ketimbang “dewasa” dalam makna kronologis. Denan demikian, istilah “pedagogi dan andragogi”, seperti halnya “pedagogis dan andragogis” dapat juga ditafsirkan sebagai “label perlakuan” dalam rangka pembelajaran bagi orang-orang yang dominan dengan ciri-ciri perilaku anak-anak atau dominan ciri perilaku kedewasaannya. Ada orang yang secara usia kronologis masih masuk kelompok anak-anak, tapi sudah tampil relative dewasa. Ada juga yang secara usia kronologis sudah masuk kategori usia dewasa, namun masih berperilaku seperti anak-anak, belum menunjukkan kedewasaan. 

Andragogi muncul semula di Eropa pada tahun 1921 dan meluas digunakan pada tahun 1960an di Perancis, Belanda dan Yugoslavia. Artikel Knowles ‘Andragogy Not Pedagogy’, diterbitkan dalam Adult Leadership pada 1968 adalah karya pertamanya berkenaan dengan andragogi. Manakala Lindeman pula menitikberatkan komitmen dalam hal bertindak ke arah Sendiri (self-directed), pengalaman dan penyelesaian masalah melalui pembelajaran dewasa, Linderman dan Knowles memainkan peranan penting dalam evolusi andragogi di Amerika.

Lindeman boleh dilihat sebagai ‘spiritual father’ manakala Knowles pula ‘putative father’ andragogi. Definisi Andragogi Pembelajaran dewasa atau lebih dikenali sebagai andragogi agak sukar didefinisikan karena maksudnya yang agak luas dan banyak tokoh yang memberikan pandangan yang berbeda-beda. Antara lain tokoh terkenal adalah Malcolm Knowles, Edward Lindeman, Tough dan sebagainya. Menurut Knowles, sebelum wujudnya andragogi, pedagogi sudah muncul. Pedagogi adalah seni dan kebudayaan bagi pembelajaran anak-anak. Perkataan itu diambil dari Yunani yaitu ‘paid’ bermaksud ‘child’ dan ‘agogus’ bermaksud ‘leader of’.

Istilah andragogi berasal dari kata Yunani “anere” yang bermakna dewasa dan “agogus” yang bermakna mendidik atau mengajari. Baik sebagai seni maupun ilmu, andragogi esensinya adalah membantu orang dewasa agar mampu belajar dan menjadi pembelajar. Malcolm Knowles adalah Bapak Andragogi. Gelar ini dilabelkan kepadanya karena dia sangat peduli mengembangkan dan mengampanyekan andragogi.  Tentu ana nenek andragogi adalah Alexander Kapp, karena dia yang pertama kali melahirkan istilah itu. Knowles merumuskan prinsip-prinsip layanan bagi pembelajar dewasa, seperti disajikan berikut ini. 

1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pengajaran mereka. Orang dewasa dapat mengarahkan diri untuk belajar. 
2. Pengalaman, termasuk kesalahan, menjadi fondasi dasar untuk belajar. Orang dewasa banyak belajar dari pengalaman. 
3. Orang dewasa paling tertarik untuk mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadi. 
4. Belajar orang dewasa lebih berorientasi pada tujuan praktis ketimbang konten.

Fokus apa yang harus diperhatikan pada strategi pembelajaran orang dewasa? Mengingat karakteristik pelajar dewasa yang berbeda dengan anak-anak, desainer pengajaran atau pembelajaran harus memasukkan unsur-unsur berikut ini. 

1. Metakognisi. Siswa dewasa lebih memilih untuk belajar melalui penilaian diri dan koreksi diri. 
2. Refleksi. Siswa dewasa melakukan refleksi atas apa yang dipelajari dan perolehan belajarnya. 
3. Pengalaman sebelumnya. Siswa dewasa banyak belajar dari dan menggunakan pengalaman sebelumnya sebagai bekal belajar. 
4. Percakapan atau dialogis. Siswa dewasa lebih menyukai pendekatan dialogis dalam pembelajaran, ketimbang monologis. 
5. Pengalaman otentik. Siswa dewasa lebih tertarikdengan pengalaman otentik ketimbang yang abstrak. 
6. Motivasi. Siswa dewasa lebih mengandalkan motivasi diri atau motivasi internal ketimbang eksternal. 
7. Strategi pembelajaran generative. Kegiatan yang membantu membangun pengetahuan siswa dewasa oleh mereka sendiri.

Seperti dijelaskan sebelumnya, teori Knowles tentang andragogi merupakan suatu usaha untuk mengembangkan teori yang khuus diperuntukkan bagi pembelajaran atau membelajarkan orang dewasa. Knowles menekankan bahwa orang dewasa dapat mendiri dan mengharapkan mengambil tanggungjawab atas keputusan mereka sendiri.

Program pembelajaran orang dewasa harus mengakomodasi aspek fundamental ini. Dari pnjelasan ini makin nampak bahwa dewasa yang dimaksud utamanya kedewasaan atau sikap dewasa yang bisa ditampilkan oleh warga belajar. Sejalan dengan uraian sebelumnya, asumsi-asumsi andragogi tentang desain belajar disajikan seperti berikut ini. 

1. Orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu. Orang dewasa ingin dan berkecenderungan bertindak ke arah sendiri apabila mereka semakin matang walaupun ada masanya mereka bergantung pada orang lain. 

2. Orang dewasa perlu belajar atas dasar pengalaman. Pengalaman orang dewasa adalah sumber pembelajaran yang penting. Pembelajaran mereka lebih berkesan melalui teknik-teknik berasaskan pengalaman seperti perbincangan dan penyelesaian masalah. 

3. Orang dewasa belajar sebagai pendekatan pemecahan masalah. Orang dewasa sedar keperluan pembelajaran secara khusus melalui masalah-masalah kehidupan sebenar. Oleh itu, program-program pendidikan dewasa sepatutnya dirancang mengikut keperluan hidup dan disusun mengikut kesediaan dan keupayaan untuk belajar. 

4. Orang dewasa belajar baik ketika topik yang dipelajari memiliki nilai langsung.  Orang dewasa belajar bersungguh-sungguh bagi menguasai suatu pengetahuan ataupun kemahiran bagi keperluan hidup. Oleh itu, pembelajaran orang dewasa adalah berpusatkan pencapaian. Kesungguhan orang dewasa menguasai suatu kemahiran ataupun pengetahuan adalah untuk keperluan hidup ataupun semasa.

Dalam istilah praktis andragogi berarti bahwa pengajaran untuk orang dewasa perlu lebih berfokus pada proses dan kurang pada konten yang diajarkan. Strategi seperti studi kasus, permainan peran, simulasi dan evaluasi diri biasanya dipandang paling bermanfaat.  Dalam kaitan ini, instruktur mengadopsi peran fasilitator atau sumber daya, bukan selayaknya guru atau dosean mengajar siswa atau siswa di ruang kelas konvensional.

Kesimpulan Andragogi atau pembelajaran dewasa adalah proses pembelajaran kontinyuitas dalam jangka masa panjang di mana melibatkan orang dewasa yang sudah matang daripada segi pemikiran. Walaupun berbagai definisi dilontarkan oleh pelopor-pelopor pembelajaran dewasa, namun mereka memberikan kesimpulan yang sama. Andragogi diaplikasikan dalam semua bentuk pembelajaran orang dewasa dengan meluaskan skop-skop latihan, pembangunan, pendidikan dan sebagainya. 

Secara operasional, prinsip andragogi adalah:
1. Pembelajaran adalah proses yang berterusan. Orang dewasa merasakan keperluan dalam berbagai bidang kemahiran dan pengalaman yang dimiliki adalah penting bagi masa depan mereka.
2. Orang dewasa belajar dengan lebih baik apabila secara personelnya mereka terlibat dalam proses merancang, menilai dan melaksanakan persekitaran mereka tanpa mengganggu tahap keselamatan estim diri mereka.
3. Orang dewasa memilih dan suka belajar bagi memudahkan mereka mengetahui tahap kebolehan dan kemahiran yang dimiliki dalam semua situasi pembelajaran.
4. Orang dewasa belajar dengan baik apabila mereka mempunyai motivasi untuk berubah, self-discovered atau mempunyai kemahiran dan strategi spesifik.

Fungsi yang nyata dalam konsep andragogi adalah bertentangan dengan prinsip pedagogi. Ia berbeda karena pedagogi meluaskan pengaruhnya dalam pendidikan formal yang merangkumi pendidikan sekolah dasar, menengah dan institusi-institusi pendidikan tinggi.

Orang dewasa tidak lagi bergantung harap dengan orang lain karena mereka bertindak ke arah sendiri. Ia dianggap sepadan dengan pemikiran dan pengalaman yang dimiliki oleh orang dewasa. Pengalaman yang dimiliki oleh orang dewasa dianggap sebagai sumber pembelajaran yang penting dalam meningkatkan keupayaan orang dewasa dalam meneruskan proses pembelajaran. 

C. Perbedaan antara Pedagogi dan Andragogi 
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa andragogi adalah teori belajar yang dikembangkan untuk kebutuhan khusus orang dewasa. Berbeda dengan pedagogi, atau belajar di masa kanak-kanak, orang dewasa yang mandiri dan mengharapkan untuk mengambil tanggung jawab atas keputusannya sendiri. Program pembelajaran orang dewasa harus mengakomodasi aspek fundamental, yang berbeda dengan pembelajaran bagi anak-anak. Apa perbedaan pedagogi dan andragogi? Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogi dan pedagogi. 
1. Pedagogi 
a)  Pembelajar disebut siswa atau anak didik. 
b) Gaya belajar dependen 
c) Tujuan ditentukan sbelumnya 
d) Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalamn dan/atau kurang informasi 
e)  Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah/ceramah 
f) Guru mengontrol waktu dan kecepatan 
g) Peserta berkontribusi sedikit penglaman 
h) Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis 
i) Guru sebagai sumber utama yang memberikn ide-ide dan contoh 

2. Andragogi 
a) Pembelajar disebut peserta didik atau warga belajar 
b) Gaya belajar independen 
c) Tujuan fleksibel 
d)  Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki mengalaman untuk berkontribusi 
e) Menggunakan metode pelatihan aktif 
f) Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan 
g) Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting 
h) Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata 
i) Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh. 

Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu: 
1. Citra Diri
Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.  

2.  Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar. 

3. Kesiapan Belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.  

4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.  

D. Dari Pedagogi dan Andragogi ke Huetagogi 
1.     Belajar Cara Belajar 
Di bidang pendidikan heutgogi (heutagogy), konsep yang pertama kali diciptakan oleh Stewart dari Southern Cross University, merupakan studi tentang belajar yang ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri. Gagasan ini adala perluasan dari reinterpretasi andragogi, dan mungkin pembedan itu merupakan “kesalahan” yang sama ketika orang secara kasat mata berusaha membedakan antara pedagogi dan andragogi. Namun, ada beberapa perbedaan antara dua yang menandai salah satu dari yang lain.

Titik tekan heutagogi khusus pada perbaikan belajar cara belajar, dua keluk belajar (double loop learning), kesempatan belajar universal proses non-linear, dan arah sejati diri pelajar. Jika andragogi berfokus pada cara terbaik bagi orang dewasa untuk belajar, heutagogi juga mensyaratkan bahwa inisiatif pendidikan termasuk peningkatan keterampilan, sebenarnya yang belajar itu adalah masyarakat sendiri, mereka belajar cara belajar dan juga belajar mata pelajaran yang diberikan itu sendiri. Pada andragogi fokus pendidikan bersifat terstruktur, sedangkan dalam heutagogi semua konteks pembelajaran dianggap mengkombinasikan dimensi formal dan informal. 

Belajar Benar-benar Belajar 
Seperti telah diuraikan sebelumnya, Malcom S. Knowles (1970) telah menyarankan perubahan penting dalam cara di mana pengalaman pendidikan untuk orang dewasa harus dirancang. Pendekatan itu dikenal sebagai andragogi yang dibedakan secara kontras dan cukup tajam dengan pedagogi. Menurut Stewart Hase dan Chris Kenyon, permasalahannya, baik pada pedagogi maupun andragogi, tidak cukup jelas apakah siswa atau peserta didik itu benar-benar belajar. Konsep diri yang menentukan seseorang benar-benar belajar itu disebut heutagogi. Heutagogi dibangun di atas teori humanistic dan pendekatan belajar mulai digagas pada 1950-an. Ini menunjukkan bahwa heutagogi sesuai dengan kebutuhan peserta didik di abad ke dua puluh satu, khususnya dalam pengembangan kemampuan individu. Sejumlah implikasi dari  heutagogi untuk pendidikan, termasuk pendidikan tinggi dan kejuruan menjadi pembahasan yang cukup intensif. 

 Pendidikan secara tradisional nyaris selalu dilihat sebagai hubungan pedagogis antara guru dan pelajar. Guru yang selalu memutuskan apa yang pelajar harus tahu dan bagaimana pengetahuan dan keterampilan yang harus diajarkan. Hasil penelitian puluhan tahun terakhir memang telah cukup untuk melahirkan sebuah revolusi dalam pendidikan mengenai bagaimana orang belajar dan hasil dari itu membuat guru dapat bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran dan hasil yang diperoleh. Sementara konsep andragogi (Knowles, 1970) memberikan pendekatan yang berguna untuk meningkatkan metodologi pendidikan, dan memang telah diterima hamper secara universal, meski masih memiliki konotasi dari hubugan guru dengan peserta didik.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat perubahan yang cepat dalam masyarakat yang disebut sebagai era ledakan informasi, bahwa kita sekarang harus melihat sebuah pendekatan pendidikan di mana peserta didik sendirilah yang menentukan apa dan bagaimana belajar itu harus dilakukan. Heutagogi, karenanya merupakan suatu studi tentang pembelajaran yang ditentukan secara mandiri oleh pembelajaran, dapat dilihat sebagai suatu perkembangan alamiah dari metodologi pendidikn sebelumnya – terutama dari pengembangan kemampuan – dan mungkin menyediakan pendekatan optimal untuk belajar di abad ke dua puluh satu. 

2. Revolusi Berpikir 
Kini kita tidak perlu lagi berdebat pada pedagogi pada satu sisi dan andragogi pada sisi lain, melainkan bagaimana melakukan revolusi berpikir untuk mengubah dunia di mana kita menjalani kehidupan. Kita tengah hidup pada sebuah dunia di mana informasi murah dan mudah diakses, perubahan begitu cepat sehingga metode tradisional untuk pendidikan dan pelatihan sama sekali tidak memadai lagi; kepatutan mempersiapkan diri untuk hidup di masyarakat modern dan di tempat kerja berbaris disiplin ilmu pengetahuan; belajar semakin selaras dengan apa yang kita lakukan; struktur organisasi modern memerlukan praktik pembelajaran yang fleksibel; dan ada kebutuhan untuk percepatan belajar. Sebagai respon terhadap lingkungan ini muncul beberapa pendekatan inovatif yang diharapkan mampu mengatasi problema pedagogi dan andragogi.

Manusia esensinya memiliki semangat belajar. Berkaitan dengan ini Rogers (1969) mengemukakan bahwa orang ingin belajar dan memiliki kecenderungan alami untuk melakukannya sepanjang hidup mereka. Bahkan Rogers berpendapat kuat bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru telah terlalu lama berlangsung. Dia menekankan pembelajara berdasarkan pendekatan yang berpusat pada siswa dengan lima hipotesis kunci. 

a. Guru tidak bisa mengajar orang lain secara langsung, mereka hanya dapat memfasilitasi pembelajaran. 
b. Orang-orang belajar secara signifikan hanya untuk hal-hal yang mereka anggap melibatkan pemeliharaan atau peningkatan struktur diri. 
c. Pengalaman yang bila diasimilasikan akan melibatkan perubahan dalam organisasi diri cenderung dilawan melalui penolakan atau distori simbolisasi, serta struktur dan organisasi diri tampaknya menjadi lebih kaku di bawah ancaman. 
d. Pengalaman yang dianggap tidak konsisten dengan diri sendiri hanya dapat diasimilasikan apabila organisasi diri saat ini dalam suasana santai dan dengan cakupan yang diperluas. 
e. System pendidikan yang paling efektif meningkatkan hasil belajar secara signifikan adalah salah satu yang mengancam diri, karena belajar direduksi untuk mencapai tujuan yang minimum. 

3. Kelukan Ganda 
Sebuah kontribusi besar bagi pergeseran paradigm dari berpusat pada guru ke paradigm heutagogi dibuat oleh Argyris dan Schon (1996) dalam konseptualiasi mereka mengenal kelukan atau simpulan belajar ganda (Double loop learning). Belajar kelukan ganda melibatkan kita menantang penggunaan teori-teori serta nilai-nilai dan asumsi kita, bukan sekadar bereaksi terhadap masalah dengan strategi yag ditemukan pada kelukan tunggal belajar. Dalam menggambarkan pelajar yang berhasil dalam belajar Long (1990) menyarankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif di mana individu-individu menerima pengalaman atau memperoleh umpan balik dan melakukan evaluasi melalui pengalaman hidup.

Sebagai konsep baru dalam belajar, heutagogi menawarkan tentang bagaimana orang belajar, menjadi kreatif, memiliki efektivitas diri tingkat tinggi, dapat menerapkan kompetensi dalam situasi kehidupan, dan dapat bekerja secara baik dengan orang lain. Dibandingkan dengan kompetensi yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan, kemampuan adalah atribut holistic. Mengembangkan orang agar menjadi mampu, membutuhkan pendekatan inovatif untuk belajar secara konsisten dengan konsep heutagogi, yaitu perlu berbasis kerja. Belajar dan kontrak belajar adalah dua contoh dari proses yang dirancang untuk memungkinkan orang menjadi mampu. Fokus proses ini pada “belajar bagaimana belajar” dan “belajar untuk apa”, bukan berpusat pada guru. Membantu orang-orang untuk menjadi “mampu” memerlukan pendekatan baru pada pengelolaan belajar.

Beberapa penulis telah meninggalkan tentang bagaimana substansi belajar dipahami sampai terakhir, karena penting untuk membuat perbedaan antara “belajar yang diarahkan” serta “belajar mandiri dan heutagogi”. Bukan heutagogi yang merupakan metamorphosis diri andragogi, melainkan merupaka perpanjangan konsep yang menggabungkan “pembelajaran yang diarahkan” dengan “pembeljaran mandiri”, berbasis pada potensi dan kesadaran sendiri. Gagasan bahwa pendekatan pedagogis dalam belajar yang mungkin tidak sesuai untuk orang dewasa, merupakan lompatan penting. Andragogi atau pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa segera menjadi bagian dari kosa kata yang serata dengan kata pendidik, pelatih, atau akademisi. 

4. Adaptasi Manusia 
Pendekatan heutagogis untuk pendidikan dan pelatihan menekankan pada sifat manusiawi sumber daya manusia, nilai diri, kemampuan, serta mengakui sistem-sistem alam antarmuka lingkungan dan kegiatan belajar sebagai lawan dari mengajar. Heutagogi membahas masalah-masalah adaptasi manusia dalam rangka memasuki milenium baru. Model ini menantang cara berpikir lebih dari pada proses ketimbang isi, memungkinkan pembelajaraan lebih memahami dunia mereka daripada dunia gurunya, memaksa guru pindah ke dunia pembelajar, serta memungkinkan guru untuk melihat melampaui disiplin mereka sendiri dan teori-teori yng favorit. 

Heutogogi menempatkan pelajar benar-benar bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari dan kapan mereka belajar. Heutogogi menyediakan kerangka kerja bagi pembelajaran yang menempatkan orang dewasa yang bertanggung jawab untuk lebih maju. Heutogogi adalah studi tentang belajar menarik diri dan bersama-sama dengan beberapa ide yang disajikan oleh berbagai pendekatan belajar. Ini juga merupakan upaya untuk menantang beberapa ide tentang mengajar dan belajar yang masih berlaku berpusat pada kebutuhan siswa dan guru. Dalam hal ini heutogogi melihat masa depan manusia yang tahu carabelajar yang akan memberikan keterampilan dasar dan kecepatan inovasi, serta perubahan struktur masyarakat dan tempat kerja. 

DAFTAR PUSTAKA 
Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandug : Alfabeta.
#PENGERTIANPEDAGOGIK
#PENGERTIANANDRAGOGI
#PENGERTIANHEUTAGOGI

0 Response to "Pedagogik,andragogi dan heutagogi"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close