Pedagogik,andragogi dan heutagogi
Friday 25 March 2016
Add Comment
PENGERTIAN PEDAGOGIK, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI
A. Pengertian
Pedagogi
1. Makna
Tradisional
Konsep paling tradisional dari pedagogi
bermakna suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih khusus lagi, awalnya
kata pedagogi bermakna cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of teaching). Belakangan istilah
pedagogi secara umum diberi makna lebih luas, yaitu merujuk pada strategi
pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru dalam mengajar.
Paedagogi berasal dari bahasa Yunani (paidagōgeō; país:anak dan ági: memimpin) atau paedagogia yang
berarti pergaulan dengan anak-anak. Di
Yunani kuno, biasanya diterapkan pada budak
yang mengawasi pendidikan anak majikannya. Termasuk didalamnya mengantarkan ke
sekolah atau tempat latihan, mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya
(seperti membawakan alat musiknya). Paedagagos berasal dari kata
“paid” yang artinya “anak” dan “agogos” yang artinya “memimpin atau
membimbing”. Darikata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan
sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan
selanjutnya istilah paedagogi berubah menjadi ilmu dan seni
mengajar.
Paedagogi juga merupakan kajian
mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata
lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara mengajar di sekolah. Secara
umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang wajib bagi mereka yang ingin
menjadi guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas, pedagogi
melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan
bilik darjah, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar.
Isu-isu dan komplikasi lebih
lanjut yang timbul dari penggunaan istilah pedagogi merupakan seperangkat
konsep untuk menjelaskan proses. Berikut tiga isu tertentu muncul terkait
dengan masalah pedagogi.
a) Pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan. Dalam makna umum
istilah ini sering digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik
mengajar anak-anak.
b)
Banyak pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah digunakan untuk
menggambarkan prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda. Sementara
banyak penulis seperti Paulo Freire (1972) telah menggunakan pengertian
pedagogi merujuk kepada pekerjaan dengan orang dewasa yang di dalamnya juga
terkait erat dengan mengajar anak-anak.
c)
Sejauh mana
pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran
dalam konteks sekolah. Tidak mungkin persoalan mengajar hanya dikaitakn dengan
guru atau siswa semata. Diskusi tentang pedagogi selalu dikaitkan dengan
kurikulum, pengajaran, siswa, media pembelajaran, dan situasi yang
mengitarinya. Bahkan istilah pedagogi menyentuh juga dimensi pendidikan pada
umumnya atau seluruh tatanan yang memungkinkan interaksi antar subjek yang
bernuansa pengajaran dan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, di
sekolah atau di luar sekolah.
Jadi, secara tradisional pedagogi adalah seni
mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternatif strategi
pembelajaran, karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua
bahan ajar dan situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang
berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat
meningkatkan hasil belajar. Strategi yang lebih cocok untuk mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan tertentu berbeda untuk masing-masing siswa dan
konteksnya.
2. Makna Modern
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas
seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dn konsisten untuk mengembangkan
hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi
sebagai seni (Salvatori, 1996). Melihat pedagogi dari dua perspektif ini
nampaknya paling ideal. Kalaupun kita mengakui bahwa pedagogi sebagai ilmu
pengetahuan dan terdefinisi secara spesifik, tentu definisi itu juga akan
menggamit dimensi seni, teori dan praktik mengajar dan belajar. Kesemuanya
sesungguhnya memiliki fokus yang sama. Beberapa define yang terkait dengan
pedagogi disajikan berikut ini.
a) Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam
mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi
penembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Termasuk
dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan sumatif, juga memberi
peluang kepada siswa untuk membantu mervisi dan meningkatkan kualitas pemikiran
dan pemahaman. Definisi ini menempatkan guru pada posisi sentral.
b) Belajar (learning)
yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatifdalam memperoleh dan
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir
kritis, kerja sama tim, mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai
dengan perjalanan waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai
pemikiran tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses
belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang telah
dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani kehidupan yang
lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar seumur hidup itu merupakan sebuah
kontinum yang berlaku untuk guru.
c) Hubungan mengajar dengan belajar dengan
segala faktor lain yang tergamit mendorong minat pedagogi, misalnya, siswa
melakukan penelitian sederhana. Hubungan itu bisa bermakna siswa dimbimbing
oleh guru atau kegiatan belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah
bimbingan guru. Hubungan itu, apapun bentuknya tetap terkait dengan kegiatan
mengajar dan belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas
mengajar dan belajar itu kehilangan hubungan efikasi: siswa harus menjadi
proaktif dan lebih otonom.
d) Hubungan mengajar dan belajar berkaitan
dengan semua pengaturandan pada segala tahapan usia, yaitu sebagaimana yang
dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal dalam
masyarakat, dalam keluarga, dan dalam kehidupan kerja (Cropley dan Dave. 1978).
Sekolah merupakan salah satu bagian dari total spectrum pengaruh pendidikan.
Pedagogi yang efektif
menggabungkan alternativf strategi pembelajaran ang mendukung keterlibatan
intelektual, memiliki keterhubungan dengan dunia yan lebih luas, lingkungan
kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan penerapannya pada semua
pelajaran. Praktis pedagogis yang efektif mempromosikan kesejahteraan siswa,
guru, dan komunitas sekolah. Juga meningkatkan kepercayaan siswa dan guru,
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah,serta membangun
kepercayaan masyarakat atas kualitas belajar dan mengajar di sekolah.
Selain dari penjelasan di atas,
juga terdapat beberapa pengertian pedagogi menurut para ahli. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik
adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu,
yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya”. Jadi pedagogik adalah ilmu untuk mendidik anak.
Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik“
dengan istilah “ pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih
menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu
pemikiran bagaimana kita membimbing anak, dan mendididk anak.
Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada
praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak.
Ana Maria Gonzalez Soca
mendefinisikan proses paedagogis sebagai sebuah proses pendidikan yang
menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran yang
bertujuan utnuk mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya
untuk menjalani kehidupan. Beliau juga memperhitungkan hubungan antara semua
proses dan pendidikan sebagai target pencapaian sekolah, namun proses
paedagogis tidak melampaui batas-batas institusi pendidikan. Beliau tidak
mempertimbangkan bahwa keluarga dan masyarakat juga terlibat dalam pendidikan
generasi sekarang dan mendatang.
Gladys Valdivia (1988)
mendefenisikan proses paedagogis erat kaitannya dengan tujuan sosial yang
dikembangkan dan berhubungan satu sama lain. Unit dialektik yang ada di
antara pendidikan dan pengajaran, serta sifat umum pendidikan itu sendiri yang
menunjukan kehadiran paedagogi ada di dalam dan luar proses sekolah.
Menurut Addine (2001), di antara
prinsip-prinsip paedagogis terdapat kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari
proses paedagogis. Karakter ilmiah dan ideologis ini menyoroti bahwa setiap
proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di
bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita.
Selain itu, prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek
penting: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik
manusia. Prinsip lain yang berorientasi pada proses tersebut adalah salah satu
yang mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta
penghormatan terhadap kepribadian siswa. Prinsip berikutnya merujuk pada
kesatuan pengajaran, pendidikan dna perkembangan proses, karena didasarkan pada
kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan
kegiatan pembangunan pada umumnya. Prinsip terakhir dari proses paedagogis
adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian
saling terkait satu sama lain.
B. Pengertian Andragogi
Seni dan ilmu orang mengajar orang dewasa disebut
andragogi. Istilah “dewasa” di sini lebih ditafsirkan sebagai kedewasaan
psikologis ketimbang “dewasa” dalam makna kronologis. Denan demikian, istilah “pedagogi
dan andragogi”, seperti halnya “pedagogis dan andragogis” dapat juga
ditafsirkan sebagai “label perlakuan” dalam rangka pembelajaran bagi
orang-orang yang dominan dengan ciri-ciri perilaku anak-anak atau dominan ciri
perilaku kedewasaannya. Ada orang yang secara usia kronologis masih masuk
kelompok anak-anak, tapi sudah tampil relative dewasa. Ada juga yang secara usia
kronologis sudah masuk kategori usia dewasa, namun masih berperilaku seperti
anak-anak, belum menunjukkan kedewasaan.
Andragogi muncul
semula di Eropa pada tahun 1921 dan meluas digunakan pada tahun 1960an di
Perancis, Belanda dan Yugoslavia. Artikel Knowles ‘Andragogy Not Pedagogy’,
diterbitkan dalam Adult Leadership pada 1968 adalah karya pertamanya berkenaan
dengan andragogi. Manakala Lindeman pula menitikberatkan komitmen dalam hal
bertindak ke arah Sendiri (self-directed), pengalaman dan penyelesaian masalah
melalui pembelajaran dewasa, Linderman
dan Knowles memainkan peranan penting dalam evolusi andragogi di Amerika.
Lindeman boleh dilihat sebagai ‘spiritual
father’ manakala Knowles pula ‘putative father’ andragogi. Definisi Andragogi
Pembelajaran dewasa atau lebih dikenali sebagai andragogi agak sukar
didefinisikan karena maksudnya yang agak luas dan banyak tokoh yang memberikan
pandangan yang berbeda-beda. Antara lain tokoh terkenal adalah Malcolm Knowles,
Edward Lindeman, Tough dan sebagainya. Menurut Knowles, sebelum wujudnya
andragogi, pedagogi sudah muncul. Pedagogi adalah seni dan kebudayaan bagi
pembelajaran anak-anak. Perkataan itu diambil dari Yunani yaitu ‘paid’
bermaksud ‘child’ dan ‘agogus’ bermaksud ‘leader of’.
Istilah andragogi berasal dari kata Yunani “anere”
yang bermakna dewasa dan “agogus” yang bermakna mendidik atau mengajari. Baik
sebagai seni maupun ilmu, andragogi esensinya adalah membantu orang dewasa agar
mampu belajar dan menjadi pembelajar. Malcolm Knowles adalah Bapak Andragogi. Gelar
ini dilabelkan kepadanya karena dia sangat peduli mengembangkan dan
mengampanyekan andragogi. Tentu ana
nenek andragogi adalah Alexander Kapp, karena dia yang pertama kali melahirkan
istilah itu. Knowles merumuskan prinsip-prinsip layanan bagi pembelajar dewasa,
seperti disajikan berikut ini.
1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam
perencanaan dan evaluasi dari pengajaran mereka. Orang dewasa dapat mengarahkan
diri untuk belajar.
2. Pengalaman, termasuk kesalahan, menjadi
fondasi dasar untuk belajar. Orang dewasa banyak belajar dari pengalaman.
3. Orang dewasa paling tertarik untuk
mempelajari mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaannya
atau kehidupan pribadi.
4. Belajar orang dewasa lebih berorientasi pada
tujuan praktis ketimbang konten.
Fokus apa yang harus diperhatikan
pada strategi pembelajaran orang dewasa? Mengingat karakteristik pelajar dewasa
yang berbeda dengan anak-anak, desainer pengajaran atau pembelajaran harus
memasukkan unsur-unsur berikut ini.
1. Metakognisi. Siswa dewasa lebih memilih untuk
belajar melalui penilaian diri dan koreksi diri.
2. Refleksi. Siswa dewasa melakukan refleksi
atas apa yang dipelajari dan perolehan belajarnya.
3. Pengalaman sebelumnya. Siswa dewasa banyak
belajar dari dan menggunakan pengalaman sebelumnya sebagai bekal belajar.
4. Percakapan atau dialogis. Siswa dewasa lebih
menyukai pendekatan dialogis dalam pembelajaran, ketimbang monologis.
5. Pengalaman otentik. Siswa dewasa lebih
tertarikdengan pengalaman otentik ketimbang yang abstrak.
6. Motivasi. Siswa dewasa lebih mengandalkan
motivasi diri atau motivasi internal ketimbang eksternal.
7. Strategi pembelajaran generative. Kegiatan
yang membantu membangun pengetahuan siswa dewasa oleh mereka sendiri.
Seperti dijelaskan sebelumnya,
teori Knowles tentang andragogi merupakan suatu usaha untuk mengembangkan teori
yang khuus diperuntukkan bagi pembelajaran atau membelajarkan orang dewasa. Knowles
menekankan bahwa orang dewasa dapat mendiri dan mengharapkan mengambil
tanggungjawab atas keputusan mereka sendiri.
Program pembelajaran orang dewasa
harus mengakomodasi aspek fundamental ini. Dari pnjelasan ini makin nampak bahwa
dewasa yang dimaksud utamanya kedewasaan atau sikap dewasa yang bisa
ditampilkan oleh warga belajar. Sejalan dengan uraian sebelumnya, asumsi-asumsi
andragogi tentang desain belajar disajikan seperti berikut ini.
1. Orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka
harus mempelajari sesuatu. Orang dewasa
ingin dan berkecenderungan bertindak ke arah sendiri apabila mereka semakin
matang walaupun ada masanya mereka bergantung pada orang lain.
2. Orang dewasa perlu belajar atas dasar
pengalaman. Pengalaman
orang dewasa adalah sumber pembelajaran yang penting. Pembelajaran mereka lebih
berkesan melalui teknik-teknik berasaskan pengalaman seperti perbincangan dan
penyelesaian masalah.
3. Orang dewasa belajar sebagai pendekatan
pemecahan masalah. Orang dewasa
sedar keperluan pembelajaran secara khusus melalui masalah-masalah kehidupan
sebenar. Oleh itu, program-program pendidikan dewasa sepatutnya dirancang mengikut
keperluan hidup dan disusun mengikut kesediaan dan keupayaan untuk belajar.
4. Orang dewasa belajar baik ketika topik yang
dipelajari memiliki nilai langsung. Orang dewasa
belajar bersungguh-sungguh bagi menguasai suatu pengetahuan ataupun kemahiran
bagi keperluan hidup. Oleh itu, pembelajaran orang dewasa adalah berpusatkan
pencapaian. Kesungguhan orang dewasa menguasai suatu kemahiran ataupun
pengetahuan adalah untuk keperluan hidup ataupun semasa.
Dalam istilah praktis andragogi
berarti bahwa pengajaran untuk orang dewasa perlu lebih berfokus pada proses
dan kurang pada konten yang diajarkan. Strategi seperti studi kasus, permainan
peran, simulasi dan evaluasi diri biasanya dipandang paling bermanfaat. Dalam kaitan ini, instruktur mengadopsi peran
fasilitator atau sumber daya, bukan selayaknya guru atau dosean mengajar siswa
atau siswa di ruang kelas konvensional.
Kesimpulan Andragogi atau
pembelajaran dewasa adalah proses pembelajaran kontinyuitas dalam jangka masa
panjang di mana melibatkan orang dewasa yang sudah matang daripada segi
pemikiran. Walaupun berbagai definisi dilontarkan oleh pelopor-pelopor
pembelajaran dewasa, namun mereka memberikan kesimpulan yang sama. Andragogi
diaplikasikan dalam semua bentuk pembelajaran orang dewasa dengan meluaskan
skop-skop latihan, pembangunan, pendidikan dan sebagainya.
Secara operasional, prinsip
andragogi adalah:
1.
Pembelajaran adalah proses yang
berterusan. Orang dewasa merasakan keperluan dalam berbagai bidang kemahiran
dan pengalaman yang dimiliki adalah penting bagi masa depan mereka.
2.
Orang dewasa belajar dengan lebih
baik apabila secara personelnya mereka terlibat dalam proses merancang, menilai
dan melaksanakan persekitaran mereka tanpa mengganggu tahap keselamatan estim
diri mereka.
3. Orang dewasa memilih dan suka
belajar bagi memudahkan mereka mengetahui tahap kebolehan dan kemahiran yang
dimiliki dalam semua situasi pembelajaran.
4.
Orang dewasa belajar dengan baik
apabila mereka mempunyai motivasi untuk berubah, self-discovered atau mempunyai
kemahiran dan strategi spesifik.
Fungsi yang nyata dalam konsep
andragogi adalah bertentangan dengan prinsip pedagogi. Ia berbeda karena
pedagogi meluaskan pengaruhnya dalam pendidikan formal yang merangkumi
pendidikan sekolah dasar, menengah dan institusi-institusi pendidikan tinggi.
Orang dewasa tidak lagi
bergantung harap dengan orang lain karena mereka bertindak ke arah sendiri. Ia
dianggap sepadan dengan pemikiran dan pengalaman yang dimiliki oleh orang
dewasa. Pengalaman yang dimiliki oleh orang dewasa dianggap sebagai sumber
pembelajaran yang penting dalam meningkatkan keupayaan orang dewasa dalam
meneruskan proses pembelajaran.
C.
Perbedaan antara Pedagogi dan Andragogi
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa andragogi
adalah teori belajar yang dikembangkan untuk kebutuhan khusus orang dewasa.
Berbeda dengan pedagogi, atau belajar di masa kanak-kanak, orang dewasa yang
mandiri dan mengharapkan untuk mengambil tanggung jawab atas keputusannya
sendiri. Program pembelajaran orang dewasa harus mengakomodasi aspek
fundamental, yang berbeda dengan pembelajaran bagi anak-anak. Apa perbedaan
pedagogi dan andragogi? Malcolms S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin
ilmu andragogi dan pedagogi.
1.
Pedagogi
a)
Pembelajar disebut siswa
atau anak didik.
b)
Gaya belajar dependen
c)
Tujuan ditentukan
sbelumnya
d) Diasumsikan bahwa siswa
tidak berpengalamn dan/atau kurang informasi
e)
Metode pelatihan pasif,
seperti metode kuliah/ceramah
f) Guru mengontrol waktu
dan kecepatan
g)
Peserta berkontribusi
sedikit penglaman
h)
Belajar berpusat pada
isi atau pengetahuan teoritis
i)
Guru sebagai sumber
utama yang memberikn ide-ide dan contoh
2.
Andragogi
a)
Pembelajar disebut
peserta didik atau warga belajar
b)
Gaya belajar independen
c)
Tujuan fleksibel
d)
Diasumsikan bahwa
peserta didik memiliki mengalaman untuk berkontribusi
e)
Menggunakan metode
pelatihan aktif
f)
Pembelajar mempengaruhi
waktu dan kecepatan
g)
Keterlibatan atau
kontribusi peserta sangat penting
h)
Belajar terpusat pada
masalah kehidupan nyata
i)
Peserta dianggap sebagai
sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh.
Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan
pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu
empat perbedaan mendasar, yaitu:
1. Citra Diri
Citra diri seorang
anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu
menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat
keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada
orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat
kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah
mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak.
Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri
sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan
seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses
belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal
hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat
timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih
ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.
2. Pengalaman
Orang dewasa dalam
hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak,
pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami
banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses
andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang
sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan
dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan
pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah,
seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses
andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi,
permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman
peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.
3. Kesiapan
Belajar
Perbedaan ketiga antara
pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam
pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung
jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan
diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa
yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai
fasilitator.
4. Nirwana
Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali
dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam
pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah
ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu,
andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa
kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu
tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman
kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada
saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana
kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka
belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari
ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan
proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu
waktu kelak.
D.
Dari Pedagogi dan Andragogi ke Huetagogi
1.
Belajar Cara Belajar
Di bidang pendidikan heutgogi (heutagogy),
konsep yang pertama kali diciptakan oleh Stewart dari Southern Cross University, merupakan studi tentang belajar yang
ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri. Gagasan ini adala perluasan dari
reinterpretasi andragogi, dan mungkin pembedan itu merupakan “kesalahan” yang
sama ketika orang secara kasat mata berusaha membedakan antara pedagogi dan
andragogi. Namun, ada beberapa perbedaan antara dua yang menandai salah satu
dari yang lain.
Titik
tekan heutagogi khusus pada perbaikan belajar cara belajar, dua keluk belajar (double loop learning), kesempatan
belajar universal proses non-linear, dan arah sejati diri pelajar. Jika
andragogi berfokus pada cara terbaik bagi orang dewasa untuk belajar, heutagogi
juga mensyaratkan bahwa inisiatif pendidikan termasuk peningkatan keterampilan,
sebenarnya yang belajar itu adalah masyarakat sendiri, mereka belajar cara
belajar dan juga belajar mata pelajaran yang diberikan itu sendiri. Pada
andragogi fokus pendidikan bersifat terstruktur, sedangkan dalam heutagogi
semua konteks pembelajaran dianggap mengkombinasikan dimensi formal dan
informal.
Belajar
Benar-benar Belajar
Seperti telah diuraikan sebelumnya, Malcom S.
Knowles (1970) telah menyarankan perubahan penting dalam cara di mana
pengalaman pendidikan untuk orang dewasa harus dirancang. Pendekatan itu
dikenal sebagai andragogi yang dibedakan secara kontras dan cukup tajam dengan
pedagogi. Menurut Stewart Hase dan Chris Kenyon, permasalahannya, baik pada
pedagogi maupun andragogi, tidak cukup jelas apakah siswa atau peserta didik
itu benar-benar belajar. Konsep diri yang menentukan seseorang benar-benar
belajar itu disebut heutagogi. Heutagogi dibangun di atas teori humanistic dan
pendekatan belajar mulai digagas pada 1950-an. Ini menunjukkan bahwa heutagogi
sesuai dengan kebutuhan peserta didik di abad ke dua puluh satu, khususnya
dalam pengembangan kemampuan individu. Sejumlah implikasi dari heutagogi untuk pendidikan, termasuk
pendidikan tinggi dan kejuruan menjadi pembahasan yang cukup intensif.
Pendidikan
secara tradisional nyaris selalu dilihat sebagai hubungan pedagogis antara guru
dan pelajar. Guru yang selalu memutuskan apa yang pelajar harus tahu dan
bagaimana pengetahuan dan keterampilan yang harus diajarkan. Hasil penelitian
puluhan tahun terakhir memang telah cukup untuk melahirkan sebuah revolusi
dalam pendidikan mengenai bagaimana orang belajar dan hasil dari itu membuat
guru dapat bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran dan hasil yang
diperoleh. Sementara konsep andragogi (Knowles, 1970) memberikan pendekatan
yang berguna untuk meningkatkan metodologi pendidikan, dan memang telah
diterima hamper secara universal, meski masih memiliki konotasi dari hubugan
guru dengan peserta didik.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat perubahan yang cepat dalam masyarakat
yang disebut sebagai era ledakan informasi, bahwa kita sekarang harus melihat
sebuah pendekatan pendidikan di mana peserta didik sendirilah yang menentukan
apa dan bagaimana belajar itu harus dilakukan. Heutagogi, karenanya merupakan
suatu studi tentang pembelajaran yang ditentukan secara mandiri oleh
pembelajaran, dapat dilihat sebagai suatu perkembangan alamiah dari metodologi
pendidikn sebelumnya – terutama dari pengembangan kemampuan – dan mungkin
menyediakan pendekatan optimal untuk belajar di abad ke dua puluh satu.
2.
Revolusi Berpikir
Kini kita tidak perlu lagi berdebat pada
pedagogi pada satu sisi dan andragogi pada sisi lain, melainkan bagaimana
melakukan revolusi berpikir untuk mengubah dunia di mana kita menjalani
kehidupan. Kita tengah hidup pada sebuah dunia di mana informasi murah dan
mudah diakses, perubahan begitu cepat sehingga metode tradisional untuk
pendidikan dan pelatihan sama sekali tidak memadai lagi; kepatutan
mempersiapkan diri untuk hidup di masyarakat modern dan di tempat kerja
berbaris disiplin ilmu pengetahuan; belajar semakin selaras dengan apa yang
kita lakukan; struktur organisasi modern memerlukan praktik pembelajaran yang
fleksibel; dan ada kebutuhan untuk percepatan belajar. Sebagai respon terhadap
lingkungan ini muncul beberapa pendekatan inovatif yang diharapkan mampu
mengatasi problema pedagogi dan andragogi.
Manusia
esensinya memiliki semangat belajar. Berkaitan dengan ini Rogers (1969) mengemukakan
bahwa orang ingin belajar dan memiliki kecenderungan alami untuk melakukannya
sepanjang hidup mereka. Bahkan Rogers berpendapat kuat bahwa pembelajaran yang
berpusat pada guru telah terlalu lama berlangsung. Dia menekankan pembelajara
berdasarkan pendekatan yang berpusat pada siswa dengan lima hipotesis kunci.
a. Guru tidak bisa mengajar orang lain secara
langsung, mereka hanya dapat memfasilitasi pembelajaran.
b. Orang-orang belajar secara signifikan hanya
untuk hal-hal yang mereka anggap melibatkan pemeliharaan atau peningkatan
struktur diri.
c. Pengalaman yang bila diasimilasikan akan
melibatkan perubahan dalam organisasi diri cenderung dilawan melalui penolakan
atau distori simbolisasi, serta struktur dan organisasi diri tampaknya menjadi
lebih kaku di bawah ancaman.
d. Pengalaman yang dianggap tidak konsisten
dengan diri sendiri hanya dapat diasimilasikan apabila organisasi diri saat ini
dalam suasana santai dan dengan cakupan yang diperluas.
e. System pendidikan yang paling efektif
meningkatkan hasil belajar secara signifikan adalah salah satu yang mengancam
diri, karena belajar direduksi untuk mencapai tujuan yang minimum.
3.
Kelukan Ganda
Sebuah kontribusi besar bagi pergeseran
paradigm dari berpusat pada guru ke paradigm heutagogi dibuat oleh Argyris dan
Schon (1996) dalam konseptualiasi mereka mengenal kelukan atau simpulan belajar
ganda (Double loop learning). Belajar kelukan ganda melibatkan kita menantang
penggunaan teori-teori serta nilai-nilai dan asumsi kita, bukan sekadar
bereaksi terhadap masalah dengan strategi yag ditemukan pada kelukan tunggal
belajar. Dalam menggambarkan pelajar yang berhasil dalam belajar Long (1990)
menyarankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif di mana individu-individu
menerima pengalaman atau memperoleh umpan balik dan melakukan evaluasi melalui
pengalaman hidup.
Sebagai
konsep baru dalam belajar, heutagogi menawarkan tentang bagaimana orang
belajar, menjadi kreatif, memiliki efektivitas diri tingkat tinggi, dapat
menerapkan kompetensi dalam situasi kehidupan, dan dapat bekerja secara baik
dengan orang lain. Dibandingkan dengan kompetensi yang terdiri dari pengetahuan
dan keterampilan, kemampuan adalah atribut holistic. Mengembangkan orang agar
menjadi mampu, membutuhkan pendekatan inovatif untuk belajar secara konsisten
dengan konsep heutagogi, yaitu perlu berbasis kerja. Belajar dan kontrak
belajar adalah dua contoh dari proses yang dirancang untuk memungkinkan orang
menjadi mampu. Fokus proses ini pada “belajar bagaimana belajar” dan “belajar
untuk apa”, bukan berpusat pada guru. Membantu orang-orang untuk menjadi
“mampu” memerlukan pendekatan baru pada pengelolaan belajar.
Beberapa
penulis telah meninggalkan tentang bagaimana substansi belajar dipahami sampai
terakhir, karena penting untuk membuat perbedaan antara “belajar yang
diarahkan” serta “belajar mandiri dan heutagogi”. Bukan heutagogi yang
merupakan metamorphosis diri andragogi, melainkan merupaka perpanjangan konsep
yang menggabungkan “pembelajaran yang diarahkan” dengan “pembeljaran mandiri”,
berbasis pada potensi dan kesadaran sendiri. Gagasan bahwa pendekatan pedagogis
dalam belajar yang mungkin tidak sesuai untuk orang dewasa, merupakan lompatan
penting. Andragogi atau pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa segera
menjadi bagian dari kosa kata yang serata dengan kata pendidik, pelatih, atau
akademisi.
4.
Adaptasi Manusia
Pendekatan heutagogis untuk pendidikan dan
pelatihan menekankan pada sifat manusiawi sumber daya manusia, nilai diri,
kemampuan, serta mengakui sistem-sistem alam antarmuka lingkungan dan kegiatan
belajar sebagai lawan dari mengajar. Heutagogi membahas masalah-masalah
adaptasi manusia dalam rangka memasuki milenium baru. Model ini menantang cara
berpikir lebih dari pada proses ketimbang isi, memungkinkan pembelajaraan lebih
memahami dunia mereka daripada dunia gurunya, memaksa guru pindah ke dunia
pembelajar, serta memungkinkan guru untuk melihat melampaui disiplin mereka
sendiri dan teori-teori yng favorit.
Heutogogi
menempatkan pelajar benar-benar bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari
dan kapan mereka belajar. Heutogogi menyediakan kerangka kerja bagi
pembelajaran yang menempatkan orang dewasa yang bertanggung jawab untuk lebih
maju. Heutogogi adalah studi tentang belajar menarik diri dan bersama-sama
dengan beberapa ide yang disajikan oleh berbagai pendekatan belajar. Ini juga
merupakan upaya untuk menantang beberapa ide tentang mengajar dan belajar yang
masih berlaku berpusat pada kebutuhan siswa dan guru. Dalam hal ini heutogogi
melihat masa depan manusia yang tahu carabelajar yang akan memberikan
keterampilan dasar dan kecepatan inovasi, serta perubahan struktur masyarakat
dan tempat kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi.
Bandug : Alfabeta.
#PENGERTIANPEDAGOGIK
#PENGERTIANANDRAGOGI
#PENGERTIANHEUTAGOGI
0 Response to "Pedagogik,andragogi dan heutagogi"
Post a Comment