Pendidikan sistem among ki hajar dewantara




Pendidikan Nasional Dengan Sistem Among Ki Hajar Dewantara
            Sebagai pengantar, terlebih dahulu kita membahas mengenai Latar Belakang dari Ki Hajar Dewantara sebagai pencetus dari Pendidikan Nasional Dengan Sistem Among. Pencipta Pendidikan Nasional dengan sistem among  ini adalah seorang bangsawan dari Yogyakarta yang bernama Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 8 Mei 1889. Pada masa kanak-kanak ia banyak dan suka bergaul dengan anak – anak rakyat jelata, bertentangan dengan kebiasaan  para bangsawan pada waktu itu. Dari ayahnya ia banyak mendapat pelajaran kesenian  Jawa. Sesudah tamat sekolah rendah Belanda (E.L.S) ia masuk sekilah stovia, tetapi ia tinggalkan dan masuk didalam kalangan politik. Bersama dengan Dr. Douwes Dekker ( Dr. Danu Dirja Setyabudi) dan Dr. Tjiptomangunkusumo, ia memimpin suatu kumpulan politik bernama Indishe Partij (IP).
            Berhubung dengan tulisan-tulisan mereka berkenaan dengan akan diadakannya suatu perayaan besar untuk memperingati kemerdekaan Negeri Belanda, 100 tahun setelah penindasan Napoleon, pula karena orang – orang Indonesia harus ikut merayakannya dan mengumpulkan uang untuk keperluan itu, maka Suwardi menulis dengan kata – kata yang tajam dalam suatu karangan : ,, Als ik eens een Nederlander was.......” (andai saja seorang Belanda). Isinya dengan singkat mengatakan bahwa tidaklah selayaknya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tertindas ikut – ikut merayakan kemerdekaan bangsa yang menindasnya. Lalu Ki Hajar Dewantara dan kawan – kawannya dipanggil dan diperiksa oleh pemerintah. Dan akhirnya ketiga orang harus dibuang. Suwardi ke Bangka, Dr Tjipto ke Banda Neira dan Dr. Douwes Dekker ke Timur-Kupang. Atas permintaan sendiri mereka lalu dibuang ke Negeri belanda dan berangkat pada 6 September 1913. Waktu di Negeri Belanda dipergunakan baik-baik oleh Suwardi untuk mempelajari soal – soal pendidikan dan pengajaran.
            Setelah 4 tahun di Negeri Belanda, putusan pembuangan dicabut. Dan baru pulang Suwardi dan teman – temannya ke Indonesia dalam tahun 1919. Di tanah air, ia dan kawan-kawannya meneruskan perjuangan politik. Akhirnya dengan guna manfaatnya untuk pekerjaan dan kepentingan bangsa, tiga serangkai itu menuruti bakatnya masing-masing. Dr. Tjipto Mangunkusumo tetap dalam politik, Suwardi dan Douwes Dekker mementingkan pengajaran. Douwes Dekker mendirikan Ksatrian Institut di Bandung dengan tujuan mendidik kader-kader ekonomi dan persurat kabaran. Sedangkan Suwardi (Ki Hajar Dewantara) menjadi guru di perguruan Adhidarma Yogyakarta (1921) tetapi setahun kemudian (3 Juli 1922) ia mendirikan sekolah yang sesuai dengan cita-citanya sendiri : ,, National Onderwijs Institut Taman Siswa” ; kelak diubah menjadi Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

A.     Asas Taman Siswa 1922
Pada pembukaan sekolah ini ia mengemukaan asas – asas pendidikannya, yang selanjutnya akan terkenal sebagai Asas Taman Siswa 1922 yaitu :
1.      Menjadi hak seseorang mengatur dirinya sendiri, dengan mengingat tertibnya persatuan dalam kehidupan umum dan mengingat tujuan mendapatkan tertib dan damai, diperlukan agar tiap orang dapat tumbuh dan berkembang dengan sesuai kodratnya dan serta tidak ada paksaan berupa apapun juga, sebab tiap paksaan merupakan perkosaan terhadap kebayyinan anak. Alat pendidikan yaitu perintah dan hukuman dalam ketertiban diganti dengan menjaga anak didik dengan suka cita sebagai usaha memajukan anak didik agar berkembang sendiri. Inilah yang dinamakan sistem Among.
2.      Pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka dalam rasa, fikir dan dalam mempergunakan tenaganya. Disamping memberi pengetahuan yang perlu dan bermanfaat untuk kemerdekaan hidup lahir dan batin didalam masyarakat maka guru harus melatih para siswa mencari dan mempergunakan sendiri pengetahuan itu.
3.      Pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa Indonesia sendiri agar anak kelak tidak terpisah dari bangsanya dan dengan bersendi pada kebudayaan Indonesia sendiri, keluarlah kita untuk bergaul dengan segenap bangsa didunia.
4.      Pengajaran harus meliputi sebagian rakyat yang banyak, sebab kekuatan bangsa dan negara adalah jumlah kekuatan orang –orangnya.
5.      Agar ada kebebasan dalam usahanya yang sesuai dengan asasnya, segala sesuatu harus didasarkan atas kekuatan sendiri, artinya Taman Siswa menolak bantuan orang lain, yang akan dapat mengikat dirinya baik lahir maupun batin.
6.      Karena segala usaha berdasarkan kekuatan sendiri, maka segala sesuatu haruslah hemat dan segala biaya ditanggung sendiri dengan pendapatan biasa.
7.      Pendidik harus menyerahkan diri untuk berhamba kepada sang anak dengan tidak meminta sesuatu hak, bebas dari segala ikatan dan dengan hati yang suci.\

Akibat dari perbuatan Ki Hajar Dewantara ini, maka tampaklah hasil seperti berikut :
1.      Bangsa Indonesia memberikan sambutan yang hangat sekali dan diikuti permintaan untuk pendirian perguruan Taman Siswa dibeberapa tempat
2.      Bangsa Belanda (penjajah) justru mencurigai Suwardi atau Ki Hajar Dewantara dan mencapnya sebagai penghasut pemuda.
Dalam permusyawaratan (20 Oktober 1923), yang dikunjungi oleh utusan – utusan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang sudag ada di beberapa tempat, diputuskan bahwa perguruan itu menjadi badan wakaf, bukan lagi miliki perseorangan. Mulailah diadakan Majelis Luhur. Sejak saat itu berkembanglah usaha Suwardi Surjaningrat di seluruh Indonesia. Namanya terkenal juga di luar Indonesia. Dalam bulan Agustus 1927 Rb. Tagore mengunjungi Taman Siswa serta juga Dr. Gunning dari Belanda dan lain – lain ahli pendidik dari Amerika, Eropa dan Asia. Hanya penjajahan fasisme Jepang yang dapat melumpuhkan Taman Siswa, sebab semua sekolahnya harus ditutup. Taman Siswapun menyerah kalah, Taman siswa hidup sebagai kepompong. Namun Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia memberi tanda pada kepompong – kepompong Taman Siswa untuk bangkit kembali dalam bulan Agusutus 1946. Pada jaman penjajahan Taman Siswa bersikap non koperatif, tidak mau bekerja bersama-sama. Diberi subsidipun tidak mau, akan tetapi setelah proklamasi tersebut sikap Taman Siswa berubah menjadi sikap koperatif dengan pemerintah. Asas Taman Siswa 1922 disesuaikan dengan perubahan zaman, karena telah tercapainya cita – cita suatu negara Nasional, Ki Hajar Dewantara menganjurkan agar asas dijadikan dasar dan Taman Siswa sekarang mempunyai Panca Darma sebagai dasar ntuk segala usahanya, yaitu :
I.           Dasar Kemanusiaan
II.        Dasar Kodrat Hidup
III.      Dasar Kebudayaan
IV.      Dasar Kemerdekaan
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia K. H Dewantara mencurahkan segala tenaganya kepada perjuangan didalam parlemen. Dalam kabinet yang pertama ia menduduki kursi sebagai Menteri Pengajaran. Para pencipta Taman Siswa dan golongan kaum pendidik lainnya berkeinginan agar K.H Dewantara kembali mencurahkan tenaganya kepada Taman Siswa. Harapan inipun dipenuhi olehnya. Dari perjuangan hidupnya dapatlah ditarik kesimpulan bahwa K.H Dewantara adalah seorang pemberani, berkemauan keras, berkonsekuen. Sifat – sifat ini juga terlihat dalam tindakan – tindakannya menentang peraturan – peraturan pemerintah penjajah, yang merugikan rakyat Indonesia pada umumnya dan keluarga Taman Siswa pada khususnya.

B.     Pendidikan dan Pengajaran
Dasar – dasar pendidikan K.H Dewantara dengan sendirinya bersumber pada Panca Darmanya yaitu kemanusiaan, kodrat hidup, kebangsaan, kebudayaan, da kemerdekaan.
1.      Pendidikan adalah usaha kebudayaan, yang bermaksud memberi tuntunan didalam hidup tumbuhnya dijiwa raga anak-anak, agar kelak dalam garis kodrat pribadinya dan dengan pengaruh segala keadaan yang mengelilingi dirinya, anak-anak dapat memajukan hidupnya lahir dan batin, maju kearah Adab Kemanusiaan. Pendidikan dan pengajaran rakyat sebagai usaha untuk mempertinggi dan menyempurnakan hidup dan penghidupan rakyat, adalah kewajiban negara, yang oleh pemerintah harus dilakukan sebaik-baiknya, dengan mengingat atau memperhatikan segala kekhususan dan keistimewaan yang bertali dengan hidup kebatinan dan kemasyarakatan yang sehat dan kuat serta memberi kesempatan pada tiap-tiap warga negara untuk menuntut kecerdasan budi, pengetahuan dan kepandaian yang setinggi – tingginya menurut kesanggupannya masing-masing.
2.      Kodrar Hidup manusia menunjukkan adanya kekuatan pada makhluk manusia sebagai bekal hidupnya, yang perlu untuk pemeliharaan dan kemajuan hidupnya, hingga dengan lambat laun dapatlah manusia mencapai keselamatan dalam hidupnya baik secara lahir maupun batin. Baik untu dirinya secara pribadi maupun masyarakat.
3.      Adab kemanusiaan mengandung arti keharusan serta kesanggupan manusia, untuk menuntut kecerdasan dan keluhuran budipekerti bagi dirinya. Dan bersama-sama dengan masyarakatnya yang berada dalam satu lingkungan alam dan zaman, manusia menimbulkan kebudayaan kebangsaan yang bercorak khusus dan pasti, dan tetap berdasar atas adab kemanusiaan sedunia, hingga yang saling berhubungan karena bersamaan dasar.
4.      Kebudayaan sebagai buah budi dan hasil perjuangan manusia terhadap kekuasaan alam dan zaman, membuktikan kesanggupan manusia untuk mengatasi segala rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya, guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan didalam hidupnya bersama, yang bersifat tertib dan damai pada umumnya : khususnya guna memudahkan dan memfaedahkan, mempertinggi dan menghaluskan hidupnya.
5.      Kemerdekaan adalah syarat mutlak dalam tiap – tiap usaha pendidikan yang berdasarkan keyakinan, bahwa manusia karena kodratnya sendiri dan dengan hanya terbatas oleh pengaruh – pengaruh kodrat alam serta zaman dan masyarakatnya, dapat memelihara dan memajukan, mempertinggi dan menyempurnakan hidupnya sendiri.
Dasar – dasar tersebut sudah mengandung petunjuk tentang corak da n sistem pendidikan yang dicita-citakan K.H Dewantara, yaitu :
1.      Dasar – dasar : I (Kemanusiaan) III (Kebangsaan) IV (Kebudayaan Perihal menerima, mempelihara, melanjutkan kebudayaan. Perihal meluaskan pendidikan rakyat ) yaitu Pendidikan Nasional
2.      Dasar II (Kodrat Hidup) dan dasar V (Kemerdekaan) menetukan sistem pendidikan, yaitu : Sistem Among.
C.      Corak Pendidikan Nasional
Dasar – Dasar I, III, IV dapat dirangkuman dengan singkat yaitu Pendidikan Nasional bermaksud menjadikan anak didik seorang nasionalis, pencinta bangsa, artinya seorang pembawa cita-cita kebangsaan (III), dengan jalan memberi tuntutan kepada anak didik agar menyempurnakan dirinya, jasmani maupun rohani untuk kepentingan bangsa.
Begitulah pendidikan harus mengajak anak masuk kedalam jiwa bangsa, yang terwujud dalam kebudayaannya. Maka haruslah kebudayaan (IV) bangsa sendiri dijadikan sebagai pangkal pendidikan.
Anak – anak didik sebagai suatu angkatan merupakan mata – rantai pencipta kemajuan kebudayaan. Mereka harus dibimbing untuk menerima, memelihara dan mengembangkan kebudayaan. Dalam memelihara tercantum untuk membuang yang buruk dan mengembangkan yang baik dengan tidak menolak unsur – unsur kebudayaan bangsa lain yang berguna bagi kebudayan bangsa sendiri. pendidikan adalah penyerahan maupun pemindahan kebudayaan dari angkatan tua ke angkatan muda.
Kemajuan bangsa tergantung pada kemajuan warga negaranya, maka haruslah pemerinta memberikan pendidikan yang dapat meliputi semua orang. Kepentingan bangsa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umat manusia  atau kemanusiaan (I) apalagi bangsa yang satu menindas yang lain. Inilah mengapa pendidikan nasional ini dinamakan juga pendidikan kebangsaan, atau pendidikan kebudayaan maupun kutural bahkan pendidikan kemanusiaan.
1.  Unsur – Unsur dalam pendidikan dan Pengajaran Nasional
Dalam tiap pendidikan dan pengajaran terdapat tiga unsur yaitu :
a.       Pendidik
Yang dimaksud dengan pendidik adalah anggota keluarga terutama ayah dan ibu, guru dalam sekolah dan serta pemimpin pemuda dalam perkumpulan pemuda.
1)     Ayah dan Ibu
Ayah dan ibu haruslah tahu pokok – pokok ilmu pendidikan dan pandai menyala – nyalakan cita – cita nasional dalam hati sanubari putra putrinya terutama dengan contoh, perbuatan dan sikap.
2)     Guru
Agar pendidik dapat memenuhi tugasnya sebagai pembimbing anak – anak didik menjadi pencinta bangsa yang berjuang untuk cita – cita nasional itu, mka pertama – tama pendidik sendirilah yang harus mempunyai keyakinan hidup kebangsaan dan kemanusiaan. Cinta kepada bangsanya membawa perasaan bersatu dengan bangsanya. Itu menyebabkan tidak ada hentinya dalam usaha menyempurnakan diri guna kemajuan bangsanya pula. Kecintaan yang tinggi kepada bangsa meminta kepada tiap pendidik kesanggupan untuk dapat menahan diri dan bilamana perlu merekalan dirinya, bebas dari kepentingan diri, karena tujuannya adalah kemajuan bangsa dan keluhuran bangsa, menuju kepuncak kemajuan kemanusiaan. Begitulah tiap pendidik harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang hukum-hukum kemajuan masyarakat, disampingnya pengetahuan ilmu jiwa dan ilmu - -ilmu lainnya yang bersangkut paut dengan pekerjaannya sebagai pendidik sehari – hari.
3)     pemimpin pemuda dalam perkumpulan pemuda
pemimpin pemimpin perkumpulan dalam lingkungan sosial anak haruslah sadar akan kewajibannya sebagai pemberi dan penyalur cita – cita nasional untuk kehidupan sosial. Kecuali sadar, terutama ia harus memiliki pengetahuan, kecapakan dan kesediaan untuk menunaikan kewajiban yang tela ia sanggup memikulnya. Berhubung dengan itu pentinglah adalanya latihan – latihan pemimpin perkumpuluan pemuda gar dapat berhasil dalam pekerjaannya dan tercapai cita cita itu.
Karena tidak ada orang lain yang memahami atau menjalani jiwa bangsa, kecuali bangsa itu sendiri, maka guru mulai taman Kanak – Kanak sampai taman Dewasa raya haruslah bangsa itu sendiri.
b.      Anak Didik
Pendidikan Nasional menghendaki, bahwa murid – murid sadar pula akan maksud bersekolah. Sekolah bukan hanya suatu tempat yang dapat memberikan kepadanya suatu pendidikan yang menjadikan mereka seorang pegawai, melainkan terutama sebagai suatu tempar pendidikan yang memimpin mereka untuk berjasa kepada nusa dan bangsa. Perasaan yang timbul karenanya, akan mendorong si murid untuk mendidik diri dan mengumpulkan segala ilmu yangs esuai dengan bakatnya, akrena dengan itu ia dpat menyumbangkan tenaganya pada kepentingan nasional, jika waktunya telah datang yaitu sebagai orang dewasa yang hidup ditengah –tengah bangsanya.
c.       Bahan Pendidikan dan Pengajaran
Sesuai dengan dasar – dasar Pendidikan Nasional yaitu kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan maka bahan pendidikan yang diserahkan kepada anak untuk dimiliki dan diperkembangkan harus berhubungan dengan itu dan berguna untuk itu. Untuk pendidikan kebangsaan dan kemanusiaan, ditamankan kepada anak :
1)     Perasaan diri yang kuat, dengan cara :
a)     Memberikan pekerjaan sesuai dengan kekuatannya, agar dapat diselesaikan tanpa pertolongan (pertolongan sedikit boleh)
b)     Membiasakan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai.
c)      Menyadarkan kepada anak, bahwa ia mempunyai cukup kekuatan atau kepandaian untuk sesuatu tugas.
d)     Memberikan tugas yang tertentu didalam hidupnya sehari – hari, dirumah maupun disekolah.
e)     Menjauhkan perkataan – perkataan yang dapat menimbulkan rasa harga diri yang kurang.
2)     Perasaan sosial, dengan cara meberikan bimbingan untuk :
a)      Sanggup menolong diri sendiri
b)      Menolong orang lain yang memerlukan pertolongan
c)      Menyenangkan orang lain
d)     Merasai dan mengerti perlunya alat – alat sosial seperti rumah sakit, yaitum piatu, menara laut dsb.
e)      Tidka menyakiti binatang dalam permainannya
f)       Belajar menjalankan pertolongan pertama pada waktu ada kecelakaan
g)      Melepaskan kesenangan dengan rela hati untuk kepentingan sosial
h)      Menolong yang lemah atau yang tertindas
i)        Mengerjakan barang sesuatu untuk keperluan bersama
3)     Perasaan keadilan,dengan cara menguatkan sifat – sifat :
a)      Adil dalam fikiran, perkataan dan perbuatan, terhadap kwan dan lawan
b)      Cinta kepada kebenaran
c)      Dapat menempatkan diri dalam keadaan orang lain
d)     Suka membela keadilan
4)     Perasaan puas
Jika anak sudah mengembangkan tenaga sebaik – baiknya untuk keperluan cita – cita, tak peduli bagaimnapun buahnya, wajiblah anak merasa puas.
5)     Kehendak yang kuat, dengan cara :
a)      Membiasakan anak lekas menajlankan tugasnya dengan baik
b)      Meniadakan sifat ragu – ragu
c)      Membiasakan anak bekerja
d)     Mengajari anak untuk menolak godaan
e)      Menimbulkan kehendak setia pada maksud yang suci.
6)     Keberanian, dengan memberi kesempaan agar anak bisa :
a)      Bergerak dan hidup merdeka sebanyak mungkin
b)      Menghilangkan rasa takut dengan penerangan dan kebiasaan
c)      Belajar berani dalam gelap
d)     Mengakui kesalahan dengan terus terang
e)      Mengikuti contoh baik dan menolak godaan dengan sadar
f)       Tidak takut hujan dan sebagainya
g)      Mampu menolong diri sendiri
h)      Sanggup membela diri sendiri
i)        Berani berkata sebenarnta dan setia kepada keyakinannya walaupun ditertawakan atau diperolokkan orang.
7)     Kesanggupan berkorban, untuk membela pendirian atau cita – cita yang baik
8)     Hidup Sederhana
Ini berkaitan erat dengan kesanggupan berkorban. Berkorban berarti sanggup memikul bermacam – macam kemungkinan yang menyusahkan. Orang yang berani hidup sederhana akan lebih teguh dan berani menjalankan cita – citanya dan lebih berani pula menanggung akibat perbuatannya.
2     Semboyan dan perlambang
Untuk memperlengkap segala pengajaran dan pendidikan, dipakainya bahan yang berupa semboyan – semboyan dan perlambang  perlambang, karena itu meresap dalam hati manusia. Karena diberikan dalam bentuk keindahan, maka itu mudah diingat. Diantaanya ialah :
a.       Sutji Tata Ngesti Tunggal  yaitu dengan kesucian batin dan teraturnya hidup sevara lahir, kita mengejar kesempurnaan
b.      Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti dibelakang memberi pengaruh.
c.       Bibit, Bebed, Bobot yaitu pilihan bibit seha, berasal dari jenis baik (bebed) dan berisi (bobot), adalah perlu untuk menyehatkan keturunan.
d.      Kita berhamba kepada sang anak yaitu tidak muird untuk guru, namun guru untuk murid.
e.       Rawe – rawe rantas, malang – malang putung  yaitu segala sesuatu yang merintangi akan hancur. Ini untuk memperteguh kemauan dan tenaga.
f.        Neng – Ning-Nung-Nang yaitu ketenangan menimbulkan pikiran jernig, yang menuju kekuasaan batin, dan membawa kemenangan.

Bahan pengajaran yang terutama dipentingkan untuk memenuhi dasar kebudayaan dan kebangsaan disampinya ilmu – ilmu yang sudah lazim diajarkan ialah :
a.       Adat istiadat sendiri. Dalam mempelajari ini haruslah diingat, bahwa pendidik harus berani membuanf dan mengganti hal – hal yang tidak sesuai dengan kemajuan masyarakat.
b.      Bahasa sendiri. pelajaran bahasa sebagai alat yang terutma untuk menyelami jiwa bangsa dan memahami kebudayaan nasional. Pendidikan adalah penyerahan kebudayaan. Berhubung dengan itu maka terlihat pentingnya pelajaran bahasa sendiri, karena penyerahan kebudayaan itu pertama – tama melalui bahasa. Selain itu, untuk perkembangan fikir anak, bahasa daerah amat perlu. Maka pelajaran dikelas – kelas permulaan diberikan dalam bahasa daerah. Dongenng, riwayat para pahlawan bangsa dan cerita – cerita lalu dapat mudah diberikan. Itu semua sudah berisi kebudayaan bangsa. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa kesatuan, diajarkan jika murid sudahbdapat mengeluakan fikir, perasaan, dan kehendaknya dengan bahasa daerah.
c.       Sejarah dan Ilmu Bumi. Pertama – tama yang harus dpentingkan adalag sejarah mengenai bangsa sendiri dan ilmu bumi mengenai negara sendiri. dalam hal ini banyak dipakai darmawisata untuk mengenal keindahan alam dan kehidupan bangsa sendiri.
d.      Kesenian. Seni sastra, seni suaram dan seni tari disampingnya kesenian yang lain banyak dipelajari dan dperkembangkan. Yang dimaksud adalah kesenian kebangsaan.

D.     Sistem Among
Sistem pendidikan untuk melaksanakan pendidikan nasional itu ialah Sistem Among. Sistem Among memiliki dua dasar yaitu :
1.      Dasar II. Kodrat hidup (alam) sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat – cepatnya dan sebaik – baiknya.
2.      Dasar V. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin, hingga dapat hidup merdeka (berdiri sendiri).

Adapun penjelasan mengenai dua dasar dari sistem among ini ialah :
1.      Dasar Kodrat Hidup (Alam)
Kemajuan yang sejati hanya dpat ddiperoleh dengan perkembangan kodrat. Pendidik hanyalah berbuat sebagai pamong yang berdiri dibelakang dengan bersemboyan Tut Wuri Handayani, tetapi tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak – anak didik untuk berjalan sendiri, tidak terus menerus di tuntun dari depan. Dengan begitu maka si pamong ini hanya wajib menyingkirkan segala apa yang merintangi jalannya anak – anaak didik, serta hanya bertindak aktif dan mencampuri gerak – geriknya. Apabila anak – anak sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari bahaya – bahaya yang mengancam keselamatannya. Kodrat alam ini sekarang dinamakan pula pembawaan.
Beberapa soal – soal yang berhubungan dengan kodrat itu perlu disebut :
a.       Menurut kodrat alam adalah keluarga yang pertama – tama harus memberi pendidikan. Maka Sistem Among mengutamakan sistem pendidikan kekeluargaan.
b.      Perkembangan anak didik sebelum dewasa menurut kodrat alam dapat dibagi sebagai berikut :
1)     Zaman wiraga (wi = penyempurnaan ; raga = badan) terjadi dalam windu pertama, ini adalah masa perkembangan indera dan bagian badan yang lain.
2)     Zaman witjipta ( tjipta = kenal, fikir) terjadi dalam windu kedua. Ini adalah masa perkembangan daya – daya jiwa terutama daya mengenal, fikir.
3)     Zaman Wirama (wirama = harmoni, penyelarasan atau penyesuaian) termasuk dalam windu ketiga. Ini adalah masa untuk menyesuaikan diri didalam masyarakat besar, tempat anak didik akan mengambil bagin sesuai dengan cita – citanya.
Sistem Among mendasarkan pengajaran dan pembagian sekolah atas pekembangan tersebut diatas.
c.       Bakat anak didik. Pada waktu anak dilahirkan ia sudah membawa kodratnya sendiri – sendiri, berupa bakat – bakat, yang tidak sama untuk semua anak. Atas bakat – bakat itulah pendidikan secara among didasarkan. Sistem Dalton, Mannheim dan sistem sekolah kerja dapat dipakai untuk memberi kesempatan sebaik – baiknya kepada bakat keseorangan itu agar berkembangan baik – baik.
d.      Pendidikan Jasmani. Menurut kodratnya amak anak perempuan dan anak laki – laki tidaklah sama. Sistem Among memberikan pendidikan badan yang berlainan dalam tujuannya untuk kedua jenis kelamin itu. Pendidikan jasmani untuk putri bertujuan memelihara kesehatan untuk dirinya dana keturunannya, dan pendidikan jasmani untuk putra bertujuan tidak hanya memelihara kesehatan tetapi juga untuk mendapatkan kekuatan badan.
2.      Dasar Kemerdekaan
Anak didik diberi kesempatan mengatur dirinya sendiri sesuai dengan kodratnta secara bebas merdeka, tetapi harus diinsafi, bahwa itu bukan kebebasan yang leluasa, melainkan kebebasan yang terbatas pada tertib damanya hidup bersama. Kemerdekaan itu diberikan kepada cara anak berpikir, yaitu dengan jalan jangan selalu anak didik dipelopori atau disuruh membeo buah pikiran orang lainm akan tetapi haruslah anak didik dibiasakan mencari sendiri segala pengetahuan dengan mempergunakan pikirannya sendiri pula.
Begitu pula, cara anak – anak melakukan sikap batinnya, merasakannya, memelihara keinsagannya dsb. Haruslah tidak dipelopori melainkan diberi kebebasan secukupnya. Juga dalam mewujudkan kemauannya menjadi tenaga atau perbuatan, haruslah bebas dari paksaan – paksaan atau tekanan – tekanan. Jadi untuk membimbing anak – anak agar menjadi orang yang sungguh – sunggug merdeka, lahir dan batin wajiblah anak dimerdekakan fikiran, batin dan tenaganya. Kemerdekaan itu harus memberikan kemungkinan seluas – luasnya untuk berkembang. Berkembang kearah yang baik, bukannya yang menuju kekebuasan. Maka yang dimaksudkan adalah kemerdekaan yang mengandung menahan diri, mengatur diri.
Soal – soal yang berhubungan dengan kemerdekaan dalam Sistem Among ialah :
a.       Hukuman dan hadiah. Sistem Among tidak mamu memakai hukuman dan hadiah. Karena itu adalah suatu alat pendidikan yang tidak sesuai dengan kemerdekaan yang harus diberikan kepada anak dalam mempergunakan pikiran, batin dan teananganya, melainkan suatu alat paksaan atau tekanan yang menimbulkan tertib semu, karena didukung rasa gelisah dan takut. Hukuman dan hadiah mengakibatkan adanya perasaan harga diri yang kurang.
Anak didik harus berbuat baik dan menghindarkan diri dari kelakuan jahat dengan tidak mengingat akan hukuman atau hadiah. Hukuman hanya diperbolehkan jika itu dapat membawa anak kepada rasa keadiln. Begitula Sistem Among stuju dengan hukuman alam (Rosseau), yang akan menimbulkan penyesalan dan kehendak untuk tidak berbuat kejahatan itu lagi.
Diperbolehkan paksaan yang dapat membawa anak itu kepada memaksa diri dan peraturan serta perintah yang dapat mengakibatkan mengatur diri dan memerintah diri.
b.      Keaktifan. Sesuai dengan dasar kemerdekaan, amka Sistem Among memberi kesempatan sebanyak – banyaknya agar anak didik itu aktif (berusaha sendiri) dalam mencari pengetahuan dan spontan (tidak meniru) dalam perbuatan. Begitulah Sistem Among mengubah sekolah pasif menjadi sekolah aktif atau sekolag kerja agar berkembanglah insting mencipta didalam anak.
c.       Kelas Terbuka. Untuk menghilangkan rasa terkurung dan menimbulkan suasana bebas, maka Sistem Among mengkehendari kelas – kelas dalam sekolah itu sedkitnya terbuka sesisi jadi sebanyak banyaknya hanya mempunyai 3 buah dinding. Lebih baik adanya kelas yang sama sekali terbuka dan jika mungkin pelajaran diberikan diluar gedung, dikebun, untuk lebih dekat pada alam.
E.      Penyelenggaraan Pendidikan Nasional
Sesuai dengan pendirian K.H Dewantara, bahwa perkembangan anak sebelum dewasa itu sejajar dengan umur windu anak, maka tingkatan sekolahpun didasarkan atas itu. Adapun tingkatan sekolah itu yaitu :
1.      Taman Kanak – Kanak
Untuk zaman wiraga (tahun pertama) dibuatkan Taman anak. Sekolah ini diperuntukkan kanak – kanak sampai umur 9 tahun. Perlu diperingatkan bahwa yang dimaksud dengan Taman Anak itu lain dengan apa yang biasa kami maksud dengan itu, yakni : Sekolah Frobel. Sekolah yang sesuai dengan sekolah Frobel dinamakan Taman – Indrija yang memberi pelajaran disekolah ini ibu guru. Taman anak sampai kelas 3 S.R kita.
2.      Taman – Muda
Ini adalah bagian untuk zaman witjipta (windu kedua) dan dikunjungi oleh anak samapi umur 14 dan 16 tahun. Taman Anak dan Taman Muda merupakan Sekolah Rendah (S.R)
3.      Taman – Dewasa dan Taman – Madya
Untuk zaman wirama (windu ketiga) diadakan dua sekolah yaitu Taman Dewasa yang lamanya 3 tahun dan Taman Madya sebagai lanjutannya yang hanya 2 tahun lamanya. Taman Madya disebut pula Taman Dewasa Raya. Kedua sekolah itu masing – masing setingkat dengan SMP dan SMA dan dikunjungi oleh anak – anak sampai umur 19 dan 23 tahun.
Berhubung dengan perbedaan pembawaan anak, maka Taman Madya mempunyai beberapa jurusan untuk dapat memenuhi pembawaan – pembawaan tersebut :
a.       Jurusan pendidikan
b.      Jurusan sosial – ekonomi
c.       Jurusan kesusasteraan
d.      Jurusan ilmu pasti dan alam
4.      Taman – Ilmu
Sekolah ini adalah sekolah tinggi untuk mendidik para ahli. Hingga kini Taman Dewasa belum mempunyai Taman ilmu. Baru ada Taman Pra Sarjana sejajar dengan Pendidikan Guru tingkat B.1
Sesuai dengan sifat dan karakteristik Pendidikan Taman Siswa (terutama kultural-nasional) maka bentuk penyelenggara pendidikannya meliputi :
1.      Permainan anak
Karena permainan amat sesuai dengan jiwa anak guna memenuhi khayal dan dorongan bergerak, maka itu dianggap penting sekali untuk pendidikan dan banyak – banyak diberikan di Taman Anak dan Taman Muda. Permainan permainan yang dipakai ialah permainan – permainan nasional agar anak tetap dalam lingkungan kebudayaan bangsa. Permainan bangsa asing memberi kemungkinan kepada murid akan terpisah dari adat – istiadat dan kesenian bangsanya.
2.      Ko – Instruksi
Didalam keluarga tidaklah diadakan perpisahan antara anak perempuan dan anak laki – laki sebelum mereka dewasa. Berdasarkan kebiasaan dalam keluarga dan perbedaan pembawaan, Sistem Among baru mengadakan pemisahan dalam pengajaran sesudah Taman Dewasa. Perhubungan antara pemuda dan pemudi harus selalu ada, tetapi dibawah pimpinan yang baik.
3.      Tripusat Pendidikan
Didalam hidup anak-anak ada tiga macam tempat pergaulan lingkungan, yang amat penting baginya untuk pendidikannya ialah keluarga, perguruan dan pergerakan pemuda atau lingkungan sosial, dan ketiga itu dinamakan tripusat pendidikan. Terpenting adalah pendidikan keluarga, karena memang orang tualah yang menurut kodratnya harus mendidik anak – anak, terdorong oleh suatu insting, yaitu rasa cinta yanga sli tiap makhluk turunannya. Lagipula keadaan, istiadat dalam keluarga dengan singkat hidup keluarga mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti tiap manusia, perasaan sosial seperti tolong menolong, tidak mementingkan diri sendiri, patuh, ketertiban, kedamaian, kebersihan, bersama – sama menderita atau berbahagia, juga untuk pendidikan keagamaan lingkungan keluarga mempunyai tempat yang utama.
4.      Alam perguruan
Merupakan pusat pendidikan yang teristimewa berkewajiban membimbing kecerdasan fikir, memberi ilmu, pengetahuan dan menyiapkan anak mendapatkan mata pencaharian. Begitulah alam perguruan pertama tama dapat dipandang sebagai balai wijata, biarpun macam pendidikan yang lain mendapat perhatian pula, tetapi harus diakui bahwa pengaruhnya terhadap pendidikan sosial, budi pekerti, agama, tidak sebegitu besar dibandingkan dengan pendidikan fikir. Maka besar kemungkinannya, bahwa pendidikan di balai wijata menimbulkan intelektualisme, individualisme, egoisme, materialisme, jika itu terpisah dari hidup keluarga.
5.      Alam pemuda
Yaitu sebagai lingkungan sosial adalah penyokong besar dalam pendidikan anak menuju kedewasaan jiwa, budi pekerti,laku sosial, kecerdasan, dan dilakukan dalam suasana merdeka, sebab didalam perkumpulan pemuda, para pemuda bersama-sama berusaha, berlatih, bertenaga dan menahan diri untuk mendapatkan pendidikan diri. Orang dewasa hanya berdiri dibelakang, memberi nasehat jika dibutuhkan dan suasana paksaan baginya.
6.      Pondok Asrama
Untuk sempurnanya pendidikan maka wajiblah ketiga pusat pendidkan itu bekerja bersama-sama. Berhubung dengan itu maka pendidik Sistem Among memakai cara pondok asrama. Adapun yang dimaksud dengan istilah itu adalah menjadinya satu gedung  untuk berguru dan bertempat tinggal untuk guru dan murid.
Karena kata pondok menjurus ke tempat pendidikan agama Islam dan kata asrama kepada pendidikan agama Hindu, maka kedua kata tersbeut dipakai bersama-sama untuk menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional tidak menghendaki suatu pendidkan yang didasarkan atas suatu agama tertentu. Kediaman untuk putri – putri dinamakan wisma Rini dan untuk laki-laki dinamakan wisma prija. Begitulah dapat diadakan pimpinan dan latihan – latihan yang sesuai dengan kebutuhan masing – masing berhubungan dengan kodratnya sebagai putri dan putra.
Ruangan – ruangan perguruan diatur praktis, dinding-dinding diantara kelas yang satu dengan kelas yang lain dibuat supaya mudah diambil, sehingga bila perlu dapat dijadikan satu ruangan yang luas dan dapat dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti rapat, perayaan, latihan – latihan, penginapan dsb.
Kelas – kelas sebanyak – banyaknya hanya berdinding tiga dan daun bangku dibuatnya rata supaya dapat dipakai sebagai meja makan, tempat tidur, panggung. Sesudah pelajaran tidaklah ruangan –ruangan itu kosong, tidak berjiwa, ditinggalkan oleh penghuninya, melainkan masih dipergunakan pula oleh murid – murid sebab mereka mempunyai bermacam macam kumpulan olahraga, kesenian. Itu semuanya membutuhkan latihan dan tempat. Begitulah sekolah pada siang dan sore hari berubah menjadi lapangan untuk lingkungan ketiga, yaitu lingkungan pemuda.
Pertemuan antara guru, murid dan orang tua diadakan pada waktu yang tertentu dengan bermacam – macam pertunjukan dan ceramah. Sesuai dengan keadaan dalam keluarga, maka murid ikut mengatur sekolah menjaga kebersihan pondok asrama dan halamanya, merawat para sakit, mengatur perpustakaan dsb. Penting sekali artinya ini untuk rasa tanggung jawab.
Pendidikan Nasional yang dianjur – anjurkan oleh K.H Dewantara itu tidak luput dari kritikan . Diantara kiritikan itu ialah :
a.       Cita cita Pendidikan K.H Dewantara terlaltu tinggi, hingga mustahil dapat dilakukan sepenuhnya.
b.      Karena pemerintah bukan lagi pemerintah bangsa asing, melainkan pemerintah bangsa sendiri, orang mengira baha nama harum yang meliputi Pendidikan Nasional (K.H. Dewantara) tidak akan tetap seperti dalam jaman penjajahan, akrena itu dulu dianggapnya sebagai suatu tempat untuk bersama-sama menentang kekuasaan penjajah.
c.       Pendidikan K.H Dewantara memandang bahwa tiap anak didik itu menurut kodratnya adalah baik. (Guru Hanya tut Wuri) ini tidak sesuai dengan kenyataan.
Selain kritikan – kritikan terhadap Pendidikan Nasional oleh K.H Dewantara, terdapat pula penghargaan untuknya. Rakyat Indonesia amat menghargai jasa – jasa K.H Dewantara dan menganggapnya sebagai ahli didik Indonesia yang besar. Dalam bermacam – macam usaha nasional mengenai pendidikan pendapatnya tentu dipinta. Jiwa undang – undang pengajaran pendidikan dan pengajaran sementara yang berlaku sesuai benar dengan dasar-dasar pendidikan Nasional.
Dalam kabinet pertama (1945) ia menjadi menteri P.P dan K. Mulai bulan maret 1955 Pemerintah memberikan kepadanya suatu honorarium yang tetap untuk selama hidupnya sebesar Rp. 750,- sebulan sebagai penghargaan atas jasa – jasanya untuk nusa dan bangsa. Pada tanggal 19 Desember 1956, Universitas GadjahMada menghargainya dengan memberikan kepadanya gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Kebudayaan atas jasanya sebagai perintis pendidikan nasional dan kebudayaan nasional.
Dalam tahun 1957 para bekas murid, guru dan lain-lain pencipta Taman siswa mempersembahkan kepadanya suatu padepokan di Yogyakarta, yang dibangun dengan wang hasil pengumpulan dari orang – orang tersebut diatas.
S. Mangunsarkoro sebagai penganut Ki Hajar Dewantara perlu disebut Sarmidi Mangunsarkoro. Dilahirkan di Solo pada 23 Mei 1904, dan secara mendadak meninggal dunia pada tanggal 9 Juni 1957, sebagai anggota Konstituante. Setelah mendapatkan ijazah sekolah teknik menengah ia tidak bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan ijasahnya, tetapi sesudah mengikuti Normaal-Cursus (Kursus Sekolah Guru) ia memperdalam ilmu mendidik, ilmu jiwa dan filosofi. Sesudah bertemu dengan K.H Dewantara ia membuka perguruan Taman Siswa di Jakarta dan selanjutnya mencurahkan tenaganya kedalam pengajaran dan pendidikan. Sampai tercapainya Indonesia merdeka. Sesudah itu ia bergerak dalam kalangan politik dan dengan sendirinya masuk partij yaitu Partij Nasional Indonesia.

F.      Pengajaran Pilot – Proyek atau Usaha Perintis
Pemerintah Indonesia mulai tahun 1956 berusaha untuk juga mempraktekkan teori –teori aliran baru dalam pendidikan dan pengajaran , tetapi teori – teori tersebut tidak dioper begitu saja melainkan, disesuaikan dengan Undang – Undang Pendidikan dan Pengajaran yang sedang berlaku. Pengajaran untuk mencoba hal yang tersebut itu sekarang terkenal dengan nama pengajaran pilot proyek sebagai usaha perintis, maupun usaha pelopor. Pengajaran semacam itu belum dijalankan diseluruh Indonesia, melainkan baru beberapa S.G.B yang mendapat tugas untuk itu sejak tahun pengajaran 1955/1956 yaitu S.G.B Sumedang, Salatiga dan Bali. Tetapi para pengasuh S.G.B Negeri di Tasikmalaya beberapa tahun sebelumnya telah memulainya atas usaha sendiri dan pada hakekatnya S.G.B tasikmalaya itulah yang merupakan penggerak utama dalam usaha perintis ini.
1.      Sebab Musabab Timbulnya Pilot Proyek
Pemerintah mengetahui bahwa pada umumnya sekolah – sekolah kita masih berjalan secara kuno, yaitu dengan sifat – sifat seperti berikut :
a.       Murid – murid didalam sekolah bersifat pasif, selalu duduk mendengarkan dan hanya percaya tanpa kritik pada segala sesuatu yang dituangkan guru kedalam otak anak. Sifat pasif ini dibawa terus oleh siswa sesudah mereka tamat dari sekolah, siap terjun kedalam masyarakat, sehingga tidak keluar daya kreatif dan inisiatif dari padanya. Akibatnya ialah mereka masih terus menjadi tanggungannya orang tua maupun sanak saudara, tidak dapat berdiri sendiri. tidak ada otoaktivitet untuk berusaha.
b.      Bahan pengajaran terlalu teoritis, hanya pengisi otak belaka, tidak praktis atau fungsional. Intelektualisme masih tebal sekali dan karena cara mengajar guru pula kurang mempraktekkan sifat – sifat didaktik, yang telah mereka hapalkan dalam sekolah guru, pengetahuan yang intelektualistis direndahkan lagi menjadi vervalistis. Bahan pengajaran tidak disesuaikan dengan keadaan alam sekitar dan masyarakatnya. Hal ini juga dibutuhkan oleh para siswa didalam masyarakat tidak diajarkan jadi bahan pengajaran terpisah daripada kebutuhan hidup. Akibatnya ialah sesudah tamat sekolah anggota masyarakat dan warga negara yang sudah disiapkan oleh sekolah itu canggung memulai hidup yang sesungguhnya. Dan harus mulai belajar lagi menyesuaikan dengan hidup dalam masyarakat. Mulailah murid belajar bekerja, suatu hal yang tidak pernah dilatihkan oleh guru didalam sekolah. Dalam hidup kesusilaan, intelektualisme, dalam pengajaran dan pendidikan berakibat, murid hanya tahu akan norma kesusilaan tetapi tidak merasakannya, apalagi menjalankannya.
c.       Hal – hal tersebut mengakibatkan pada anak dalam hidup dilingkungannya bersikap individualistis : segala perbuatannya hanya demi kepentingan dirinya sendiri. tidak ada usaha dari dirinya untuk mengabdi kepada masyarakat dan negara tidak mempunyai tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.
2.      Tujuan dan Dasar Pengajaran Pilot Proyek
Usaha perintis ini bertujuan memberikan pendidikan dan pengajaran yang memenuhi Undang – Undang Pendidikan dan Pengajaran No. 12 tahun 1954. Pasal – pasal yang mengandung dasar dan tujuan negara kita.
Pasal 4 berbunyi :
Pendidikan dan Pengajaran berdasar atas asas – asas yang termaktub dalam Pantja Sila, Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas Kebudajaan kebangsaan Indonesia.
Jadi dalam segala usaha, tindak tanduk guru pada waktu ia mengajar wajiblah ia berpegangan pada :
a.       Ketuhanan. Guru wajib hidup dan memimpin anak didik hidup bersendikan kepercayaan bahwa kita semua adalah makhluk Tuhan yang telah memberikan norma – norma atau pegangan – pegangan agar menunaikan tugas kita dengan penuh tanggung jawab kepada-Nya.
b.      Perikemanusiaan. Guru wajib hidup dan memimpin anak didik hidup dengan keyakinan bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan adalah sama derajatnya. Tidaklah pantas manusia yang satu menindas, menghina, merendahkan, menipu manusia yang lain. Kita wajib saling menghormati dan mencintai. Sebagai makhluk tertinggi maka kita wajib menyayangi makhluk lain pula. Dalam pergaulan antar manusia dan manusia, wajib tiap manusia menjaga adanya perdamaian, saling percaya mempercayai, kejujuran, kesetiaan dan sifat – sifat budi pekerti yang lain. Tidak pantas manusia itu bersifat bengis, kejam, zalim, tamak dan sebagainya.
c.       Kebangsaan. Guru wajib hidup dan memimpin anak didik hidup dengan keinsafan bahwa tiap manusia mempunyai kebangsaan. Kita bangsa Indonesia wajib selalu berusaha mempertinggi keluhuran, kebahagiaan bangsa dan dalam tingkah laku serta segala macam perbuatan tidak merendahkan kebangsaan kita. Kita seorang nasionalis wajib memimpin anak didik hidup sebagai seorang nasionalis dan bila perlu mengirbankan segala sesuatu demi keluhuran dan kemuliaan bangsa.
d.      Kedaulatan rakyat. Guru wajib hidup dan memimpin anak didik hidup sebagai warga dari negara kita Indonesia yyang demokratis sifatnya, yaitu bahwa segala sesuatu dalam negara kita ini seluruh rakyatnyalah yang berdaulat atau berkuasa. Rakyat melalui perwakilannya memegang kekuasaan dan bukannya suatu golongan kecil atau suatu minoritas yang menentukan segaka sesuatu. Guru wajib hidup dan memimpin anak hidup dengan keyakinan bahwa daya hina bangsa Indonesia ini bergantung kepada perbuatan seluruh rakyat. Jadi menjadi jaya maupun hina oleh kita semua dan untuk kita semua. Tiap anak harus dididik bersedia bekerja bersama-sama secara gotong royong, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing.
e.       Keadilan sosial. Tiap negara memberi hak dan kewajiban kepada warganya. Dalam pembagian hak dan kewajiban ini harus terdapat keadilan, tidak ada kelompok yang hanya menerima haknya dan tidak mendapat kewajibannya atau menerima keduanya tetaoi tidak seimbang. Maka guru wajib hidup dan memimpin anak hidup dengan bersedia menunaikan tugasnya dan kemudian menggunakan haknya. Segala sesuatu dibagi adil.    
Pasal 3 berbunyi :
Tudjuan pendidikan dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang tjakap dan warga negara jang demokratis serta bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masjarakat dan Tanah Air
Menurut pasal 3 itu tujuan pendidikan negeri kita mempunyai 2 segi yaitu pendidikan keseorangan dan pendidikan sosial. Pendidikan keseorangan tercantum dalam perkataan membentuk manusia susila, yaitu manusia yang susila hidupnya atau berbudipekerti dan manusia yang cakap, yaitu manusia yang mempunyai pengetahuan atau ilmu maupun manusia pandai. Tetapi dalam perkataan cakap terdapat pula arti tangkas maupun mahir mengerjakan sesuatu. Dalam pendidikan individual ini terdapat pendidikan kesusilaan dan pendidikan kecerdasan.
Pendidikan sosial tercantum dalam kalimat “membentuk warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Didalam kalimat itu terdapat 2 macam pendidikan, yaitu pendidikan kewarganegaraan yang demokratis dan pendidikan kemasyarakatan atau sosial.
Pendidikan individual dan pendidikan sosial tidak boleh berat sebelah, melainkan pendidikan individual (susila dan cakap) harus diperuntukkan pendidikan sosial (warganegara dan masyarakat) sebab telah tercantum bahwa tiap manusia bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan perkataan lain dapat diartikan kecakapan dan budipekerti tiap – tiap orang wajib diabdikan kepada masyarakat dan negara.
Ada 1 sila sebagai dasar yang belum tertera dalam tujuan itu, yaitu sila Ketuhanan. Hal pendidikan keagamaan tercantum dalam pasal lain yaitu pasal 20, yang antaranya berbunyi sebagai berikut :
Dalam sekolah – sekolah Negeri diadakan, peladjaran agama : orang tua murid menetapkan, apakah anaknja akan mengikuti peladjaran tersebut.
Masih ada 1 macam pendidikan yang belum diutarakan, yaitu pendidikan jasmani. Hal ini terdapat dalam pasal 9.
Pendidikan djasmani jang menudju kepada keselarasan antara tumbuhnja badan dan perkembangan djiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia jang sehat dan kuat lahir bathin, diberikan pada segala djenis sekolah.
Dari uraian tersebut diatas teranglah bahwa Undang – Undang Pendidikan dan Pengajaran kita telah menjamin adanya pendidikan harmonis, yang meliputi pendidikan jasmani dan pendidikan rohani yaitu  pendidikan ketuhanan, pendidikam kewarganegaraan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan intelek (cakap), pendidikan kesusilaan. Pengajaran pilot proyek atau usaha pelopor tersebut bermaksud melaksanakan pemberian pendidikan total, keseluruhan maupun harmonis tersebut.      
3.      Penyelenggaraan Pilot Proyek
Berhubung masih ada ujian di negara kita maka pengajaran pilot proyek yang diselenggarakan tidak boleh menghabiskan segala waktu bersekolah. Sebanyak – banyaknya dapatlah disusn daftar pengajaran proyek okasionil partsiil. Tetapi agar mutu pengajaran tetap terjaga dan latihan bekerja tambahan dapat diselenggarakan, sekolah masuk 2 kali yaitu pagi dan siang. Ada pertimbangan pula, bahwa sekolah masuk 2 kali itu dapat mengurangkan adanya cross boys yang menjadi persoalan hangat dinegara kita, karena salah satu sebab adanya cross boys itu adalah salah pengisian waktu yang terluang.
Waktu pagi dipergunakan untuk pengajaran teoretis untuk memenuhi rencana pengajaran, yang masih amat mementingkan bahan pengajaran. Rencana pengajaran kita termasuk subject – curriculum. Unsur – unsur pengajaran pagi untuk memenuhi faktor Head atau pendidikan intelek. Jalannya pengajaran seperti biasa. Asal guru mempraktekkan sifat  - sifat didaktif terutama tritunggal pemusatan perhatian, peragaan dan otoaktivitet. Tetapi keaktifan yang ada didalam kelas adalah keaktifan yang diawasi dan dipimpin oleh guru. Kebebasan sesuai dengan bakat tidak ada. Dengan sendirinya antara bahan – bahan pengajaran wajib ada korelasi dan bahan – bahan pengajaran erat hubungannya dengan masyarakat anak disekitarnya.
Waktu siang dipergunakan untuk aktif memenuhi faktor Heart (hati). Hand (tangan) dan Health (kesehatan). Keaktifan diwaktu sesudah pelajaran pagi ini dinamakan pula extraclass-activities dan macam latihan – latihan itu dinamakan skill yaitu ketangkasan. Kecekatan, kecakapan. Rencana bermacam-macam keaktifan dinamakan activity curriculum. Begitulah keempat H dalam pendidikan diselenggarakan semua. Dengan kata lain latihan – latihan pada siang hari terutama diperuntukkan pendidikan kerja dengan tangan dan pikiran, memenuhi otoaktivitet anak secara sendirian dan secara rombongan sebagai usaha pendidikan sosial. Bahan latihan diambilkan dari keadaan dan kehidupan sekitar anak agar segala sesuati ya g diberikan itu praktis atau fungsionil. Begitulah pengajarab pilot – proyek tidak sama disemua tempat karena lingkungan anak tidak sama, anak yang memiliki suatu bakat istimewa wajib mendapat perhatian dan kesempatan banyak – banyak untuk mengembangkan pembawaannnya itu. Dan dengan ini anak akan menemukan sesuatu kegemaran atau hobby yang sehat.
Untuk melatih anak hidup demokratis, perlu diadakan pupils-self government, yaitu murid sendirilah yang mengatut segala kehidupan dalam masyarakat sekolah itu. Murid sendiri yang membentuk peraturan (undang-undang), mereka sendiri yang menjalankan peraturan yang telah mereka tetapkan dan murid sendiri pulalah yang mengawasi terlaksananya peraturan-peraturan tersebut. Dengan sendirinya kepala sekolah menjadi pelindung dan berapa orang guru menjadi penasehat.
Macam latihan dan banyaknya macam latihan untuk Sekolah Rakyat dengan sendirinya berbeda dengan yang diperuntukkan sekolah lanjutan, berhubung dengan perbedaan umur dan perkembangan juga pupils selfgovernment di Sekolah Rakyat wajib sederhana sekali dan guru perlu pula masih sering tampil kemuka. Agar segala yang telah dibicarakan diatas menjadi lebih jelas akan dikaji jalannya suatu persiapan pelajaran pilot proyek di sekolah lanjutan.
Perlu ditandaskan lagi bahwa tidaklah dimaksud oleh pilot – proyek untuk mengerjakan semua skill tersebut diatas. Tiap sekolah dan daerah memilih dan menambah apa-apa yng sesuai dengan daerahnya. Pada sekolah lanjutan yang muridnya sudah besar dan terutama ada asramanya. Baik juga diadakan satu badan pengawas yang bertugas untuk mengawasi jalannya peraturan.
Perlulah diperhatikan beberapa hal sebagai peringatan atas pengalaman yang telah diperoleh oleh beberapa sekolah yang telah melaksanakan pilot proyek itu.
1.      Guru. Pengajaran proyek menghabiskan banyak waktu, tenaga dan pikiran guru, biarpun segala sesuatu seharusnya berjalan atas inisiatif dan otoaktivet anak. Bahkan kadang – kadang kantong guru harus memberi semangat. Guru yang mempunyai inisiatif serta rasa tanggung jawab besar dan memiliki rasa cinta kepada tugas dan anak didik selalu rela berkorban, membuktikan dapat tercapainya jerih payah atas honorarium berupa uang.Untuk sekolah lanjutan lebh – lebih terasa perlunya ada pelatih yang ahli, karena para siswa sudah memerlukan kecakapan yang mendalam. Maka wajib pemerintah menyediakan pula pelatih-pelatih dari berbagai jawatan yang memang mendapat tugas untuk keperluan itu. Tidak besarlah hasilnya kalau segala sesuatu hanya diserahkan kepada kebijaksanaan para guru saja. Hubungan antara guru dan lain-lain sekolah serta jawatan amatlah penting.
2.      Murid. Disekolah rakyat keinsafan dan rasa tanggung jawab masih tipis. Keprigelan dan kecakapan belum banyak. Maka usaha dan keaktifan guru masih merupakan penggerak yang penting. Murid harus diajar, bagaimana caranya belajar. Teaching how to learn. Di sekolah lanjutanpun masih ternyata bahwa murid masih memerlukan bimbingan para guru. Keinsafan tunduk kepada peraturan yang telah diputuskan bersama, setia kepada pimpinan yang telah dipilih bersama, belum tebal. Pokok kesalahan terletak pada kurang meresapnya siasat dalam ketertiban. Kurang inisiatif. Hadirnya guru masih selalu diharapkan oleh para ketua bagian, jadi ternyata pupils selfgovernmentnya masih harus guided pupils government, kontrol guru masih perlu.
3.      Bahan. Bahan skill luas sekali dan apabila rombongan-rombongan itu terdiri atas murid dari berbagai kelas, sukar sekali mengatur agar semua murid akhirnya akan mendapat kesepamtan untuk segala bagian. Sebaiknya di sekolah rakyat, rombongan itu terdiri atas murid sekelas, biarpun disampingnya itu ada beberapa skill yang dapat diikuti oleh semua anak. Dirasakan amat perlunya pemerintag mencantumkan rencana bahan skill itu dalam rencana pelajaran, baik untuk rombongan kelas maupun rombongan seluruh sekolah. Rencana itu dinamanakn core curriculum. Didalamnya tercantum berbagai skill untuk persiapan hidup, sebagai anggota masyarakat mapupun warga negara yang tentu mempunyai suatu pekerjaan.
4.      Tempat. Sekolah yang menjalankan pilot-proyek wajib cukup luas dan mempunyai bermacam ruangan untuk bermacam skill tersebut diatas, ruangan percobaan ilmu alam, perpustakaan, percektakan, museum, ruang kesenian dll.
5.      Alat – alat. Dalaam menjalankan bermacam skill itu ternyata alat-alat itu memegang peranan yang amat penting. Kurangnya alat menyebabkan banyak anak tidak aktif, hasil jelek. Jeleknya alat menghambat majunya pekerjaan.
6.      Keuangan. Salah satu sebab pengjaran proyek yang dimulai dengan semangat akhirnya terbengkalai, ialah kurangnya atau tudak adanya modal kerja berupa uang untuk memberi bahan-bahan dan alat-alat pokok.
Akhirnya sebagai bekal kepada para guru yang dihinggapi rasa ragu-ragu untuk memulai pilot proyek ada dua kalimat berharga sebagai pegangan :
a.       Kalau tidak dapat seharusnya, haruslah dapat sedapat dapatnya
b.      F.W.A Frobel : kerjakanlah itu, perhatikan hasil kerjamu dan itu memberi wawasan, apa yang wajib dikerjakan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Soejono. 1958. Aliran Baru dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta : N.V Harapan Bangsa
Nur Wangid, Muhammad. 2009. Jurnal Online. Sistem Among Pada Masa Kini. Jakarta.

0 Response to "Pendidikan sistem among ki hajar dewantara"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close