Ilmu mendidik teoritis dan praktis pedagogik

ILMU MENDIDIK TEORITIS (PEDAGOGIK) DAN ILMU MENDIDIK PRAKTIS (PEDAGOGIK) 

1.   Mendidik, Mengajar, Melatih 
Pada hakekatnya pendidikan mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Tetapi secara sepintas mungkin menurut orang awam dianggap sama pengertiannya. Dalam praktek sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti: pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran dan pelatihan kemiliteran.

Dalam bahasa sehari-hari kita juga sering mendengar kata-kata lain yang sering digunakan memelihara anak dan mengurus anak. Memelihara anak dapat diartikan memberi perlindungan kepada anak supaya lestari hidupnya. Perkataan demikian kadang-kadang dihubungkan dengan perkataan memelihara ayam, memelihara anjing, memelihara ternak.Oleh karena itu sebaiknya jangan dipakai kepada anak.Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan sebagainya.

Mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya, atau disebut juga pendidikan intelektual.Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Pengajaran atau pendidikan intelektual marupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan.

Lebih sempit lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan.

Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa.

Tujuan pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir logis, kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif.

Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.

Jika kita perhatikan, kita temukan gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (yang belum dewasa), tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang dewasa dan anak mengandung arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya laku dibeli oleh anak sekolah.Bahkan pergaulan antara anak dengan orang dewasa kadang-kadang tidak membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya ada orang dewasa yang menjual gambar-gambar porno kepada anak-anak.Pendidikan hanya ditujukan terhadap anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif, supaya anak mencapai kedewasaan.Jika tujuannya negatif dan tidak konstruktif bahkan destruktif hal itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi disebut “demagogi”.

Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri".Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai "kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".

Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas dan pengaruh alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tidak dapat disebut pendidikan.Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme".Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh tersebut harus bersifat positif dan konstruktif. 

2.   Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia 
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya  manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya, karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.Pada hakekatnya anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral.

Pendidikan tidak saja berusaha melimpahkan segala milik kebudayaan dari generasi sepanjang masa kepada generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan datang dapat mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ketaraf yang lebih tinggi. Dengan insting yang ada pada manusia hanya merupakan modal pokok kemampuan yang permulaan, yang memungkinkan manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya.

Lebih tinggi lagi cita-cita manusia sebagai individu menginginkan kehidupan ukhrawi yang baik, karena ia percaya, bahwa setelah kehidupan duniawi, masih ada kehidupan lanjut alam rokhani. Dalam rangka seluruh kegiatan pendidikan, pendidikan perlu memperhatikan segi-segi kehidupan moral, religi dan kesehatan jiwa.Kadang-kadang usaha pendidikan spiritual itu dapat hambatan atau gangguan dari munculnya nafsu dari instingnya primitif.Oleh karena itu pendidikan membantu seorang individu dapat mengatasi segala permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan kemampuan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala jenis masalah kesulitan dan perubahan nilai-nilai.

Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut kehidupan bermasyarakat. Pendidikan dalam prakteknya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma tersebut. Proses mempengaruhi adalah proses psiko social yang berlangsung antara individu yang satu dengan individu yang lain karena manusia adalah makhluk sosial.

Menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber  bagi dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. Lagi pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun.Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaannya. 

Mendidik sebagai proses terdapat dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik. Kedua individu terlibat dalam suatu hubungan sosial yang dinamis dan sifatnya dipengaruhi dan mempengaruhi secara timbal baik dan saling  mengikat. Hasil pendidikan bukan saja bergantung kepada pendidik, melainkan juga bergantung kepada kondisi dan situasi anak didik sendiri. Bila anak didik tidak mengadakan respons atau reaksi yang positif, aktif dan komunikatif serta kooperatif, usaha pendidik tidak akan banyak hasilnya. Jika sebaliknya maka pendidik juga dapat bereaksi negatif.Tetapi bila anak mengadakan reaksi, sangat bergantung kepada sikap pendidiknya.

Dari pemaparan diatas, dikatakan bahwa proses pendidikan terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik, yang melibatkan kedua pihak dalam suatu proses dinamika social-psikologi secara timbal balik. Dalam kegiatan keterlibatan antara pendidik dan anak didik sebagai proses pendidikan, terdapat suatu sistem saling mengikat, untuk mencapai suatu tujuan, yang sering dirumuskan sebagai pencapaian kedewasaan pada anak didik. 

3.     Ilmu Mendidik Teoritis dan Ilmu Mendidik Praktis 
Teori pendidikan pada hakikatnya sangat penting karena pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas.Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia, dapat kita amati sebagai suatu praktek dalam kehidupannya, seperti halnya dengan kegiatan manusia yang lain misalnya kegiatan dalam ekonomi, kegiatan dalam hukum, beragama dan sebagainya. Disamping itupula kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik, baik secara empirik (pengalaman), yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya, maupun dengan renungan-renungan, yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup yang lebih luas.Hal yang pertama dapat disebut praktek pendidikan, sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.

Antara teori dan praktek pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lainnya. Seperti misalnya pelaksanaan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, sehingga dapat dijadikan sumber dalam menyusun teori pendidikan.Begitu sebaliknya suatu teori pendidikan sangat bermanfaat sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktek pendidikan.

Dalam prakteknya, memang ada orang yang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang ahli teori pendidikan belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri. Namun dari kasus diatas, jangan dijadikan alasan bahwa tidak perlu atau tidak ada manfaatnya apabila kita mempelajari teori pendidikan.Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda) pernah mengemukakan bahwa “teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang amat istimewa (genius), sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat. Namun menurut Gunning bagi kebanyakan pendidik perlu paduan mesra dari keduanya (teori dan praktek).

Teori pendidikan (dalam hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali  teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gunning.

Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari, karena akan memberikan beberapa manfaat
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan dicapai. 
b. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, walaupun teori tersebut bukan suatu resep yang jitu. 
c. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, sampai  dimana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.

Melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak ringan.Ini berarti bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak disengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap sepeleh.Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.

Pada umumnya kesalahan-kesalahan teknis dalam mendidik dengan akibat-akibat yang merugikan, tidak sukar dibetulkan atau dikoreksi.Bentuk kesalahan mendidik yang kedua, ialah kesalahan yang bersumber pada kepribadian pendidik sendiri, kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah dan untuk memperbaiki kepribadian dan prilakunya memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutan serta memakan waktu yang lama.

Kesalahan mendidik yang ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari bahwa kesalahannya dapat mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik. Sebagai contohnya pada umumnya orang tua kurang menyadari, bahwa lima tahun yang pertama dalam kehidupan anak, merupakan dasar bagi perkembangan kejiwaan dan nasib kehidupan selanjutnya, banyak orang tua mengira bahwa proses mendidik itu harus dilakukan dengan banyak memberi nasihat dan sebagainya.

Dalam mempelajari teori pendidikan yaitu teori tentang membimbing dan memperbaiki anak didik adalah cara yang paling praktis. 


0 Response to "Ilmu mendidik teoritis dan praktis pedagogik"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close