9 Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD

Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD_ Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.


Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tau yang berdasarkan pada observasi. Dengan demikian, pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi yang disimpulkan berdasarkan hasil obervasi. Kebenaran harus dibuktikan secara empiris berdasarkan observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan wektu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan.

Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup agar agar pembelajaran dapat terselenggarakan secara efektif dan efisien. Salah satu aspek kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah tentang pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran.

Anda telah tentu memiliki pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA di SD. Berapa macam pendekatan yang anda gunakan? Bagaimana anda menentukan pendekatan tersebut? Apa alasan memiih pendekatan tersebut? Salah peran pendekatan dalam suatu pembelajaran adalah untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain adalah pendekatan lingkungan, sain-lingkungan-teknologi-masyarakat, konseptual, faktual, nilai, pemecahan masalah, penemuan ( discovery ), inkuiri, keterampilan proses, komputer, sejarah, dan deduktif/induktif. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA.

9 Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD

1. Pendekatan Lingkungkan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami factor politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.

Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungan, dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.

2. PendekatanSain-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan, Teknologi yang merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Masyaraka tmerupakan lingkungan manusia tempa tterjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah, dan kegiatan teknologi.

Pengembangan yang dikembangkan melalui IPA memberi sumbangan terhadap perkebangan teknologi baru. Teknologi baru tersebut akan mempengaruhi kegiatan ilmiah dan penentuan permasalahan yang diteliti serta cara yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Pengetahuan yang dihasilkan IPA dan proses yang digunakan ilmuwan mempengaruhi pandangan hidup manusia, cara berfikir manusia, dan lingkungan hidup secara umum.

Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara pandang bahwa
siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara pengalaman dengan
skemata pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan dilakuakan oleh skemata siswa yang
tepat dan bermanfaat baginya. Dalam pendidikan IPA ini, siswa mampu memperoleh
pengalaman secara fisik dan memperoleh pengalaman mengenai konsep dan model dalam
IPA.

Secara umum tujuan penggunaan pendekatan ini adalah agar siswa memiliki pemahaman tentang aspeksains, teknologi, lingkungan-lingkungan, dan masyarakat yang pergunakan bagi perkembangan kognitif, menggunakan pemahaman sains dan teknologi untuk diterpkan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial (masyarakat) siswa.

Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan memperhatikan keragansiswa. Langkah dasar yang dapat diterapkan adalah (1) Curah pendapat tentang suatu/topic, (2) mendifinisikan pertanyaan/fenomena tertentu, (3) curapen dapat tentang sumberi informasi, (4) menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi, (5) melakukan analisis, sintesis, evaluasi, dan menciptakan sesuatu, dan (6) melakukan tindakan nyata (Lutz, 1996 dalam HerawatiSusilo, 1998).

3. pendekatan faktual
menurut funk.dkk.(1979), pendekatan faktual adalah merupakan suatu cara menjabarkan IPA dengan menyiapakan hasi-hasil penemuan IPA kepada siswa dimana pada akhir suatu instruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal penting tentang IPA.

Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti pendekatan ini adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi, latihan(drill), dan memberikan tes. Kadang-kadang pendekatan ini menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Fakta yang disampaikan mewailih hasil atau produk IPA dan meminimalkan gambaran tentang pentingnya proses IPA dalam menghasilkan produk IPA tersebut.

Biasanya siswa tidak mengingat tentang fakta dalam waktu yang lama. Apabila hanya memberikan pelajaran tentang fakta maka siswa akan medapat kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan informasi. Siswa tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA yang sebenarnya lebih menarik dan menyenangkan.

4. Pendekatan Konseptual
Menurut Funk.dkk.(1979), apabila menyodorkan fakta memberikan pandangan terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak dapat diingat terlalu lama, mungkin mengajarkan konsep diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik. Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-fakta.

Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek yang kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi atau- pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta kedalam suatu model atau penjelaan tentang sifat alam semesta. Pendakatan ini menekankan pada penyampaian produk
atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.

Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang guru terlebih dahulu akan memikirkan tentang materi IPA apa yang akan diajarkan sebelum ia memutuskan tentang bagaimana cara mengajarkannya. Bagaimana mengorganisasikan konsep seorang siswa melakukan observasi dan menyimpan pengetahuannya banyak tingkatan konseptual.

Siswa akan mengidentifikasikan suatu objek, mempertimbangkannya berdasarkan pembuktian, mengenali, menkonseptualisasikan ( misalkan berdasarkan proses atau karateristik objek). Konsep-konsep sederhana yang diobservasi secara berulang kali kemudian diterima sebagai fakta. Begitu siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan pengamatan dan fakta maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.

Suatu generalisasi ilmiah yang lebih kompleks disebut skema konsep. Konsep IPA sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa subkonsep. Subkonsep merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocock untuk membangun pengalaman belajar siswa, yang dapat digunakan untuk menjelaskan banyak pengamatan dan fakta, namun mempersentasikan suatu konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji.

Tingkatakan konsep yang lebih tinggi dan skema konsep yang yang diterima secara universal dikenal sebagai prinsip atau hukum IPA. Pada umumya, para ahli mengembangkan kurikulum berdasarkan ide besar, berupa skema konseptual, konsep, subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh karena pengetahuan IPA berkembang secara cepat. Tidak ada siswa yang diharapkan dapat mempelajari semua fakta IPA.

5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan pemecahan masalah (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang penting. Setiap masalah memiliki suatu daya positif atau daya pendorong yang cenderung menuju kearah perubahan yang positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan. Namun dilain pihak terdapat pula daya pikir negatif atau penghambat yang berupa untuk mempetahankan permaslahan tersebut.

Oleh sebab itu dalam pemecahan masalah perlu dilakukan indentifkasi daya pendorong positif yang dapat digunakan dan indentifikasi daya penghambat untuk diminimal pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan masalah dapat diterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu permasalahan.

Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah, kemudian meminta
siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan permasalahan yang serupa.

Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat membimbing siswa merumuskan dan memecahkan- permasalahan yang diajuhkan kepadanya. Seorang guru dapat pula mengkombinasikan kedua cara yang telah disebutkan. Permasalahan dapat berupa permasalah konvergen, yaitu permasalahan dengan memiliki satu cara pemecahan, atau permasalah divergen, yaitu permasalahan dengan memiliki beberapa kemungkinan cara pemecahan.

Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permasalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi, tangap terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapinya, dan memiliki kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih siswa adalah mengupayakan agar siswa beraksi secara aktif, mengumpulkan data, menanggapi pertanyaan, dan mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.

6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara atau daerah.

Pada akhir instuksional siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan prilaku tentang nilai yang menyangkut keselarasan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan dan alam semesta: ideal atau kesempurnaan yang dicita-cita yang terkait hidup dan kehidupan: baik dan buruk bagi kehidupan dan alam: keuntungan/ manfaat dan kerugian bagi manusia, lingkungan dan alam semesta: negatif dan positif bagi manusia secara jasmani dan rohani serta sosial dan piritual: dan sebagainya.

Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil IPA dan penjelasan tentang proses IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan proses tersebut, namun tidak mengajarkan secara langsung tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.

7. pendekatan inkuiri
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serankaian kegiatan intelektual. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan, mendiskusikan, membuat,hipotesis menganalisis, menafsirkan hasil untuk mendapatkan konsep umum yang dipelajari(herawati susilo, 1998).

Dengan demikian, disusun teori atau prngertian untuk diuji melalui analisis rasional panggilan sehingga mendapatkan suatu penemuan atau, dengan eksperimen . pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi, kemammpuan berpikir sikap dan keterampilan proses. Siswa perlu dimotivasi untuk menemukan kemungkinan atau cara baru dalam menghadapi permasalahan yang harus dipecahkan.

Esler dan Esler (1984) menggambarkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikategorikan menggunkan pendekatan inkuiri apabila sisiwa perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk mencari jawaban atau generelisai yang original bagi siswa.

Alasan menggunakan pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin tahu sisiwa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukaan keterrampilan kognitif tingkat tinggi, memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siwa mengembangkan keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegiatan IPA.

Tidak semua guru yang menggunakan pendekatan inkuiri tersebut dapat berhasil baik dalam melaksanakan pembelajaran, oleh sebab itu pendekatan ini tidak benar-benar diterima secara umu namun sebenarnya ketidaksuksesan dapat dihindari apabila memperhatikan hal berikut : (1) guru harus benar-benar memahami materi, (2) guru dapat menerima peran guru dari pemimpin tidak langsung dan terintergrasi,(3) guru harus menguasai keterampilan baru dan sukar ( guru harus belajar membuat pertanyaan yang abik dan secara selektif memberi penguatan terhadap jawaban siswa), (4) guru harus memahami dan mengatasi permasalahan siswa yang tidak tahu harus bebrbuat apa terhadap lingkungan inkuiri baru dan asing.

Selanjutnya disebutkan bahwa terdapt tiga kategori pada pendekatan inkuri,yaitu, rasional discovey dan eksperimental. Pada pendekatan inkuiri kategori rasional , guru mengarahkan siswa untuk membuat suatun generasirasi dengan menggunakan rasional. Pada umumnya guru bertanya dan member penguatan terhadap jawban yang diberikan siswa sampai suatu generasisasi yang dinginkan tercapai.

Terkait dengan materi yang yang mencakup pada bukun teks setelah siswa dapat memecahkan permasalahan dan memehami konsep dan subkonsep, konten IPA diajarkan kepada siswa. Selanjutnya guru membagian buku teks dan member tugas bacaan-bacaan terkait. Prosedur tersebut menyajikan pembelajaran yang menyangkut proses dan konten dengan menggunakan satu buku teks.

8. Pendekatan keterampilan proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan ketermpilan prose adalah cara mengajrkan IPA dengan mengarjakan berbagi keterampilan prose yang biasa digunakan pada ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.

Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah. Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengorvasi, menyampaikan hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan/penelitian. Pendekatan keterampilan proses dibahsa pada model tersendiri.

9. Pendekatan sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengarjakan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA dan tentang perkembangan temuan- temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang yang umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dengan membaca buku teks atau menjelaskan.

Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-temuan IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan faktuan dan pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih menenkankan penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan temuan tersebut, namun tidak banyak-banyak melibatkan siswa dengan bagaiman prose konkret yang dilaluinya.

0 Response to "9 Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close