Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Thursday 12 January 2017
Add Comment
A. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Lonning (1993:1087) mengemukakan Cooperative Learning Strategies (CLS) untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di kelas pada mata pelajaran sains. Strategi ini menawarkan suatu bentuk pembelajaran yaitu belajar kelompok yang dapat menciptakan empat kondisi yang harus dipenuhi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa berdasarkan konstruktivisme. Bentuk pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebaya (belajar kelompok) dan gurunya.
Baca juga:
Pengertian Model Snowball Throwing
Siswa mengemukakan idenya secara eksplisit pada teman sebaya, guru dan yang terpenting pada diri mereka sendiri. Dengan membandingkan ide siswa sendiri dengan ide teman sebaya, mereka terdorong untuk memperoleh perspektif yang berbeda dari konsep yang mereka miliki sehingga mereka dapat mengevaluasi kembali konsepsi yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan yang menjadi tujuan utama dari langkah perubahan konseptual.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Adapun langkah-langkah yang diterapkan Lonning didasarkan pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Driver. Secara lengkap, langkah-langkah pembelajaran untuk menerapkan CLS menurut Lonning adalah sebagai berikut.
1. Orientasi (orientation), yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
2. Pemunculan gagasan (elicitation of ideas), siswa diberi kesempatan untuk menyatakan secara eksplisit gagasan (konsepsi) mereka kepada teman, guru, dan yang terpenting pada diri mereka sendiri.
3. Penyusunan ulang gagasan, perubahan dan perluasan (restructuring, modi-fication and extension), meliputi aktivitas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan teman sebaya dan membentuk serta menilai ide yang baru diperoleh pada saat bertukar pikiran tersebut.
4. Aplikasi (application), memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep baru yang telah dibentuk ke dalam konteks yang baru dan sudah dikenal.
Agar empat kondisi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di atas dapat dipenuhi, maka penulis mengembangkan langkah-langkah pembelajaran perubahan konseptual dengan berpedoman pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Lonning yaitu Cooperative Learning Strategies (CLS) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Orientasi
Pada langkah ini, guru membuka pelajaran dengan memberikan uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
b. Pemunculan gagasan
Pada langkah ini, siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok kecil 4 -5 orang. Guru berusaha memunculkan (memancing) gagasan siswa dengan berdasarkan masalah yang diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), berupa beberapa butir soal. Siswa diminta untuk menyatakan secara eksplisit gagasannya kepada teman dalam kelompoknya, kepada gurunya, dan terutama kepada diri mereka sendiri.
c. Penyusunan Ulang Gagasan
Pada langkah ini, siswa menyusun kembali gagasan yang telah diperoleh pada langkah kedua. Langkah ini terbagi lagi menjadi tiga langkah, yaitu:
1.pertukaran gagasan. Siswa mendiskusikan jawaban pada langkah pemunculan gagasan dalam kelompok mereka. Hasil diskusi ditulis pada LKS dan dijelaskan oleh salah seorang siswa dari setiap kelompoknya. Dengan langkah ini diharapkan siswa mengungkapkan kembali gagasannya dan saling bertukar pikiran.
2. pembukaan situasi konflik. Pada langkah ini, guru meminta kepada siswa untuk mendiskusikan jawabannya yang sudah ditulis pada LKS. Ini dimaksudkan agar jawaban mereka sesuai dengan konsep ilmuwan mengenai materi yang sedang dipelajari. Hal ini dapat dibandingkan dengan pengetahuan guru atau buku pelajaran yang digunakan. Pengetahuan guru di sini adalah jawaban terhadap suatu permasalahan oleh guru yang dikemukakan secara lisan atau secara tertulis di papan tulis.
3. pembentukan dan penilaian gagasan baru. Pada langkah ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru berdasarkan konsepsi mereka, baik yang dianggap berbeda maupun yang hampir sesuai dengan konsep ilmuwan. Pada kegiatan ini, guru dapat memberikan bimbingan seperlunya. Dengan langkah ini diharapkan siswa menilai sendiri gagasannya yang dirasakan sesuai dengan konsep yang dipelajari. Pada langkah ini diharapkan pemahaman siswa berkembang.
d. Penerapan gagasan baru (Aplikasi)
Pada langkah ini, siswa mendiskusikan kembali jawaban pada tahap pemunculan gagasan. Selain itu siswa diminta pula untuk menjawab soal-soal lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari (seperti soal-soal di buku paket). Hal ini dimaksudkan untuk mencoba (menerapkan) konsep-konsep yang telah dikembangkan dan diperolehnya dalam situasi baru. Pada langkah ini diharapkan siswa dapat merasakan manfaat dan makna perubahan konseptual.
e. Pengkajian ulang perubahan gagasan
Pada langkah ini, guru memberikan umpan balik untuk memperkuat pemahaman siswa tentang konsep yang sudah sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan siswa dapat mengubah miskonsepsinya.
Secara skematis langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS) menurut Lonning yang dikembangkan peneliti adalah sebagai berikut.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual dengan CLS Berdasarkan Konstruktivisme
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran perubahan konseptual dengan CLS berdasarkan konstruktivisme.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, ide, dan pengertian/pemahamannya tentang suatu konsep, baik yang belum dipelajari maupun sudah dipelajari secara formal.
b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengkaji kembali konsepsi yang sudah dimilikinya terutama yang merupakan miskonsepsi.
c. Menciptakan suasana kelas yang partisipatif. Para siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan temannya secara kelompok sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
d. Para siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan berdasarkan konsepsi yang sudah dimilikinya. Selain itu siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan (konsep) yang sedang dipelajarinya dan dapat mengubah atau menghilangkan miskonsepsinya. Ini berarti siswa belajar bermakna.
e. Dapat meningkatkan kreatifitas guru, sebab guru dituntut mencari alternatif untuk meluruskan (memperbaiki) miskonsepsi siswa, serta mengembangkan konsepsi siswa yang sudah mengarah pada konsepsi ilmuwan.
f. Siswa dapat berbagi ide/gagasan dengan teman sebaya di dalam kelompok belajarnya dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dengan kegiatan semacam ini berarti siswa juga belajar bermakna.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Karena untuk menerapkan model pembelajaran ini harus dimulai dengan menggali terlebih dahulu konsepsi siswa sebelum kegiatan pembelajaran, maka para siswa yang belum terbiasa dengan situasi semacam ini dapat merasa “diteror” dengan beberapa pertanyaan yang tidak pernah diduga sebelumnya.
b. Membutuhkan waktu yang banyak.
c. Bagi guru yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan karena materi pembelajaran disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang beraneka ragam.
d. Beberapa siswa merasa cepat bosan (jenuh) karena materinya sudah pernah diajarkan. Kenyataan ini terlihat dari jawaban empat siswa dalam mengisi format tanggapan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang menyatakan bahwa pembelajaran seperti yang diikutinya membosankan.
Lonning (1993:1087) mengemukakan Cooperative Learning Strategies (CLS) untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di kelas pada mata pelajaran sains. Strategi ini menawarkan suatu bentuk pembelajaran yaitu belajar kelompok yang dapat menciptakan empat kondisi yang harus dipenuhi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa berdasarkan konstruktivisme. Bentuk pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebaya (belajar kelompok) dan gurunya.
Baca juga:
Pengertian Model Snowball Throwing
Siswa mengemukakan idenya secara eksplisit pada teman sebaya, guru dan yang terpenting pada diri mereka sendiri. Dengan membandingkan ide siswa sendiri dengan ide teman sebaya, mereka terdorong untuk memperoleh perspektif yang berbeda dari konsep yang mereka miliki sehingga mereka dapat mengevaluasi kembali konsepsi yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan yang menjadi tujuan utama dari langkah perubahan konseptual.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
Adapun langkah-langkah yang diterapkan Lonning didasarkan pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Driver. Secara lengkap, langkah-langkah pembelajaran untuk menerapkan CLS menurut Lonning adalah sebagai berikut.
1. Orientasi (orientation), yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
2. Pemunculan gagasan (elicitation of ideas), siswa diberi kesempatan untuk menyatakan secara eksplisit gagasan (konsepsi) mereka kepada teman, guru, dan yang terpenting pada diri mereka sendiri.
3. Penyusunan ulang gagasan, perubahan dan perluasan (restructuring, modi-fication and extension), meliputi aktivitas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan teman sebaya dan membentuk serta menilai ide yang baru diperoleh pada saat bertukar pikiran tersebut.
4. Aplikasi (application), memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep baru yang telah dibentuk ke dalam konteks yang baru dan sudah dikenal.
Agar empat kondisi untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di atas dapat dipenuhi, maka penulis mengembangkan langkah-langkah pembelajaran perubahan konseptual dengan berpedoman pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Lonning yaitu Cooperative Learning Strategies (CLS) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Orientasi
Pada langkah ini, guru membuka pelajaran dengan memberikan uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
b. Pemunculan gagasan
Pada langkah ini, siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok kecil 4 -5 orang. Guru berusaha memunculkan (memancing) gagasan siswa dengan berdasarkan masalah yang diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), berupa beberapa butir soal. Siswa diminta untuk menyatakan secara eksplisit gagasannya kepada teman dalam kelompoknya, kepada gurunya, dan terutama kepada diri mereka sendiri.
c. Penyusunan Ulang Gagasan
Pada langkah ini, siswa menyusun kembali gagasan yang telah diperoleh pada langkah kedua. Langkah ini terbagi lagi menjadi tiga langkah, yaitu:
1.pertukaran gagasan. Siswa mendiskusikan jawaban pada langkah pemunculan gagasan dalam kelompok mereka. Hasil diskusi ditulis pada LKS dan dijelaskan oleh salah seorang siswa dari setiap kelompoknya. Dengan langkah ini diharapkan siswa mengungkapkan kembali gagasannya dan saling bertukar pikiran.
2. pembukaan situasi konflik. Pada langkah ini, guru meminta kepada siswa untuk mendiskusikan jawabannya yang sudah ditulis pada LKS. Ini dimaksudkan agar jawaban mereka sesuai dengan konsep ilmuwan mengenai materi yang sedang dipelajari. Hal ini dapat dibandingkan dengan pengetahuan guru atau buku pelajaran yang digunakan. Pengetahuan guru di sini adalah jawaban terhadap suatu permasalahan oleh guru yang dikemukakan secara lisan atau secara tertulis di papan tulis.
3. pembentukan dan penilaian gagasan baru. Pada langkah ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru berdasarkan konsepsi mereka, baik yang dianggap berbeda maupun yang hampir sesuai dengan konsep ilmuwan. Pada kegiatan ini, guru dapat memberikan bimbingan seperlunya. Dengan langkah ini diharapkan siswa menilai sendiri gagasannya yang dirasakan sesuai dengan konsep yang dipelajari. Pada langkah ini diharapkan pemahaman siswa berkembang.
d. Penerapan gagasan baru (Aplikasi)
Pada langkah ini, siswa mendiskusikan kembali jawaban pada tahap pemunculan gagasan. Selain itu siswa diminta pula untuk menjawab soal-soal lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari (seperti soal-soal di buku paket). Hal ini dimaksudkan untuk mencoba (menerapkan) konsep-konsep yang telah dikembangkan dan diperolehnya dalam situasi baru. Pada langkah ini diharapkan siswa dapat merasakan manfaat dan makna perubahan konseptual.
e. Pengkajian ulang perubahan gagasan
Pada langkah ini, guru memberikan umpan balik untuk memperkuat pemahaman siswa tentang konsep yang sudah sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan siswa dapat mengubah miskonsepsinya.
Secara skematis langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS) menurut Lonning yang dikembangkan peneliti adalah sebagai berikut.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual dengan CLS Berdasarkan Konstruktivisme
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran perubahan konseptual dengan CLS berdasarkan konstruktivisme.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, ide, dan pengertian/pemahamannya tentang suatu konsep, baik yang belum dipelajari maupun sudah dipelajari secara formal.
b. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengkaji kembali konsepsi yang sudah dimilikinya terutama yang merupakan miskonsepsi.
c. Menciptakan suasana kelas yang partisipatif. Para siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan temannya secara kelompok sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator.
d. Para siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan berdasarkan konsepsi yang sudah dimilikinya. Selain itu siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan (konsep) yang sedang dipelajarinya dan dapat mengubah atau menghilangkan miskonsepsinya. Ini berarti siswa belajar bermakna.
e. Dapat meningkatkan kreatifitas guru, sebab guru dituntut mencari alternatif untuk meluruskan (memperbaiki) miskonsepsi siswa, serta mengembangkan konsepsi siswa yang sudah mengarah pada konsepsi ilmuwan.
f. Siswa dapat berbagi ide/gagasan dengan teman sebaya di dalam kelompok belajarnya dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dengan kegiatan semacam ini berarti siswa juga belajar bermakna.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)
a. Karena untuk menerapkan model pembelajaran ini harus dimulai dengan menggali terlebih dahulu konsepsi siswa sebelum kegiatan pembelajaran, maka para siswa yang belum terbiasa dengan situasi semacam ini dapat merasa “diteror” dengan beberapa pertanyaan yang tidak pernah diduga sebelumnya.
b. Membutuhkan waktu yang banyak.
c. Bagi guru yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan karena materi pembelajaran disusun berdasarkan miskonsepsi siswa yang beraneka ragam.
d. Beberapa siswa merasa cepat bosan (jenuh) karena materinya sudah pernah diajarkan. Kenyataan ini terlihat dari jawaban empat siswa dalam mengisi format tanggapan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang menyatakan bahwa pembelajaran seperti yang diikutinya membosankan.
0 Response to "Model Pembelajaran Cooperative Learning Strategies (CLS)"
Post a Comment