Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology)
Thursday 22 December 2016
Add Comment
A. Pengertian Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology)Pembelajaran berbasis ICT adalah pembelajaran yang berasaskan konsep pembelajaran komputer dan multimedia. Pendidikan bebasis ICT (Information Communication Technology) saat ini sudah berkembang pesat di berbagai daerah. Kebutuhan akan berbagai media interaktf semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan teknologi informasi semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya, siswa mulai pra-sekolah, SD, SMP, SMA dan SMK dituntut mengenal ICT sejak dini.
Untuk mewujudkan sekolah dengan berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Tanpa sarana dan prasarana yang baik maka pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan sempurna. Sarana prasarana sekolah berbasis ICT adalah seperti Lab bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan koneksi internet. Untuk menunjang masuknya ICT di sekolah, pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardware komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (Bantuan Operasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang pembelajaran ICT dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan ICT.
Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai ICT dan materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Selain sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT, tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.
Iklim kognitif yang dicapai dari kelas berbasis ICT adalah pemahaman terhadap materi karena siswa diberikan kesempatan bereksplorasi dengan ICT untuk memecahkan masalah baik secara sintesis maupun analisis. Iklim afektif yang dicapai dari kelas berbasis ICT adalah akomodasi siswa lambat dan cepat secara adil. Siswa yang lambat tidak akan menjadi bahan olok-olokan temannya, karena keterlambatannya, karena ICT memiliki kesabaran dalam menerima pengulangan-pengulangan sesuai kehendak pengguna (user). Begitu pun siswa cepat, tidak akan merasa kurang, karena ICT mampu melayani semua rasa ingin tahunya dengan kecepatan sesuai permintaan pengguna (user). Adapun iklim skill adalah yang paling dominan tercapai. Penggunaan ICT menciptakan skill menulis, berkomunikasi, dan mengakses pengetahuan dengan cepat, mudah, dan tepat.
B. hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas berbasis ICT
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas berbasis ICT, diantaranya adalah:
1. Penggunaan ICT sebaiknya dibagi dalam tiga katagori, yaitu one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop for four students.
2. Pengunaan ICT bersifat “one laptop for all student” digunakan pada saat guru memberikan konsep dasar yang harus dikuasai siswa secara menyeluruh. Adapun one student one laptop dan one laptop for four students digunakan untuk tahap pengembangan konsep, yang memerlukan aktifitas eksplorasi atau pemecahan masalah.
3. Penggunaan fasilitas hendaknya tidak terlalu sering bersifat individual, yaitu “one student one laptop“, tetapi sesekali harus diberikan fasilitas bersifat kerjasama, “one laptop for four student“. Ini semua sesuai dengan hakekat belajar aktif, menurut Vygotsky [1896-1934] (1962), salah satu penggagas konstruktivisme sosial, yang terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” (ZPD). “Proximal” dalam bahasa sederhana bermakna “next“.
Vygotsky mengamati, ketika anak diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika mereka bekerjasama. Selanjutnya Vygotsky menyatakan, setiap manusia mempunyai potensi, dan potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan ketuntasan belajar, tetapi di antara potensi dan aktualisasi terdapat wilayah abu-abu. “Guru berkewajiban menjadikan wilayah abu-abu ini dapat teraktualisasi, caranya dengan belajar kelompok. Dalam bahasa yang lebih umum, terdapat tiga wilayah “cannot yet do”, “can do with help“, and “can do alone“. ZPD adalah wilayah “can do with help”, wilayah ini bukan wilayah yang permanen, kuncinya adalah menarik pembelajar menjadi dari zona tersebut, dengan cara bekerjasama.
4. Guru harus menetapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam penggunaan ICT dikelas. SOP ini mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5. Guru merancang kelas yang berbasis ICT yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Harus dibedakan tempat duduk siswa ketika kebutuhannya one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop for four students.
Demikianlah artikel tentang Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology) semoga bermanfaat
Untuk mewujudkan sekolah dengan berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Tanpa sarana dan prasarana yang baik maka pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan sempurna. Sarana prasarana sekolah berbasis ICT adalah seperti Lab bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan koneksi internet. Untuk menunjang masuknya ICT di sekolah, pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardware komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (Bantuan Operasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang pembelajaran ICT dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan ICT.
Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai ICT dan materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Selain sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT, tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.
Iklim kognitif yang dicapai dari kelas berbasis ICT adalah pemahaman terhadap materi karena siswa diberikan kesempatan bereksplorasi dengan ICT untuk memecahkan masalah baik secara sintesis maupun analisis. Iklim afektif yang dicapai dari kelas berbasis ICT adalah akomodasi siswa lambat dan cepat secara adil. Siswa yang lambat tidak akan menjadi bahan olok-olokan temannya, karena keterlambatannya, karena ICT memiliki kesabaran dalam menerima pengulangan-pengulangan sesuai kehendak pengguna (user). Begitu pun siswa cepat, tidak akan merasa kurang, karena ICT mampu melayani semua rasa ingin tahunya dengan kecepatan sesuai permintaan pengguna (user). Adapun iklim skill adalah yang paling dominan tercapai. Penggunaan ICT menciptakan skill menulis, berkomunikasi, dan mengakses pengetahuan dengan cepat, mudah, dan tepat.
B. hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas berbasis ICT
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas berbasis ICT, diantaranya adalah:
1. Penggunaan ICT sebaiknya dibagi dalam tiga katagori, yaitu one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop for four students.
2. Pengunaan ICT bersifat “one laptop for all student” digunakan pada saat guru memberikan konsep dasar yang harus dikuasai siswa secara menyeluruh. Adapun one student one laptop dan one laptop for four students digunakan untuk tahap pengembangan konsep, yang memerlukan aktifitas eksplorasi atau pemecahan masalah.
3. Penggunaan fasilitas hendaknya tidak terlalu sering bersifat individual, yaitu “one student one laptop“, tetapi sesekali harus diberikan fasilitas bersifat kerjasama, “one laptop for four student“. Ini semua sesuai dengan hakekat belajar aktif, menurut Vygotsky [1896-1934] (1962), salah satu penggagas konstruktivisme sosial, yang terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” (ZPD). “Proximal” dalam bahasa sederhana bermakna “next“.
Vygotsky mengamati, ketika anak diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika mereka bekerjasama. Selanjutnya Vygotsky menyatakan, setiap manusia mempunyai potensi, dan potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan ketuntasan belajar, tetapi di antara potensi dan aktualisasi terdapat wilayah abu-abu. “Guru berkewajiban menjadikan wilayah abu-abu ini dapat teraktualisasi, caranya dengan belajar kelompok. Dalam bahasa yang lebih umum, terdapat tiga wilayah “cannot yet do”, “can do with help“, and “can do alone“. ZPD adalah wilayah “can do with help”, wilayah ini bukan wilayah yang permanen, kuncinya adalah menarik pembelajar menjadi dari zona tersebut, dengan cara bekerjasama.
4. Guru harus menetapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam penggunaan ICT dikelas. SOP ini mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5. Guru merancang kelas yang berbasis ICT yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Harus dibedakan tempat duduk siswa ketika kebutuhannya one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop for four students.
Demikianlah artikel tentang Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology) semoga bermanfaat
0 Response to "Pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology)"
Post a Comment