Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw: Kooperatif dalam bahasa Inggris disebut dengan “cooperate” yaitu bekerja sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah “homo homini socius” falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2008). Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Slavin (2010) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model atau acuan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran yang berlangsung, peserta didik mampu belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda. Guru sebagai  perancang dan pelaksana dalam pembelajaran kooperatif harus memperhatikan beberapa konsep dasar tentang pembelajaran kooperatif. Djahiri K (Isjoni, 2014) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Eggan dan Kauchak (Isjoni, 2014) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Sanjaya(2010) menyatakan bahwa  pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokan/ Tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Muslich (2009)  menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam bentuk berbagai informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu peserta didik belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata peserta didik akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.

Beberapa pendapat di atas dapat saling melengkapi tentang pengertian pembelajaran kooperatif . Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama berlansungnya proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2008). Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Teknik ini menekankan bahwa guru perlu memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,2001).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 2001). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian peserta didik itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

C. Langkah – langkah Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Langkah – langkah dalam penerapan tipe Jigsaw menurut Arends ( Donni, 2015 ) adalah sebagai berikut :
-Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

-Dalam tipe Jigsaw ini, setiap peserta didik diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua peserta didik dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group / CG). Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaiman menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

-Kelompok asal tersebut oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw ( gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 peserta didik dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pemblajaran, maka dari 40 peserta didik akan terdapat 5 kelompok ahli yang branggotakan 8 peserta didik dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 peserta didik. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

-Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
-Guru memberikan kuis untuk peserta didik secara individual.

-Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

-Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

-Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut  serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

D. Kelebihan dan Kelemahan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Kelebihan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
-Mampu mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara peserta didik yang memiliki kemampan belajar yang berbeda .
-Menerapkan bimbingan sesama teman
-Rasa harga diri peserta didik yang lebih tinggi
-Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
-Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktifdalam berbicara dan berpendapat
-Dapat digabungkan dengan strategi metode mengajar lainnya
-Pemahaman materi lebih mendalam
-Meningkatkan motivasi belajar
-Melatih rasa tanggung jawab akan tugasnya secara individu maupun kelompok
-Menumbuhkan kesadaran akan adanya kelebihan dan kekurangan orang lain maupun dirinya sendiri

2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
-Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
-Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagi tenaga ahli
-Siswa yang cerdas cenderung bosan

Demikianlah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, dalam penerapannya seorang guru  harus mampu memahami sepenuhnya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw agar pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa sesuai dengan sintaks dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal.

0 Response to "Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close