7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia

7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia_ Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah semakin bertambahnya jumlah pengangguran di indonesia. Hal tersebut tak boleh dipandang sebelah mata, karena akan memberi efek yang cukup besar terhadap tatanan kehidupan sosial dan prekonomian bangsa. 

Baca juga:

jika beberapa dekade sebelumnya pengangguran banyak berasal dari tingkat pendidikan SMP dan SMA maka saat ini keadaan semakin memprihatinkan karena lulusan sarjana pun saat ini sudah banyak yang menganggur. Kondisi tersebut harus segera diatasi karena berpotensi menghadirkan situasi masyarakat yang komsuntif namun tidak produktif sehingga roda ekonomi akan berjalan lambat.

7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia

Lalu apa yang menjadi penyebab sehingga lulusan sarjana saat ini juga banyak yang menganggur ? sebuah pertanyaan yang cukup menarik untuk dikaji. intinya banyaknya pengangguran saat ini di indonesia tak lepas dari kurang maksimalnya para stackholder dalam membina generasi muda bangsa. Dalam artikel ini kita akan sedikit mengkaji 7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia, berikut pemaparannya:
 

"7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia"
 
1. Gagalnya pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja
Fakta yang paling konkret yang menyebabkan banyaknya pengangguran saat ini termasuk dari lulusan sarjana adalah pemerintah yang dinilai gagal dalam menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. jika pun ada lapangan kerja yang terbuka, hal itu tak sebanding dengan jumlah masyarakat yang membutuhkan lapangan kerja, sehingga masyarakat yang tidak terserap harus gigit jari. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan moratorium CPNS sampai tahun 2018 sehingga banyak lulusan sarjana yang memiliki ambisi yang cukup besar untuk menjadi PNS harus lebih bersabar lagi sampai moratorium CPNS dicabut. Sedangkan lapangan kerja di sektor BUMN dan BUMNS masih belum cukup untuk menyerap potensi lulusan sarjana tiap tahunnya.

2. Kurikulum kampus yang tidak visioner
Satu hal yang cukup menarik dalam kurikulum kampus adalah sebagian besar mata kuliah mengarahkan mahasiswa hanya fokus pada bidang studi yang digeluti, hal ini sangat tidak realistis melihat peluang kerja saat ini yang sangat terbatas. Selain itu jumlah mahasiswa tiap tahunnya semakin bertambah dan dengan bermunculannya banyak lembaga pendidikan swasta/yayasan yang menyelenggarakan perkuliahan. maka hal tersebut mengisyaratkan akan semakin banyakanya lulusan tiap tahunnya, jika lapangan kerja sudah tidak memadai terus mereka bisa apa? Maka alangkah baiknya jika kurikulum kampus mampu membaca fenomena tersebut sehingga membekali mahasiswa dengan ilmu/skill lain dan jikalau lapangan kerja untuk program studi mereka tidak tersedia,  mereka bisa tetap eksis dengan skill/ilmu lain yang mereka pelajari selama kuliah. Skill/ilmu apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa selain ilmu kekhususan program studinya? yakni ilmu yang memiliki daya aplikatif yang tinggi dan dinamis seperti ilmu tentang bagaimana beriwarausaha, penguasaan iptek, skill dan keterampilan lainnya. Dan jika hal ini bisa direalisasikan, walaupun lapangan kerja tidak memadai bagi program kekhususan pendidikannya, para mahasiswa tersebut setelah selesai bisa memiliki beberapa alternatif lain dalam bekerja, sehingga bisa meminimalisir tingkat pengangguran.

3. Dosen yang kurang pekah
Selain kurikulum kampus, dosen juga memiliki andil sehingga semakin bertambahnya pengangguran di indonesia. Bukan bermaksud menjustifikasi semua dosen tapi argumentasi ini hanya untuk segelintir dosen yang kurang mampu membaca keadaan. Seharusnya seorang dosen selain maksimal dalam mengajarkan mata kuliahnya sebaiknya juga membekali mahasiswa tersebut dengan berbagai kompetensi lainnya. seorang dosen seharusnya sadar bahwa kemungkinan besar semua mahasiswanya tidak akan terserap sepenuhnya dalam lapangan kerja. taruhlah misalnya mahasiswa jurusan sejarah kependidikan, berapa sih lembaga yang membutuhkan alumni jurusan tersebut tiap tahunnya selain itu ada banyak kampus yang memiliki program studi yang serupa dan bisa mencetak ratusan bahkan sampai ribuan alumni yang sudah pasti tidak akan mampu sepenuhnya terserap dalam formasi kerja. Maksudnya adalah bagaimana sebaiknya dosen memberi rambu-rambu yang jelas tentang bagaimana realita sebenarnya setelah selesai kuliah selain itu juga memberi berbagi motivasi, bimbingan, arahan, skill, sehingga peluang mahasiswa tersebut untuk sukses walaupun berkarir bukan pada program kependidikannya tetap besar.

4. Mahasiswa yang tidak berpikiran terbuka
Fakta selanjutnya yang menyebabkan ada banyak lulusan sarjana yang menganggur adalah sebagian dari mereka ketika  masih menjadi mahasiswa kurang berpikiran terbuka, maksudnya adalah mereka hanya fokus pada program studinya, intinya mereka berpikir bagaimana bisa selesai cepat kuliah, alhasil banyak workshop, seminar, pelatihan di kampus yang jarang mereka ikuti, toh pikirannya "itu tidak sesuai dengan program studinya" jadi mereka tak perlu mengikutinya, mereka gagal paham kalau semakin banyak keahlian/ilmu yang dikuasai maka peluang sukses akan semakin besar. alhasil setelah mereka selesai kuliah baru menyadari susahnya untuk mendapat pekerjaan jika hanya mengandalkan keahlian/ilmu dari program studinya.

5. Gengsi
Salah satu pemicu utama yang menyebabkan banyak sarjana menganggur adalah gengsi, ketika peluang kerja untuk program studinya tidak tersedia. maka kemudian mereka lebih memilih tidak bekerja dulu sambil menunggu peluang kerja yang sesuai standarnya, Sebagian dari lulusan pendidikan sarjana juga enggang untuk bekerja di level yang tidak setara dengan level pendidikannya, maksudnya adalah sebagian dari mereka malu menggeluti pekerjaan yang serampangan atau pekerjaan yang mulai dari nol atau malu menggeluti pekerjaan yang bisa lakukan walau tak bertitel sarjana.

6. Kurang Inovatif
Fakta selanjutnya sebagian sarjana menganggur akibat kurang inovatif dalam bersaing di lingkungan yang dinamis. mereka hanya terpaku menanti peluang kerja yang sesuai dengan program studinya dan enggang melakukan hal-hal yang inovatif atau terobosan tersendiri untuk dirinya. misalkan jika dia mahasiswa sejarah maka hanya fokus untuk menunggu peluang kerja untuk program studi tersebut. sebagian dari lulusan pendidikan sarjana tersebut tidak berani mencoba hal yang baru seperti mulai berwirausaha, menyediakan jasa, mendirikan usaha dll.

7. Tidak mau meninggalkan Zona nyaman
Fakta terakhir kenapa banyak sarjana saat ini yang masih menganggur adalah sebagian dari mereka kurang mau untuk meninggalkan zona nyaman atau hanya fokus mencari kerja di ruang lingkup tempat tinggalnya misalkan hanya fokus mencari kerja di provinsi tempat kelahirannya. Padahal jika dipikir-pikir beberapa daerah justru membutuhkan sumber daya manusia dengan kualitas cukup memadai seperti lulusan sarjana. Oleh karena itu alangkah baiknya jika merantau saja ke daerah yang memiliki potensi besar menyadiakan lapangan kerja luas misalkan di kalimantan dan papua dan beberapa daerah hasil pemekaran lainnya.

Nagh demikianlah sedikit analisa singkat kenapa Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia, apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut? Jalan yang cukup potensial adalah berusaha belajar lebih keras lagi dalam berbagai disiplin ilmu serta berusaha menjadi wirausahawan yang bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. semoga artikel 7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia bermanfaat. 

0 Response to "7 Fakta Yang Menyebabkan Banyaknya Lulusan Sarjana Yang Menganggur Di Indonesia"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close