Perkembangan Emosional

Perkembangan Emosional 
Masalah emosional erat hubungannya dengan masalah sosial yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat menyimpang. Hal ini terjadi karena diakui bahwa seseorang dalam perkemabngan kepribadiannya tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan emosional.

Penyimpangan ini dapat mengarah pada suatu kejahatan moral jika orang tersebut tidak mampu mencapai keseimbangan antara emosinya dengan kehendak masyarakat. Berbagai teori perkembangan emosi dikemukakan para pakar seperti teori vaskuler oleh Zazone, Murphy dan Inglehart (1989), teori freudianisme dan teori psikologi menekankan pada perlunya peran ego dalam diri setiap individu. 

Jika ego lemah, emosi akan mudah terpicu sehingga dapat melakukan hal-hal yang melanggar batas. Apalagi emosional seseorang berkembang seiring dengan perkembangan usia, kemampuan intelektual, dan reaksi sosial terhadap perilaku emosional. Apabila perkembangan emosional ini dikaitkan dengan perampokan dan pemerasan dengna melihat usia rata-rata pelaku, ada kecenderungan para pelaku tersebut memiliki ego yang lemah sehingga emosinal untuk melakukan kejahatan itu mudah terjadi. 

Hal lain yang mungkin mendorong anak melakukan kejahatan moral adalah desakan dari pola umum emosi yang meliputi (1) rasa malu karena tidak ada pekerjaan yang memadai, (2) rasa takut karena didesak harus membayar utang, (3) rasa marah karena selalu ditekan oleh orang tua atau keluarga, (4) rasa cemburu karena melihat orang lain hidup lebih baik dari dirinya, (5) rasa duka cita karena mengalami musibah sementara tidak ada jalan lain yang ditempuh untuk mencari uang selain merampok atau mencuri dan sejumlah perasaan emosi lainnya.
#Perkembangan Emosional 

0 Response to "Perkembangan Emosional"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close