FUNGSI UJIAN SEBAGAI INSTRUMENT EVALUASI




Sebagaimana dijelaskan, ujian mempunyai tiga fungsi, yaitu mengukur menilai, dan mengevaluasi karena macam ujian tergantung pada objek pengajaran apa yang akan dievaluasi. Dengan perkataan lain, desain ujian tergantung pada fungsi ujian apa yang diinginkan dosen. Sebagai contoh, merancang soal-soal untuk ujian dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil belajar masing-masing mahasiswa, maka akan berbeda dengan merancang soal-soal untuk ujian yang bertujuan untuk mengevaluasi  kemampuan seluruh kelas. Para dosen harus benar-benar menentukan lebih dahalu apa ia menguji mahasiswanya. Dengan pertimbangan tersebut, rancangan ujian yang akan diselenggarakan sangat tergantung pada fungsi ujian mana yang ingin diterapkannya. Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut:
a.       Menguji apa yang hendak diuji. Dengan perkataan lain, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi mana yang yang diinginkan
b.      Terdiri atas serangkaian  soal ujian yang baik.
Soal yang baik adalah soal yang berkualitas baik, yaitu soal yang valid, relevan, spesifik, respresentatif, dan seimbang. Tentang validitas soal, Aderson (dalam Hartono, dkk., 1993) menyatakan: A tes is valid if it measures what it purpose to measure.  Kemudian Briggs menyatakan : A valid tes must be congruens with the objective.
Dengan demikian soal dikatakan valid  apabila ingin mengukur apa yang hendak diukur dan soal tersebut harus sebangun dengan sasaran belajar yang ingin dicapai. Untuk menjelaskan pengertian valid ini, ada baiknya dikemukakan salah satu contoh soal yang disesuaikan dengan kemampuan yang ingin diukur dari sasaran belajar sebagai berikut:
Contoh
Siswa mampu menjelaskan secara sistematis tentang hukum Newton I dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
1.      Describe by stematically the first Newton law using own word.
2.      Jelaskan perbedaan antara humum newton I dan II
Soal nomor 1 (satu) tidak dapat dikatakan soal yagn valid sebab soal ini mengandung dua hal yang bersama-sama akan diukur. Pertama, soal ini mengukur kemampuang berbahasa Inggris mahasiswa. Apabila ia tidak dapat menerjamahkan kata-kata dalam bahasa Inggris itu, jangankan menjelaskan Hukum Newton, bahkan menangkap isi soal pun mahasiswa tidak akan tahu. Pada hal akan diukur dalam soal ini menurut sasaran belajar yang telah ditetapkan adalah kemampuan menjelaskan Hukum Newton  1 bukan kemampuan berbahasa inggris. Kedua, soal in dapat menjadi valid  hanya apabila mahasiswa bisa menerjamahkan soal itu kedalam bahasa Indonesia. Akan tetapi harus diingat bahwa sasaran belajar yang diukur bukanlah itu.
Soal nomor 2 (dua) jelas bukan soal yang valid , sebab hal yang akan diukur menurut sasaran belajar adalah kemampuan menjelaskan Hukum Newton 1 sedangkan soal itu akan mengukur kemampuan menjelaskan perbedaan Humum Newton 1 dan II
Suatu soal dikatakan relevan apabila soal tersebut diukur sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditentukan dalam sasaran belajar. Seperti diketahui, Bloom (1963)  mengintrodusir enam tingkat kemampuan kognitif, dan tingkat kemampuan kognitif terendah sampai tertinggi, berturut-turut sebagai berikut: C1. Mengetahui; C2 Menjelaskan; C3 Menerapkan C4; Menganalisis; C5 Mensistensis; C6 Mengevaluasi.
Apabila dalam sasaran belajar ditetapkan, misalnya kemampuan menerapkan, maka pada soal yang dibuat kemampuan menerapkan inilah yang ditanyakan.
Contoh
Sasaran belajar mampu menyebutkan nama ibukota Republik Indonesia
Soal
a.       Sebutkan nama ibukota Repubplik Indonesia
b.      Jelaskan asal nama ibukota Republik Indonesia
Pertama-tama perhatikan apakah soal ini valid  atau tidak, kemudian perhatikan apakah soal ini relevan atau tidak. Pada soal pertama dapat dikatakan bahwa soal ini valid  karena materi sola ini adalah nama ibu kota Republik Indonesia dan materi sasaran belajar adalah juga nama ibukota Republik Indonesia. Selanjutnya, soal ini dapat pula dikatakan relevan karena sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam sasaran belajar, dalam hal ini kemampuan “Menyebabkan”. Sebaliknya pada sola kedua, soal ini bukanlah soal yang valid  karena tidak mengukur  apa yang seharusnya di ukur. Materi sasaran belajar adalah nama ibukota Republik Indonesia , sedangkan materi yang ditanyakan dalam soal kedua adalah asal nama ibu kota Republik Indonesia. Disamping itu, soal ini pun tidak relevan, karena kemampuan yang diminta dalam sasaran belajar adalah kemampuan “menyebutkan” sedangkan kemampuan yang diminta dalam soal adalah kemampuan “menjelaskan” soal ujian harus dibuat sedemikian rupa agar tidak menimbulkan ambivalensi maupun spekulasi untuk menjawabnya. Sebagai contoh perhatikan soal multiple choice (pilihan ganda) berikut:
Pili satu jawaban yang benar dari pertanyaan tentang Ibukota Provinsi Jawa Timur berikut ini:
a.       Ibukota Privinsi Jawa Timur adalah Surabaya
b.      Ibukota Privinsi Jawa Timur adalah Malang
c.       Ibukota Privinsi Jawa Timur terletak di Pulau Jawa
d.      Ibukota Privinsi Jawa Timur terletak di Sumatra
Karena hanya satu pilihan yang benar yang diminta, soal ini akan menimbulkan ambivalensi antarjawaban A dan C. soal ini menimbulkan pula spekulasi kalau kebetulan mahasis tidak tahu ibukota Jawa Timur, tetapi ia memperkirakan bahwa Jawa Timur adalah Jawa bagian Timur dna karena itu Jawa Timur pastilah terletak di Pulau Jawa. Soal ini merupakan contoh soal yang tidak spesifik.

0 Response to "FUNGSI UJIAN SEBAGAI INSTRUMENT EVALUASI "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close