13 Tips Membangun Komunikasi yang Efektif Antara Guru dan Siswa

13 Tips Membangun Komunikasi yang Efektif Antara Guru dan Siswa _ Berkomunikasi dengan siswa tentu diperlukan skill komunikasi yang baik. Hal itu dikarenakan setiap siswa punya karakter yang berbeda-beda sehingga untuk menyikapinya diperlukan trik khusus. Perlakuan terhadap siswa yang kurang pandai tentu berbeda dengan bagaimana memperlakukan siswa cerdas di kelas.

13 Tips Membangun Komunikasi yang Efektif Antara Guru dan Siswa

Tapi bukan berarti siswa yang kurang cerdas harus dikesampingkan  hanya karena ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. Untuk itulah diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif. Lalu bagaimanakah komunikasi yang efektif antara guru dan siswa di kelas?

Dalam berkomunikasi khususnya berkomunikasi dengan anak, ada beberapa tips atau cara tertentu yang bisa dilakukan oleh seorang guru, agar siswa lebih mudah memahami apa yang dimaksud oleh guru tersebut dan bukan hanya itu diharapkan setelah melakukan komunikasi dengan bijak antara guru dan siswa, bisa menumbuhkan perasaan lega dan senang dalam diri siswa. Berikut ulasannya;

13 Tips Membangun Komunikasi yang Efektif Antara Guru dan Siswa

1. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Dalam proses pembelajaran, seorang guru hendaknya menggunakan bahasa dan kosa kata yang mudah dipahami oleh siswa-siswinya. Penggunaan kata yang tepat tentu baik juga untuk perkembangan anak. Selain itu, lakukan penekanan dan penjelasan berulang-ulang pada apa yang menjadi kata kunci dari pelajaran tersebut.

Sebisa mungkin berbicaralah dengan tempo yang tepat, yakni tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Bicara dengan tempo yang terlalu cepat akan membuat siswa jadi kurang bisa mencerna sedangkan tempo lambat bisa membuat siswa jadi mengantuk.

2. Perhatikan penggunaan kata kata ‘kamu’ dan ‘saya’
Mengatakan ‘kamu’ kepada siswa terkesan menghakimi dan menempatkan mereka pada posisi defensive, yakni perasaan takut dan sering merasa terancam. Misalnya “kamu sangat bodoh”. Tentu siswa akan merasa dihakimi dan itu hanya akan membuat mereka semakin malas. Beda halnya dengan penggunaan kata ‘saya’ yang lebih merefleksikan perasaan pembicara.

Misalnya “saya kecewa saat ada murid saya yang tidak paham dengan pelajaran saya”. Kalimat kedua tentu lebih mengena pada perasaan si siswa sehingga lambat laun siswa yang tadinya malas berubah menjadi rajin.

3. Bersikap asertif saat menangani konflik
Sikap asertif adalah kemampuan menyelesaikan konflik di mana seseorang akan mengutarakan apa yang dirasakannya, meminta apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak diinginkan.

Guru yang bersikap asertif akan memperjuangkan apa yang benar dan mengubah prilaku yang salah tanpa adanya paksaan yang manipulatif. Maka dari itu, seorang guru sebaiknya mampu bersikap asertif saat menangani konflik dengan siswa.

4. Hindari kata-kata yang terkesan menyalahkan siswa
Dalam proses belajar mengajar, sebaiknya hindari penggunaan kata-kata yang terkesan menyalahkan siswa, seperti mengkritik, memberi label, menceramahi dan sebagainya. Misalnya, ketika seorang siswa mendapat nilai buruk saat ujian, maka tidak perlu langsung mengkritiknya dan melabeli dia dengan sebutan ‘bodoh’.

Jika ada kasus seperti itu, maka sebaiknya tanyakanlah penyebab mengapa ia mendapat nilai buruk. Karena kritik dan pemberian label seperti itu, hanya akan membuat siswa semakin merasa bersalah dan kehilangan kepercayaan diri.

5. Jadilah pendengar yang baik
Seorang guru yang tidak hanya sibuk memberi arahan tapi juga mampu menjadi pendengar yang baik manakala siswanya memberikan pendapat tentu akan mendapat nilai plus tersendiri di mata para siswanya.

Siswa yang diberi kesempatan mengutarakan pendapat tentu akan senang bukan main. Hal itu karena ia merasa dihargai.  Jadi, menunjukkan perhatian dan memberi tanggapan yang positif adalah tindakan terbaik.

6. Perhatikan komunikasi non verbal
Dalam pembelajaran, bukan hanya komunikasi verbal saja yang dibutuhkan tapi juga komunikasi non verbal. Gerakan seperti kening berkerut tanda berpikir keras atau menggelangkan kepala tanda menolak merupakan contoh komunikasi non verbal. Seorang guru sebaiknya harus bisa membaca hal tersebut. Misalnya ada seorang siswa yang sedang menguap sambil merenggangkan tangan.

Hal itu menandakan bahwa siswa tersebut mengantuk atau mungkin saja bosan dengan materi yang dibawakan oleh sang guru. Jika sudah begini, sang gurulah yang harus membaca situasi. Mungkin bisa memberikan selingan dengan memberikan sedikit permainan kecil yang menghibur.

7. Ciptakan suasana yang menguntungkan
Sebagai seorang guru, hendaknya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Karena komunikasi yang efektif berawal dari suasana yang bersahabat, terbuka dan dua arah.

Yakinkan mereka tentang manfaat apa yang dipetik dengan mempelajari materi yang sedang diajarkan. Dengan begitu, mereka akan tahu betapa pentingnya sebuah pembelajaran.

8. Tanamkan sikap respek
Sebuah proses komunikasi tidak akan berjalan efektif jika tidak dibarengi dengan penghargaan. Penghargaan yang dimaksud di sini adalah sikap respek.

Seorang guru yang mengajar dengan respek pada siswa-siswinya tentu akan menerima umpan balik yang serupa dari mereka. Para siswa pun juga akan bersikap respek pada sang guru.

9. Pahami kondisi siswa
Guru yang baik adalah guru yang tidak pernah memaksa siswa-siswinya untuk menuruti semua keinginannya. Jika salah seorang siswa terlihat sedikit aneh, maka jangan langsung memarahinya apalagi mengusirnya keluar dari kelas.

Tunggulah saat jam istirahat tiba lalu panggil ia dan bicaralah empat mata. Tanyakan padanya alasan dia seperti itu, apa keluhanya, dan lain sebagainya.

10. Tunjukkan sikap yang baik
Para siswa tentu tidak ingin diajar oleh guru yang galak dan pemarah. Mereka suka dengan guru yang menyenangkan dan murah senyum. Saat pembelajaran berlangsung, gunakanlah kata-kata yang sopan.

Ingatlah bahwa bukan hanya murid saja yang harus berprilaku sopan. Seorang guru pun juga harus sopan karena gurulah yang akan jadi contoh bagi murid-muridnya.

11. Makna dari pesan harus jelas
Sepandai apapun seorang guru, tidak ada artinya jika murid-muridnya tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Seorang guru harus jelas dalam menyampaikan bahan ajar agar para siswa bisa lebih mudah mengerti.

Hindari terlalu banyak penggunaan bahasa ilmiah. Sebaiknya gunakanlah bahasa yang sesuai dengan usia siswa. Berbicara pada murid kelas 1 SD tentu berbeda saat berbicara dengan murid kelas 3 SMA.

12. Tanamkan sikap pengendalian diri
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa para siswa biasanya tidak begitu menyukai guru yang galak dan pemarah. Mereka tidak ingin belajar dalam tekanan hanya karena takut dimarahi. Maka dari itu, sebagai seorang guru ada baiknya untuk menanamkan sikap pengendalian diri.

Dalam satu ruangan kelas tentu ada berbagai karakter murid. Jika ada murid yang menyebalkan, hindarilah bertengkar dengannya. Itu hanya akan terlihat kekanakan. Sebaiknya kendalikan diri sebaik mungkin agar tidak mudah terpancing emosi.

13. Bersikap rendah hati
Seorang guru belum tentu lebih hebat dari siswa-siswinya. Banyak juga siswa yang justru lebih cerdas dari guru itu sendiri. Jika sudah begini, sikap rendah hati sangat diperlukan. Hal itu bertujuan agar sang guru tidak merasa tersaingi oleh si murid. Saat guru merasa tersaingi, maka hilanglah tujuan dari komunikasi efektif itu.

Pesan pun tidak tersampaikan karena tujuan mengajar yang awalnya ingin berbagi ilmu akhirnya berubah menjadi ingin pamer ilmu. Jadi, seorang guru harus memiliki karakter yang kuat sebelum membangun komunikasi yang efektif dengan anak didiknya. Karena guru yang berkarakter juga akan menghasilkan anak didik yang berkarakter pula. 

Demikianlah 13 Tips Membangun Komunikasi yang Efektif Antara Guru dan Siswa yang bisa anda coba aplikasikan dalam proses belajar mengajar di sekolah. semoga informasi ini bermanfaat untuk anda.

0 Response to "13 Tips Membangun Komunikasi yang Efektif Antara Guru dan Siswa"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close