BIMBINGAN ANAK TUNA CAKAP BELAJAR


A.  PENGERTIAN TUNA CAKAP BELAJAR
          Secara umum anak tuna cakap belajar dapat diartikan anak yang mempunyai masalah kelemahan atau kekurangan dalam hal berpikir atau menerima materi atau intelegensinya kurang.
Selain itu, pada umumnya anak bodoh dapat diartikan salah satu dari beberapa jenis tuna cakap belajar, yang lebih cenderung kepada ketidak berfungsian minimal otak untuk berpikir atau menerima materi, stimulus, rangsangan.
Dari hasil observasi menunjukan tingkat intelegensinya biasanya dibawah rata-rata, dan lebih cenderung masa bodoh atau diam. Hasil tesnyapun hampir selalu dibawah rata-rata dan bawaannya tidak bersemangat.
      ARTIKEL TERKAIT : PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL ANAK
B.   JENIS-JENIS ANAK TUNA CAKAP BELAJAR
1.        Minimal Brain Dysfunction
Minimal brain Dysfunction adalah ketidak berfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada murid ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai kombinasi kesulitan seperti konseptualisasi, bahasa, memori, pengendalian , perhatian, impulse(dorongan), atau fungsi motorik.
2.      Aphasia
Aphasia merujuk suatu kepada suatu kondisi dimana anak gagal mnuasi ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3,0 tahun. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena factor ketulia ,keterbelakangan mental, ganngguan organ bicara,tau factor lingkungan.
Simptom aphasia digolongkan kedalam tiga karakteristik utama yakni:
a Receptive aphasia
− Tidak dapat mengeidentifikasi apa yang didengar
− Tidak mendapat melacak arah
− Kemiskinan kosa kata
− Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
− Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b Expressive aphasia
− Jarang bicara di kelas
− Kesulitan dalam melakukan peniruan.
− Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
− Jarang menampilkan gesture (geramk tangan )
− Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c Inner aphasia
− Tidak mampu melakukan asosiasi, oleh karena itu sulit berfikir abstrak
− Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan
− Lamban merespon
3.       Dyslexsia
Dylexia, ketidakcakapan membaca. Adalah jenis lain gangguan belajar. Yakni anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompitisi dengan temannya di sekolah .
Simptom umum dylesia :
− Kelamahan orientasi kanan –kiri
− Kecendurungan membaca kata bergerak maju mundur. Seperti “dia” dibaca “aid”.
− Kelemahan keterampilan jari.
− Kesulitan dalam berhitung
− Kelmahan memori.
− Kesulitan auditif.
− Kelemahan memori visual.
− Dalam membaca keras tidak mampu mengkonverisikan symbol visual ke dalam symbol
   auditif sejalan dengan bunyi secara benar.
4.    Kelemahan Perseptual dan perseptual-motorik
Kelemahan preseptual dan preseptual-motorik sebenarnya merujuk kepadsa masalah yang sama, persepsi dapat diidentifikasi tanpa mengaitkan dengan aspek motorik. Persepsi itu sendiri membedakan stimulus sensoris, yang pada gilirnnya harus diorganisasikan ke dalam pola-pola yang bermakna.
C.  KARAKTERISTIK ANAK TUNA CAKAP BELAJAR
          Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid kecendrungan menunjukkan kesulitan dalam hal-hal berikut :
1.    Aspek Kognitif
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus, seperti : kemampuan membaca, menulis mendengarkan, berpikir dan matematis
Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik kurang berfungsinya aspek kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar. Kasus-kasus ini membuktikan bahwa anak tuna cakap belajar memiliki kemempuan kognitif yang normal, akan tetapi kemempuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic retardation), yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata.
2. Aspek Bahasa
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengekspresikan diri, baik secara lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek bahasa,cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif ) serta dalam mengekpresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif).
3.     Aspek motorik
Masalah motorik murupakan salah satu masalah yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar yang behubungan dengan keulitan dalam keterampilan motorik-perseptual (perceptual-motorproblem) yang deperlukan untuk mengembangakan keterampilan meniru rancangan atau pola, kemampuan ini diperlukan untuk menggambar, menulis menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimanfaatkan murid yang mengalami tuna cakap belajar.
4.     Aspek Sosial dan Emosi
          Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteistik social-emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelebihan emosi onal ditunjukkan sering berubahnya suasana hati dan temperamen yang menyebabkan lemahnya pengendalaia terhadap dorongan-dororangan.
D.  IDENTIFIKASI KETUNACAKAPAN BELAJAR
            Prosedur didentifikasi dan metode pengajaran yang digunakan untuk murid yang mengalami tuna cakap belajar, memiliki prinsip-prinsip dengan evaluasi yang perlu dipahami para guru. Prinsip-prinsip dasar tersebut sebagai berikut :
1.  Tes atau teknik evaluasi lain harus diberikan dalam bahasan anak dapat dipahami oleh anak.
2.  Tidak ada prosedur tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan program pendidikan yang layak bagi anak berkesulitan belajar.
3.  Evaluasi harus dilakukan oleh rim dari berbagai disiplin, setidak-tidaknya terdiri atas seorang guru atau ahli yang lain yang mengetahui masalah berkesulitan.
Berikut merupakan prosedur lain yang diperlukan dalam menilai seorang murid yang diduga memiliki tuna cakap belajar yang khusus (kantor pendidikan Amerika, 1977).
a. Penambahan anggota tim. Setiap tim berasal dari berbagai disiplin harus meliputi (1) guru tetap, dan (2) seseorang ahli yang melakukan ujian diagnostik (ahli psikologi dan guru ahli remedial)
b. Kreteria untuk menentukan ketunacakapan belajar yang khusus.
1)   Seorang anak dikatakan mengalami tuna cakap belajar jika murid tidak mampu mencapai prestasi sesuai usia dan tingkat kecakapan dalam satu atau lebih bidang :
a)     Ekspresi lisan
b)     Mendengarkan pemahaman
c)      Ekspresi tulisan
d)     Keterampilan membaca dasar
e)     Membaca pemahaman
f)       Perhitungan matematika
g)     Berpikir matematis
2)   Seorang murid tidak diidentifikasikan mengalami tuna cakap belajar jika kesenjangan antara kecakapan dengan prestasi disebabkan oleh :
a)     Hambatan visual, pendengaran, atau motorik
b)      Keterbelakangan mental
c)      Gangguan emosional
d)     Keterberutungan lingkungan, kultur, atau ekonomis
3)     Observasi
a)     Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar murid di kelas
b)     Mengamati murid dalam suatu lingkungan yang cocok bagi murid sesuai dengan usianya.
4)     Laporan Tulis
a)     Tim mempersiapkan laporan tertulis hasil evaluasi
b)     Dalam laporan itu harus meliputi laporan berikut
c)      Tuna cakap belajar khusus apa yag dialami muri Dasar yang digunakan untuk menentukan jenis ketuna cakapan
d)     Prilaku-prilaku yang relevan yang tercatat selama dilakukannya pengamatan
e)      Hubungan antara perilaku tersebut dengan keberfungsian belajar murid
f)       Temuan-temuan medis yang relevan dengan pendidikan
g)     Kesenjangan antara prestasi dan kecakapan yang tak dapat diatasi tanpa pendidikan dan layanan khusus.
E. FAKTOR PENYEBAB KETUNACAKAPAN BELAJAR
            Jerome Rosner  (1993) melihat bahwa hal-hal yang paling umum, yang secara langsung berkaitan dengan masalah kesulitan khususnya dalam ketunacakapan belajar murid di tingkat sekolah dasar ialah keterlambatan dalam perkembangan ketermpilan perseptual dan kecakapan berbahasa.
Selanjutnya, kephart (1967) mengelompokkan penyebab ketuna cakapan belajar kedalam katagori utama yaitu :
1 . Kerusakan Otak
Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam satu kasus encephalitis, meningitis, toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk prosis belajar pada anak remaja. Pada anak yang mengalami minimal brain dysfunction pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar.
2.     Faktor Gangguan Emosional
Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf
3.     Faktor “Pengalaman”
Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint.
Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat menggamggu perkembangan dan keberfungsian otak.
F.TEKHNIK MEMBANTU ANAK TUNA CAKAP BELAJAR
            Adapun tekhnik untuk membantu anak yang mengalami tuna cakap belajar yaitu:
                a.    Memberikan perhatian dan kesempatan-kesempatan yang sepadan, selaras sesuai dengan kebutuhannya.
b.    Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak dengan kesabaran, tanggung jawab untuk membimbingnya.
c.    Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai pemacu semangat mereka.
d.    Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi beban       baginya.   .
f.    Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi mereka.
g.    Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai dengan kebutuhannya.
1. Jenis Bimbingan
Jenis bimbingan yang di ambil diarahkan kepada kelemahan atau ketidak mampuan (anak tuna cakap belajar) yang menjadi bahan dalam makalah ini. Dimana fungsi bimbingan yang bersifat pencegahan, penyuluhan, dan pengobatan
Adapun beberapa fungsi bimbingannya yaitu antara lain:
a.    Penyuluhan (distributive)
b.   
Pengadaptasian (adaptive)
c.    Penyesuaian (adjustive)
Jenis dan layanan bimbingan berupa bantuan-bantuan diantaranya:
a.    Pemberian informasi sebagai orientasi
b.    Bantuan untuk menyesuaikan diri
c.    Penyuluhan tentang perkembangan individu.

H.    Teknik Bimbingan
Betapapun pentingnya bimbingan harus diberikan kepada siswa tertentu, karena tugas utama seorang guru harus berpase pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar (PBM).
Oleh karena itu sejumlah kemungkinan layanan bimbingan hanya beberapa saja yang benar-benar berkaitan secara langsung dengan PBM, tugas lainnya merupakan kompetnsi dari layanan khusus bimbingan dan pelayanan di sekolah.
Kegiatan bimbingan itu berjalan paralel dan berdampingan serta berurutan logis dengan kegiatan Evaluasi dan Pengajaran dalam kerangka suatu pola PBM yang lengkap.
Adapun beberapa Metode yang digunakan dalam bimbingan ini, antara lain:
a.    Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku) anak di kelas. Karena sikapnya mengamati, maka alat yang cocok untuk teknik ini adalah Panca Indra penglihatan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2.    Direncanakan secara sistematis.
3.    Hasil yang dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4.    perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis, yaitu:
1.
Observasi Sehari-hari, saat kita melakukan Proses Belajar Mengajar.
2. Observasi Sistematis
3. Observasi Partisipatif
4. Observasi Nonpartisipatif
b.    Dokumentasi
Dokumentasi ini meliputi Lapor dan Buku Leger karena kita bisa tahu perkembangan anak dari hasil catatan guru selama Proses Belajar Mengajar di nilai.
Anak yang mengalami kelemahan atau ketidak mampuan (tuna cakap) akan menunjukan tingkat prestasi yang jauh tertinggal dari anak-anak normal lainnya. Tapi disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak.
c.    Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan sesponden (orang yang diminta informasi) atau orang yang bersangkutan dengan bimbingan.
Dalam bimbingan wawancara dilakukan oleh guru dengan siwa.
Misalnya:
-    Wawancara guru dengan murid (tuna cakap) secara langsung ditempat khusus.
-    Wawancara guru dengan teman-teman terdekatnya.
Kegiatan wawancara sangat penting karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
a.    Teknik yang tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi siswa.
b.    Dapat dilakukan kepada semua tingkat umur.
c.    Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
d.    Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan melalui teknik lain.
Adapun kelemahan wawancara antara lain:
a.   
Tidak efisien, tidak dapat menghem+at waktu.
b.    Sangat bergantung kepada kesediaan kedua belah pihak.
c.    Menuntut penyusunan bahasa dari pihak pewawancara..
 Terdapat tiga dasar layanan bimbingan yang dapat dikembangkan secara terpadu dengan proses pembelajaran dalam upaya membantu murid tuna cakap belajar. Jerome Rosner (1993) menggolongkan pola tersebut, yaitu :
a.      Layanan remediasi
Terfokus kepada upaya menyembuhkan, mengurangi, atau jika mungkin menghilangkan kesulitan. Dalam layanan ini murid dibantu untuk mengatasi kekurangan dalam keterampilan perceptual maupun kecakapan dasar berbahasa, sehingga dia dilengkapi dengan keterampilan yang dapat menjadikannya mampu memperoleh kemajuan dalam kondisi pembelajaran normal. Dengan kata lain, remediasi ini mengubah dan memperbaiki keterampilan murid sehingga dia dapat belajar dalam kondisi normal dan tidak perlu menyiapkan kondisi sekolah khusus.
b.      Layanan kompensasi
Yaitu mengembangkan komisi pembelajaran khusus luar kondisi yang normal atau baku yang memungkinkan murid memperoleh kemajuan yang memuaskan dalam keadaan kekurang terampilan perceptual dan bahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut layanan yang bersifat kompensasi ini hendaknya memperhatikan patokan atau rambu-rambu berikut;
1)      fahami dan pastikan bahwa murid memiliki pengetahuan factual yang di perlukan dalam mempelajari bahan ajaran,
2)      batasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit ajaran, dan sampaikan sedikit demi sedikit; jika perlu gunakan system jembatan keledai,
3)      sajikan informasi secara jelas tentang apa yang harus murid pelajari,
4)      nyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki murid,
5)      jika murid sudah mampu menguasai unit-unit kecil perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih besar,
6)      siapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid,
7)      lakukan drill dan, latihan yang paling efektif, jika perlu minta murid mengatakan dan menuliskan apa yang dia lihat dan dengar
Demikianlah artikel tentang bimbingan anak tuna cakap belajar semoga bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
http://hertynierwannysimorangkir.blogspot.com/2011/02/pengertian-anak-tuna-cakap-belajar.html
Tuna Cakap (Kesulitan Belajar)
http://susilofy.wordpress.com/2011/01/09/murid-tuna-cakap-belajar/ Susilo Fitri Yatmoko, S.Pd.


0 Response to " BIMBINGAN ANAK TUNA CAKAP BELAJAR"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close