3 Syarat Pragraf Yang Baik Dan Contohnya

3 Syarat Pragraf Yang Baik Dan Contohnya_ Menyusun sebuah kalimat menjadi sebuah pragraf bukannlah hal yang sulit bagi yang telah memahami namun bagi yang baru mau belajar menyusun sebuah pragraf bisa jadi merupakan hal yang cukup sulit. Dalam menyusun pragraf sebaiknya merujuk pada pedoman yang baku agar pragraf yang disusun memiliki kualitas. setidaknya ada 3 syarat dalam menyusun pragraf yang baik yang mesti diketahui. Oleh karena itu dalam artikel ini penulis akan berbagi bagaimana cara menyusun pragraf yang baik. Paragraf yang baik dan efektif memiliki paling tidak tiga syarat, yaitu ketunggalan (unity), koherensi, dan adekuasi (Bander, 1978; Leggert, 1978 dalam Tri Rijanto, 2009).



3 Syarat Pragraf Yang Baik Dan Contohnya

1. Azas ketunggalan
Pertama, azas ketunggalan dalam paragraf dapat dikonstruksi jika penulis mampu memberikan hanya sebuah ide atau gagasan sebagai pengendali paragraf. Artinya, penulis tidak diperkenankan memiliki gagasan pokok kembar atau bahkan ganda dalam sebuah paragraf. Untuk itu, penulis harus dapat merumuskan ide pokok yang akan dikembangkan dalam paragraf itu ke dalam kalimat yang pendek, lugas, jelas, dan padat. Menurut terminologi teknik menulis, kalimat pengendali gagasan dalam sebuah paragraf biasa disebut dengan topic sentence. Biasanya topic sentence terletak pada kalimat pertama dan/atau terakhir dari sebuah paragraf. 

Setelah penulis memiliki gagasan pengendali paragraf, langkah berikutnya yang harus dilakukan ialah menopang gagasan pengendali dengan berbagai gagasan pendukungnya (supporting ideas). Gagasan pendukung ini bisa berupa teori, fakta, hasil pengamatan, hasil penelitian, pendapat orang yang memiliki otoritas, berbagai contoh, dan sebagainya. Dalam memberikan gagasan pendukung itu penulis bisa saja mengambil berbagai gaya tulisan secara bervariasi, misalnya gaya naratif, deskriptif, komparatif, induktif, deduktif, dan sebagainya.


2. Koherensi

Kedua, koherensi, yang merupakan pengembangan dan tindak lanjut dari syarat yang pertama. Artinya, untuk memenuhi syarat ini penulis harus mampu merangkai gagasan-gagasan pendukung bagi gagasan pengendali secara koheren. Semua gagasan pendukung yang ditampilkan harus menunjukkan adanya dukungan yang kait-mengkait dalam memberi dukungan terhadap gagasan pengendali. Ibarat orang menenun, maka benang-benang yang ada dari segala macam warna harus dianyam dalam bentuk dan posisi saling kait-mengkait. Dengan cara ini maka penulis bisa membimbing dan mengajak pembaca menelusuri alur gagasan secara logik. Paragraf yang koheren berarti paragraf yang memiliki sejumlah gagasan pendukung yang tertata secara logik dan relevan dengan gagasan pengendalinya.

Sebaliknya, sebuah paragraf yang tidak koheren ia akan banyak menampilkan gagasan pendukung yang tidak relevan, melompat-lompat dan jungkir-balik dilihat dari alur logikanya.
Koherensi sebuah paragraf dapat dipertahankan dengan menyusun semua kalimat atas dasar kronologi waktu, ruang, klimaks, dan kronologi logika yang bersifat umum ke khusus. Kronologi waktu dan ruang gampang dilakukan. Namun, hal itu sering diabaikan oleh kebanyakan penulis pemula. Kronologi atas dasar klimaks suatu gagasan dapat disusun dengan berangkat dari gagasan sederhana, yang kurang penting, sampai pada klimaksnya, yaitu gagasan inti yang teramat penting dalam suatu pembahasan topik tertentu. Begitu juga kronologi gagasan yang umum menuju khusus dapat dilakukan dengan menampilkan ide yang luas cakupannya kemudian bergerak ke fenomena yang lebih khusus dan spesifik. Agar seorang penulis bisa mengorganisasikan segala macam bentuk kronologi dengan tampilan yang segar dan lancar perlu kiranya menggunakan berbagai kata transisi secara silih berganti dan bervariasi. 


Dengan cara ini akhirnya sebuah paragraf akan memiliki alur yang alami, enak dibaca, dan jelas kandungan pesan ilmiahnya. Betapapun banyaknya ilmu yang dimiliki seseorang, jika tidak dikomunikasikan dengan cara yang jelas, tidak ada maanfaatnya. Oleh karena itu tidak cukup seorang pendidik hanya menghasilkan sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), tetapi lebih jauh dari itu, suatu kemampuan untuk menyajikannya dalam bahasa tulis yang jelas dan mudah dipahami orang lain masih merupakan sebuah tantangan berikutnya yang harus terus-menerus diatasi.

3. Adekuasi

Ketiga, adekuasi. Syarat ketiga ini sangat penting bagi seorang penulis untuk memiliki gagasan pendukung yang cukup memadai. Kriteria cukup di sini bukan dilihat dari segi kuantitasnya, tetapi harus dilihat dari segi kualitasnya. Paragraf yang adekuat berarti memiliki banyak detail, penjelasan, contoh, bukti, eksplanasi, deskripsi yang disusun secara koheren. Dengan demikian paragraf tersebut memiliki validitas yang tinggi dilihat dari keberhasilan penulis mempertahankan gagasan pengendalinya.
 

Contoh
Sebagai contoh, berikut ini merupakan sebuah paragraf  yang dikembangkan dengan tanpa memperhatikan persyaratan minimal bagi layaknya sebuah paragraf laporan ilmiah atau karya tulis ilmiah. 

”Prestasi belajar tinggi merupakan dambaan setiap orang dan guru. Namun perlu disadari bahwa prestasi belajar merupakan hasil suatu proses yang melibatkan berbagai faktor. Oleh karena itu GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) menegaskan bahwa pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat, maka faktor-faktor itu pulalah yang menyebabkan tingginya prestasi belajar siswa. Menurut Daoed Yoesoef (1986:347). Baik disengaja ataupun tidak, lingkungan ini turut mempengaruhi pendidikan. Karenanya lingkungan ini perlu diperhatikan, bahkan dibina, sehingga menjadi satu lingkungan yang bermanfaat (condusive) bagi perkembangan pendidikan, termasuk lingkungan sekolah. Masih dalam artikel Daoed Yoesoef yang sama dinyatakan bahwa lingkungan lain yang juga sangat menentukan tingkah laku  anak-anak adalah keluarga atau rumah tangga. Dari orangtua yang tidak terdidik memang sulit diharapkan dapat membina rumah tangganya menjadi lingkungan yang condusive untuk pendidikan anak. Celakanya dari orangtua yang terpelajar juga tidak semuanya dapat diandalkan (hal 348).”

Paragraf tersebut jelas melanggar kaedah eksistensi sebuah paragraf. Namun, bukan berarti penulisnya tidak berilmu. Hanya saja kepada yang bersangkutan belum terinformasikan bagaimana menyusun paragraf yang efektif. Sebenarnya banyak informasi yang ditampilkan dalam paragraf tersebut, tetapi karena tidak memenuhi prinsip: unity, koherensi, dan adekuasi (adequacy), maka paragraf tersebut gagal mengkomunikasikan muatan ilmiahnya. Apabila paragraf semacam itu muncul untuk proposal atau laporan PTK, jelas sulit dipahami oleh orang lain. Paragraf tersebut dapat disempurnakan seperti berikut ini.


”Prestasi belajar tinggi merupakan dambaan setiap orang dan guru.  Prestasi belajar merupakan hasil suatu proses yang melibatkan berbagai faktor. Faktor tersebut di antaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini telah ditegaskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Daoed Yoesoef (1986:347), baik disengaja ataupun tidak, lingkungan turut mempengaruhi pendidikan. Oleh karena itu lingkungan perlu diperhatikan, bahkan dibina, sehingga menjadi satu lingkungan yang bermanfaat (condusive) bagi perkembangan pendidikan, termasuk lingkungan sekolah. Lingkungan lain yang juga sangat menentukan tingkah laku  anak adalah keluarga atau rumah tangga. Dari orangtua yang tidak terdidik sulit diharapkan dapat dibina lingkungan keluarga yang condusive untuk pendidikan anak. Celakanya dari orangtua yang terpelajar pun tidak semua lingkungan keluarganya kondusif untuk pendidikan anak. Dengan demikian lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat amat menentukan keberhasilan pendidikan.”

Pembahasan mengenai paragraf yang cukup panjang di sini, bukan berarti penulis mengajak pembaca untuk melangkah mundur (setback) ke pelajaran bahasa Indonesia di SLTA atau perguruan tinggi. Namun, persoalan ini diangkat berdasarkan pengalaman selama membimbing dan menguji skripsi. Pada hakikatnya konstruksi paragraf merupakan titik paling rawan bagi para penulis pemula. Namun demikian, penulis minta maaf kepada pemerhati bahasa Indonesia, jika sekiranya pembahasan ini dianggap sebagai hal yang terlalu trivial. semoga artikel 3 Syarat Pragraf Yang Baik Dan Contohnya bermanfaat bagi anda. 

0 Response to "3 Syarat Pragraf Yang Baik Dan Contohnya"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close