Pengertian Pembelajaran Tematik

Pengertian Pembelajaran Tematik
A. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan terapan pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di sekolah dasar mengarah pada penggabungan dari webbed model (model jaring laba-laba) dan integrated model (model terpadu). Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Depdiknas dalam Trianto, 2011).

Menurut BPSDMPK (2012: 11), pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar/indicator dari standar kompetensi beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dikemas dalam satu tema.

Sementara itu Trianto (2011: 152) menyatakan bahwa pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantu memahami dunia nyatanya. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan dan kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Willian dalam Tianto, 2011).

Selanjutnya Majid (2014: 87) menyatakan bahwa pembelajaran tematik menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa pendekatan pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran, yang mengangkat suatu tema tertentu untuk mengikat beberapa materi pelajaran. Tema yang dipilih harus berkaitan erat dengan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran yang dialami siswa dapat memberikan pengalaman bermakna bagi diri siswa sendiri.

B. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan pendekatan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh tiga landasan penting, yaitu landasan filosofis, psikologi dan yuridis.
Landasan pertama adalah landasan filosofis. Landasan filosofis dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme dan humanisme (Rusman, 2015).
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan pengalaman siswa. … Aliran konstruktivisme melihat pengalaman lansung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. … Aliran humanism melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya dan motivasi yang dimilikinya (Rusman, 2015: 144)

Landasan yang kedua adalah landasan psikologis. Landasan psikologis yaitu landasan berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan siswa diperlukan untuk menentukan isi materi yang akan diberikan agar tingkat keluasan dan kedalaman materi sesuai dengan tahapan perkembangan siswa (Rusman, 2015). Sedangkan psikologi belajar berkaitan dengan bagaimana cara anak belajar dan factor yang mempengaruhi anak belajar (Trianto, 2013).

Menurut Supratiningsih, Wahyuni dan Deliyana (2010) bahwa berdasarkan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal sekolah dasar sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.

Landasan yang ketiga adalah landasan yuridis. Landasan yuridis yaitu landasan yang berdasarkan berbagai kebijakan dan peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di SD. Landasan yuridis antara lain adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Undang-Undang ini menyatakan bahwa “setiap anak berhak memperoleh pendidkan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Hal ini menjelaskan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampunnya.

Sementara itu, dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, menyatakan bahwa “kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik”. Hal ini memberikan peluang kepada satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan bakat, minat dan tahapan perkembangan siswa.

Lebih lanjut pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menetapkan bahwa: Pembelajaran di tingkat SD/MI harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

Untuk itu, pemerintah melalui PP No. 22 tahun 2006 menganjurkan pentingnya penerapan pembelajaran tematik di SD untuk kelas 1, 2 dan 3 karena dianggap bermanfaat bagi siswa kelas awal(BPSDMPK, 2012)
#Pengertian Pembelajaran Tematik

0 Response to "Pengertian Pembelajaran Tematik"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close