KONSEP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA MANUSIA



 A. Definisi Perkembangan Kepribadian Manusia
Kepribadian bahasa Inggrisnya “personality”, yang berasal dari bahasa Yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut.
Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut, Rose Stagner (1961), mengartikan kepribadian dalam dua istilah. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality), yaitu kepribadian yang sesungguhnya atau yang asli.
Memang sangat sulit bagi kita, apalagi pada pertemuan pertama untuk menentukan apakah yang diperlihatkan oleh seseorang itu kepribadian sejati ataukah hanya sebatas kepribadian semu. Kepribadian semu bisa berbeda dari suatu saat ke saat yang lain, dari suatu situasi ke situasi yang lain, dan penampilan kepribadian seperti itu pasti ada maksudnya. Kepribadian sejati bersifat menetap, menunjukkan ciri-ciri yang lebih permanen, tetapi karena kepribadian juga bersifat dinamis sehingga perbedaan-perbedaan atau perubahan pasti ada yang disesuaikan dengan situasi, tetapi perubahannya tidak mendasar. Begitu banyaknya definisi mengenai kepribadian sehingga ada yang mendefinisikan kepribadian sebagai keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku (self), kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra dll. Diantara aspek-aspek tersebut aku atau diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat atau inti kepribadian, seperti yang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambaran Konsep Diri
Karena banyaknya teori dan alirandalam psikologi maka sebanyak itu pula rumusan atau definisi tentang kepribadian. Sebagai bahan ilustrasi dan perbandingan dibawah ini dikemukakan beberapa definisi kepribadian.
Dalam pengertian yang sangat lama, seperti menurut Morton Prince (1924), “Personality is the sum total of all the biological innate disposition, impulses, tendencies, apetities and instinct of the individual, and the acquired dispositions and tendecies”. Di sini Prince masih melihat kepribadian sebagai penjumlahan dari aspek-aspek dan ciri-ciri kepribadian.
Floyd Allport (1924), melihat kepribadian sebagai suatu yang terjalin dalam hubungan sosial, “Personality is the individual characteristic reactions to social stimuli and the quality of his adaptation to the social features of his environment”. Yang lain yaitu May (1929) mengemukakan rumusan yang sejalandengan Allport, bahwa “Personality is the social stimulus value of his individuals”.
Hampir sejalan dengan kedua pendapat ahli di atas, tetapi lebih jauh Gutrie (1944) menekankan sifat yang menetap pada kepribadian. Menurut dia “Personality is those habits and habits system of social importance that are stble and resistance to change”.
Beberapa ahli yang kemudian, melihat unsur yang sangat penting dalam kepribadian, yaitu keterpaduan. Menurut Mc Clelland (1951), kepribadian adalah “… the most adequate conceptualization of a person’s behavior in all detail ”, sedang menurut Guilford (1959), kepribadian adalah “… a person’s unique pattern of traits”.
Gordon Allport (1961), mengemukakan rumusan yang lebih menyeluruh dan tegas, bahwa kepribadian adalah “… the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment with the environment”. Sejalan dengan pendapat Gordon Allport adalah rumusan yang diberikan oleh Walter Mischel (1981), bahwa “Personality usually refers to the distinctive pattern of behavior (including thoughts and emotions) that characterize each individual’s adaptation to the situations of his or her life ”.
Rumusan mana yang paling sesuai dengan pendapat pembaca silahkan mengkajinya sendiri karena barang kali Anda memiliki alasan-alasan tertentu terkait hal ini. Dengan tidak bermaksud memaksakan pendapat, menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata yang merupakan seorang Psikolog Pendidikan dan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia, rumusan dari Gordon Allport yang lebih diperkuat oleh Walter Mischel, mempunyai makna yang lebih luas, tegas dan realistis.
Marilah kita melihat beberapa makna dari rumusan kepribadian menurut Allport.
1.   Kepribadian merupakan suatu organisasi.
Pengertian organisasi menunjuk kepada sesuatu kondisi atau keadaan yang kompleks, mengandung banyak aspek, banyak hal yang harus diorganisasi. Organisasi juga punya makna, bahwa sesuatu yang diorganisasi itu memiliki sesuatu cara atau sistem pengaturan, yang menunjukkan sesuatu pola hubungan yang fungsional. Di dalam organisasi kepribadian cara pengaturan atau pola hubungan tersebut adalah cara and pola tingkah laku. Keseluruhan pola tingkah laku individu membentuk satu aturan atau sistem tertentu yang harmonis.  
2.    Kepribadian bersifat dinamis.
Kepribadian individu bukan sesuatu yang statis, menetap, tidak berubah, tetapi kepribadian tersebut berkembang secara dinamis. Perkembangan manusia berbeda dengan binatang yang statis, yang mengikuti lingkaran tertutup. Sedangkan, perkembangan manusia bersifat dinamis yang membentuk suatu lingkaran terbuka atau spiral. Meskipun pola-pola umumnya sama tetapi selalu terbuka kesempatan untuk pola-pola khusus yang baru. Dinamika kepribadian individu ini, bukan saja dilatarbelakangi oleh potensi-potensi yang dimilikinya, tetapi sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dengan lingkungannya begitu juga dengan manusia lainnya. Lingkaran manusia juga selalu berada dalam perubahan dan perkembangan.
3.    Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan rohaniah.
Kepribadian adalah suatu sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisikdengan psikis. Kepribadian bukan hanya terdiri atas aspek fisik, juga bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi keduanya membentuk suatu kesatuan. Kalau individu berjalan, maka proses berjalannya bukan hanya dengan kakinya tetapi dengan seluruh aspek kepribadiannya. Bukan kaki yang berjalan tetapi individu. Demikian juga kalau individu berbicara, berpikir, melamun dsb, yang melakukan semua perbuatan itu adalah individu.
4.  Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya.
Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Ia adalah bagian dari lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya. Interaksi atau penyesuaian diri individu dengan lingkungannya bersifat unik, atau khas, berbeda antara seorang individu dengan individu lainnya.

A.Tipologi Perkembangan Kepribadian Manusia
Kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Walaupun demikian para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakannya dengan cara melihat satu atau beberapa faktor determinan, atau cirri utama, atau melihat beberapa kesamaan. Atas dasar itu maka sejak lama para ahli mengadakan pengelompokan kepribadian atau tipologi keperibadian.
Tipologi kepribadian yang tertua adalah yang bersifat jasmaniah, yaitu berdasarkan cairan- cairan badan (biochemical type). Hippocrates (400 SM), yang kemudian diperkuat oleh Galenus (150 SM), mengembangkan suatu teori tipe tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan tempramen (kehidupan emosi) seseorang. Menurut kedua ahli tersebut, ada empat cairan tubuh yang menentukan tempramen seseorang, yaitu empedu hitam, empedu kuning, lender, dan darah. Berdasarkan dominasi atau kekuatan sesuatu cairan pada seseorang, maka ada empat tipe kepribadian, yaitu:
1.  Choleric (choler adalah empedu kuning). Yang dominan pada orang tersebut adalah empedu kuning. Seseorang choleric memiliki tempramen yang cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar dsb.
2.     Melancholic (melas dan choler adalah empedu hitam). Yang dominan pada oaring yang melancholic adalah empedu hitam, dia memiliki tempramen pemurung, penduka, mudah sedih, pesimis dan mudah putus asa.
3. Phlegmatic (phlegm adalah lender). Seorang yang phlegmaticyang didominasi oleh lender dalam tubuhnya, memiliki tempramen yang serba lamban, pasif, malas, dan apatis.
4.   Sanguinic (sanguine adalah darah). Yang dominan pada orang ini adalah darah, ia memiliki sifat- sifat periang, aktif, dinamis, cekatan.
Tipologi itu didasarkan atas teori yang lahir dari pemikiran filosofis, dan bukan penelitian empiris. Meskipun bersifat kimiawi, tetapi cairan- cairan tersebut sukar untuk dibuktikan secara kimiawi, apalagi pengaruhnya terhadap perilaku seseorang, namun adanya orang bertempramen demikian tentu mudah kita dapatkan dalam kehidupan yang nyata ini.
Tipologi lain yang juga maasih bersifat jasmaniah adaalah dari Kretchmer. Berdasarkan hasil penelitian empiris dengan sejumlah pasien yang mengalami gangguan psikis, Kretchmer pada tahun 1925 menyimpulkan adanya empat tipe kepribadian individu yang digolongkan berdasarkan bentuk tubuh.
1.    Asthenicus atau Laptosome, yaitu orang- orang yang berperawakan tinggi kurus. Orang yang berperawakan tinggi kurus, dada sempit, lengan kecil panjang, otot- otot kecil, dagu sempit, perut kempis, muka cekung, kekurangan darah, memiliki sifat kritis, memiliki kemampuan berpikir abstrak, suka melamun, sensitif.
2.    Pycknicus, seseorang yang berperawakan tinggi gemuk, tubuh bulat, muka bulat, lengan lembut bulat, dada kembung, perut gendut. Mereka memiliki sifat- sifat periang, suka humor, popular, hubungan sosial luas, banyak kawan, suka makan.
3.   Athleticus, seorang yang bertubuh tinggi besar, berbadan kukuh, otot- otot besar, dada bidang, dagu tebal. Seseorang athleticus senang pada pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, mereka adaalah pemberani, agresif, mudah menyesuaikan diri, berpendirian teguh.
Menurut Kretchmer, ketiga tipe tersebut adalah tipe yang ekstrim. Di samping itu ada orang yang perkembangannya berada diantaranya. Kretchmer mengistilahkan sebagai tipe campuran atau dysplastic type. Telah disebutkan di muka bahwa studi Kretchmer dilakukan kepada para pasien yang mengalami gangguan psikis. Banyak ahli yang berpendapat bahwa tipologii tersebut hanya berlaku bagi mereka yang mengalami gangguan psikis, tetapi menurut Kretchmer tipologinya berlaku juga bagi orang yang sehat. Gangguan psikis yang diderita seorang asthenicus adalah schizophrenia, sedangkan pycknicus adalah manic depressive. Seorang asthenicusnormal memiliki kepribadian schizothyme. Sedang pycknicus berpendirian cylothyme.
Hampir sejalan dengan tipologi Kretchmer adalah tipologi dari Sheldon (1940). Berdasarkan penelitian empiris terhadap unsur-unsur jaringan tubuh daalam embrio, Sheldon menyimpulkan adaanya tiga tipe khas manusia berdasarkan bentuk tubuh, yaitu:
1.   Endomorphic, berbadan pendek gemuk dengan cirri- cirri kepribadian yang disebutnya sebagai Viscetotonia, yaitu: senang makan, hidup mudah, tak banyak yang dipikirkan, rasa kasih sayang, senang bergaul, toleran, rileks.
2.   Mesomorphic¸ berbadan tinggi besar dengan cirri kepribadian Somatonia, yaitu senang akan kekuatan jasmaniah, aktif, agresif, energik.
3.  Ectomorphic, berbadan tinggi kurus dengan cirri kepribadian Cerebtonia, yaitu suka berpikir, melamun, senang menyendiri, pesimis, mudah terharu.
Tipologi Sheldon mendekati mirip dengan tipologi dari Kretchmer, kelebihannya Sheldon menambahkan cirri kepribadian utama dari masing- masing tipe, dengan sifat- sifat yang juga tidak banyak berbeda dengan Kretchmer. Sesungguhnya setiap orang memiliki ketiga cirri kepribadian yang dikemukakan oleh Sheldon, hanya padaa orang tertentu suatu cirri lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.
Tipologi lain diberikan oleh Carl Gustav Jung, seorang psikiatris dari Swiss. Kalau ketiga tipologi yang telah diuraikan di muka merupakan tipologi berdasarkan cirri- cirri jasmaniah, maka tipologi Jung berdasarkan cirri- cirri psikis.
Berdasarkan kecenderungan hubungan sosialnya, maka Jung membedakan dua tipe manusia, yaitu tipe Ekstrovert dan Introvert. Seseorang yang bertipe Ekstrovert, mempunyai ciri- ciri keputusan dan reaksi- reaksinya ditentukan oleh hubungan objektif, bukan oleh hubungan subjektif. Perhatiannya lebih banyak tertuju ke luar, yaitu kepadaa lingkungan, lebih mendahulukan kepentingan lingkungannya daripada kepentingan dirinya, pribadinya terbuka, bersikap objektif dan nyata. Seorang  Introvert perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, lebih banyak dikuasai oleh nilai- nilai subjektif. Apa yang dilakukannya banyak didasari oleh cita- cita dan pemikirannya sendiri yang bersifat absolute dan disesuaikan dengan nilai- nilai dirinya.
Selanjutnya Jung juga menambahkan bahwa ada empat fungsi dasar pada individu, yaitu fungsi: berpikir, perasaan, penginderaan dan intuisi. Kalau dikombinasikan dengan kedua tipe di atas, maka ada Ekstrovert pemikir, perasa, pengindra, dan intuisi; juga Introvert pemikir, perasa, pengindra, dan intuisi. Orang yang benar-benar Ekstrovert atau Introvert jumlahnya tidak banyak, kebanyakan bersifat diantaranya yaitu Ambivert.
Tipologi lain dikembangkan oleh Spranger, seorang filsuf Jerman. Spranger mengelompokkan individu atas dasar kecenderungan akan nilai- nilai dalam kehidupan. Menurut Spranger ada enam tipe kepribadian atas dasar kecenderungan akan nilai.
1. Theoritic atau manusia teoretis, mereka yang mendasarkan tindakan- tindakannya atas dasar nilai-nilai teoretis atau ilmu pengetahuan. Tipe ini memiliki dorongan yang besar untuk meneliti, mencari kebenaran, brasa ingin tahu, pandangan yang objektif tentang dirinya dan dunia luar.
2.    Economic, mendasarkan aktivitasnya atas dasar nilai- nilai ekonomi, yaitu prinsip untung rugi. Perilakunya selalu diwarnaioleh dorongan- dorongan ekonomi, melihat sesuatu benda bagi kehidupan, segala sesuatu dilihat dari manfaat atau kegunaannya terutama untuk dirinya.
3.  Aesthetic, yaitu mereka yang menjadikan nilai- nilai keindahan (estetika) sebagai dasar dari pola hidupnya. Sifat-sifat individu dari tipe ini adalah senang akan keindahan, bentuk- bentuk simetris, harmonis, segala sesuatu dipandang dari sudut keindahan.
4.  Sociatic, mereka yang lebih mengutamakan nilai- nilai sosial atau hubungan dengan orang lain sebagai pola hidupnya. Beberapa sifat dari tipe ini, menyayangi orang lain, simpatik, baik, meninjau persoalan dari hubungan antar sesama manusia.
5. Politic, yaitu mereka yang menjadikan nilai-nilai politic sebagai pola hidupnya. Ia memiliki dorongan untuk menguasai orang lain, menjadi manusia terpenting dalam kelompoknya.
6.  Religious, mengutamakan nilai- nilai spiritual hubungan dengan Tuhan. Perilakunya didasari oleh nilai-nilai keagamaan, keimanan yang teguh, penyerahan diri kepada Tuhan.
              Erich Fromm membagi manusia atas dua tipe berdasarkan orientasi dirinya, yaitu yang Berorientas Produktif (Productive Orientation) dan yang Berorientasi Tidak Produktif (Unproductive Orientation). Individu yang memiliki Orientasi Produktif, adalah yang memiliki pandangan realistis, mampu melihat segala sesuatu secara objektif dengan kelebihan dan kekurangannya. Ia beranggapan bahwa dirinya mempunyai kekuatan, kemampuan, tetapi juga kekurangan- kekurangan, demikian juga halo rang lain ada kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi dalam hidupnya diperlukan suatu kerjasama. Setiap individu wajib mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya, serta wajib berusaha untuk mencapai apa yang dicita-citakannya.
              Individu yang memiliki Orientasi Tidak Produktif, ada beberapa bentuknya:
1. Receptive atau penerima, tipe ini mempunyai asumsi bahwa sumber kekuatan ada di luar dirinya, dia tidak bisa apa- apa, yang bisa dia lakukan adalah menerima apa yang dibuat dan dihasilkan oleh orang lain.
2.  Exploitative atau pemeras. Tipe ini hampir sama dengan tipe pertama, ahwa sumber kekuatan ada di luar dirinya, tetapi cara menguasainya bukan dengan cara menerima tetapi harus merebutnya. Semboyan orang dari tipe ini adalah “mangga curian lebih enak dari yang ditanam sendiri”.
3.  Hoarding atau tertutup. Individu yang bertipe ini punya anggapan bahwa sumber kekuatan ada pada dirinya. Karena dia merasa kuat dan mampu sendiri, maka ia tidak membutuhkan saran, pendapat ataupun kerjasama dengan orang lain, dirinya tertutup untuk dunia luar.
4.   Marketing Personality atau pribadi pasar. Tipe ini bertolak dari anggapan yang sama dengan tipe tiga, bahwa sumber kekuatan ada dalam dirinya, tetapi caranya adalah menjual atau memasarkan apa yang dimilikinya. Pribadi pasaran ini, seperti halnya pedagang ia berusaha menjual apa yang laku di pasaran dengan harga tinggi. Jadi pribadinya berubah-ubah sesuai dengan pasaran atau situasi kondisi yang memintanya.
     Apa yang dikemukakan oleh Erick Fromm bukan sekedar tipe- tipe kepribadian, tetapi juga pemisahan mana pribadi yang sehat dan mana yang tidak sehat. Orientasi diri yang produktif menunjukkan pribadi yang sehat, sedangkan orientasi yang tidak produktif menunjukkan pribadi yang tidak sehat.

C.Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian pada Manusia
     Perkembangan pribadi manusia meliputi beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan sosial, dan perkembangan didaktis/pedagogis. Tahap-tahap perkembangan untuk tiap-tiap aspek tersebut tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap perkembangan pada tiap-tiap aspek secara umum.
1)        Tahap-Tahap Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis. Dengan adanya berbagai penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan biologis manusia, akhirnya orang pun dapat menemukan pengetahuan tentang tahap-tahap perkembangan fisiologis manusia secara agak mendetail.
Menurut Sigmund Freud seorang psikoanalis dengan pandangannya menekankan, bahwa kehidupan pribadi manusia pada dasarnya adalah “libido seksualis” mengemukakan pendapat bahwa pribadi manusia mengalami perkembangan dengan dinamika yang tidak stabil sejak manusia dilahirkan sampai usia 20 tahun. Perkembangan dari lahir sampai usia 20 tahun ini menurut Freud menentukan bagi perbentukan pribadi seseorang.
Freud mengemukakan adanya enam tahapan perkembangan fisiologis manusia yang meliputi:
a.   Tahap Oral; (umur 0 sampai sekitar 1 tahun). Dalam tahap ini mulut bayi merupakan daerah utama daripada aktivitas yang dinamis pada manusia.
b.   Tahap Anal; (antara umur 1 sampai 3 tahun). Dalam tahap ini dorongan dan aktivitas gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran.
c.    Tahap Falish; (antara umur 3 sampai sekitar 5 tahun). Dalam tahap ini, alat-alat kelamin merupakan daerah perhatian yang penting, dan pendorong aktivitas.
d.   Tahap Latent; (antara umur 5 sampai 12 dan 13 tahun). Dalam tahap ini, dorongan-dorongan aktivitas dan pertumbuhan cenderung bertahan dan sepertinya istirahat dalam arti tidak meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
e.   Tahap Pubertas; (antara umur 12/13 sampai 20 tahun). Dalam tahap ini, dorongan-dorongan aktif kembali, kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi mempercepat pertumbuhan ke arah kematangan.
f.    Tahap Genital; (setelah umur 20 tahun dan seterusnya). Dalam tahap ini, pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku seseorang.
Pentahapan seperti yang dikemukakan oleh Freud di atas kurang begitu menjelaskan secara menyeluruh mengenai pertumbuhan dan perkembangan fisiologis, hal ini barangkali disebabkan karena titik tinjau Freud tentang perkembangan pribadi lebih terjurus pada sudut pandang seksualitas. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap perkembangan fisiologis yang cukup terperinci sesuai dengan hasil penelitian Gesell dan Amatruda yang dilaporkan dalam buku: “Developmental Diagnosis” New York Hoeber Medical Division, Harper & Row, Publisher. Inc.
Gesell dan Amatruda mengemukakan tahap-tahap sikunsial daripada perkembangan fisiologis manusia dari awal prenatal (konsepsi) sampai umur 5 tahun sebagai berikut:
a.   Tahap Konsepsi; (dalam seminggu sesudah pembuahan). Dalam tahap ini sperma memasuki ovum dan dalam proses pertumbuhannya terjadi pula pengorganisasian sel-sel “germinal”.
b.  Tahap Embrionik; (1minggu sesudah konsepsi sampai umur 8 minggu). Dalam tahap ini setelah ovum dimasuki oleh saraf dari ibu, terjadilah pertumbuhan sistem saraf. Dalam proses pertumbuhan sistem saraf ini terjadi pula pembentukan fungsi preneural.
c.  Tahap Fetal; (umur 2 bulan sampai dengan 2,5 bulan). Dalam tahap ini terjadi pembentukan fungsi informasi dan komunikasi dengan sensitivitas oral.
d.   Tahap Perluasan Fetal; (umur 2,5 bulan sampai dengan 3,5 bulan). Dalam tahap ini terjadi perluasan pembentukan fungsi fital dengan berkembangnya sistem saraf dan jaringan otak di kepala.
e.   Tahap Perkembangan Reflek-Reflek; (umur 3,5 bulan sampai dengan 4 bulan kandungan). Dalam tahap ini fungsi reflek mulai berkembang.
f.   Tahap Perkembangan Alat Pernafasan; (umur 4 bulan sampai dengan 4,5 bulan). Dalam tahap ini terjadi perkembangan fungsi pernafasan pada bayi prenatal.
g. Tahap Perkembangan Fungsi Tangan; (umur 4,5 bulan sampai dengan 5 bulan). Dalam tahap ini, tangan dan jari-jarinya mulai dapat bergerak-gerak.
h.   Tahap Perkembangan Fungsi Leher; (umur 5 bulan sampai 6 bulan). Dalam tahap ini terjadi percepatan gerakan dan reflek pada leher.
i.   Tahap Perkembangan Fungsi Otonomik; (umur 6 bulan sampai lahir). Dengan semakin lengkapnya pertumbuhan materil tubuh bayi, maka dalam tahap ini berkembanglah fungsi sistem otonomik dengan pengendalian psikokimiawi.
FASE KELAHIRAN
j.     Tahap Kelahiran; (umur 9 bulan sampai dengan 10 bulan). Dalam tahap ini terjadi perkembangan pesat pada fungsi-fungsi vegetatif.
k.   Tahap Perkembangan Fungsi Penglihatan; (umur 1 bulan dan berlangsung sampai umur 4 bulan). Bayi dapat melihat benda-benda di alam sekitarnya.
l.   Tahap Keseimbangan Kepala; (umur 4 bulan sampai dengan 7 bulan). Dalam tahap ini gerakan-gerakan kepala semakin seimbang.
m. Tahap Perkembangan Fungsi Tangan; (umur 7 bulan sampai dengan 10 bulan). Dalam tahap ini gerakan-gerakan tangan anak semakin terarah dan semakin kuat, sehingga anak cakap memegang dan menangkap sesuatu dengan tangannya.
n.  Tahap Perkembangan Fungsi Otot dan Anggota Badan; (umur 10 bulan sampai dengan 1 tahun). Dalam tahap ini anak mengalami perkembangan berangsur-angsur dalam hal duduk, merayap, merangkak dan merambat.
o.  Tahap Perkembangan Fungsi Kaki; (umur 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat berdiri dan belajar berjalan.
p.  Tahap Perkembangan Fungsi Verbal; (umur 1,5 tahun sampai 2 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat menirukan dan mengucapkan kata-kata, dan kemudian memunculkan pertanyaan-pertanyaan singkat.
q.    Tahap Perkembangan Toilet; (umur 2  tahun sampai 3 tahun). Dalam tahap ini anak sudah mulai dapat belajar kencing dan buang air besar tanpa bantuan orang lain.
r.    Tahap Perkembangan Fungsi Bicara; (umur 3 tahun sampai 4 tahun). Dalam tahap ini anak mulai berbicara secara jelas dan berarti. Kalimat-kalimat yang diucapkan anak semakin baik.
s.    Tahap Belajar Matematik; (umur 4 tahun sampai 5 tahun).dalam tahap ini anak mulai dapat belajar matematik sederhana misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda.
t.    Tahap Sosialitas; (umur 5 sampai menjelang umur 7 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Dalam umur ini anak siap mengikuti pendidikan kanak-kanak.
           Perkembangan pribadi yang dikemukakan Gesell dan Amatruda di atas terbatas selama masa sejak konsepsi sampai anak berumur 5 tahun. Untuk tahap-tahap perkembangan berikutnya, dapatlah dikemukakan sebagai berikut:
u.   Tahap Inteletual; (umur 7 tahun sampai 12 tahun). Dalam tahap ini fungsi-fungsi ingatan imajinasi dan pikiran pada anak mulai berkembang. Anak mulai mampu mengenal sesuatu secara objektif. Anak juga mulai mampu berpikir kritis.
v.  Tahap Pubertas; (umur 12 sampai 17 tahun). Dalam tahap ini, pertumbuhan dan perkembangan fungsi kelenjar indoktrin terjadi secara pesat. Perkembangan fungsi kelenjar-kelenjar indoktrin terutama kelenjar sel-sel germinal sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku manusia.
w.  Tahap Pematangan Fisiologis; (17 tahun sampai 20 tahun). Dalam tahap ini, pertumbuhan fisik anak menuju kea rah kematangan fisiologisnya. Semua fungsi jasmaniahnya berkembang menjadi seimbang. Keseimbangan fungsi fsiologis memungkinkan pribadi manusia berkembang secara positif sehingga manusia semakin mampu bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sosial, moral serta intelektual.
2)        Tahap-Tahap Perkembangan Psikologis
              Perkembangan psikologis pribadi manusia di muali sejak masa bayi hingga masa dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisiologis, maka perkembangan psikologis melalui pentahapan tertentu yang berbeda dengan pentahapan perkembangan fisiologis. Mengenai perkembangan psikologis manusia ini sudah banyak dibahas oleh para ahli. Diantara mereka telah ada usaha untuk menemukan tahap-tahap perkembangan jiwa, seperti menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia berlangsung dalam lima tahapan sebagai berikut:
a) Tahap Perkembangan Masa Bayi; (sejak lahir sampai umur 2 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan pribadi lebih didominasi oleh perasaan. Perasaan-perasaan senang ataupun tidak senang menguasai diri anak bayi, sehingga setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku bayi sangat dipengaruhi oleh perasaannya. Perasaan itu sendiri tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya.
b) Tahap Perkembangan Masa Kanak-Kanak; (2 tahun sampai 12 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak di mulai dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini didominasi oleh pengamatannya.
c)   Tahap Perkembangan pada masa Preadolesen; (12 tahun sampai 15 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Dengan adanya pertumbuhan sistem saraf serta fungsi pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi sesuatu idea tau pengetahuan dari orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energi fisik kuat, sedangkan kemauan kurang keras. Dengan pikirannya yang berkembang, anak mulai belajar menemukan tujuan-tujuan serta keinginan-keinginan yang dianggap sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan.
d)  Perkembangan pada Masa Adolense; (15 tahun sampai 20 tahun). Dalam tahap perkembangan ini, kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat orang mulai tertarik kepada orang lain yang berlainan jenis kelamin. Di samping itu, orang mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernila moral. Ia juga mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan pribadinya. Berhbung dengan berkembangnya keinginan dan emosi yang dominan dalam pribadi orang dalam masa ini, maka orang dalam masa ini sering mengalami kegoncangan serta ketegangan dalam jiwanya.
e) Masa Pematangan Diri; (setelah umur 20 tahun). Dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, dan pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisasikan oleh individu dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya. Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih keinginan-keinginan yang akan direalisasikan dalam tindakan-tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga orang dalam masa perkembangan ini mulai mampu melakukan “self direction” dan “self controle”. Dengan kemampuan “self direction” dan “self controle” itu, maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.  
3)   Tahap-Tahap Perkembangan Secara Pedagogis
   Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat dikemukakan di sini menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan.
      Mengenai pentahapan perkembangan pribadi manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dapat dikemukakan berdasarkan pendapat John Amos Comenius (1952), mengenai perkembangan pribadi manusia terdiri atas lima tahap, yaitu:
a. Tahap Enam Tahun Pertama; tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
b. Tahap Enam Tahun Kedua;tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektualnya dalam usaha mengenal dan menganalisis lingkungannya.
c.  Tahap Enam Tahun Ketiga; tahap perkembangan fungsi inteletual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
d. Tahap Enam Tahun Keempat; tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, “self-direction” dan “self-controle”.
e. Tahap Kematangan Pribadi; tahap di mana intelektual memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi di mana manusia berkemampuan mengasihi Allah dan sesame manusia.
              Mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan pendidikan, secara otomatis dapat kita ambil pentahapan perkembangan psikologis yang baru saja dikemukakan di atas. Di sini kita tinggal membicarakan tentang perlakuan-perlakuan yang diperlukan dalam pendidikan yang sesuai dengan tingkah- tingkah perkembangan anak didik. Berikut ini dikemukakan secara garis besar tentang perlakuan-perlakuan pendidikan menurut tingkat-tingkat perkembangan psikologis anak didik.
a. Untuk tahap kematangan prenatal;
·   Penjagaan kesehatan lingkungan fisiologis ibu
·    Pemeliharaan makanan (gizi, protein, vitamin)
· Pemeliharaan tingkah laku orang tua terutama ibu yang tengah mengandungnya untuk menghindari sifat-sifat hereditas yang mengganggu perkembangan fungsi fisiologis bayi.
· Pengendalian perangai dan sikap-sikap yang negative pada diri ibu kandung.
b. Untuk anak dalam tahap perkembangan vital;
·      Pemeliharaan makanan dan gizi bagi anak
·    Pembiasaan (dresseur) untuk dapat hidup teratur misalnya dalam hal makan, tidur dan buang air.
c.  Untuk anak dalam tahap perkembangan ingatan;
·      Latihan indra
·      Latihan perhatian
·      Latihan ingatan
d.  Untuk anak dalam tahap perkembangan keakuan;
·      Menghindari perlakuan memanjakan
·      Menghindari perlakuan yang besifat hukuman
·      Membimbing penyesuaian diri pada anak dengan lingkungannya.
e.  Untuk anak dalam tahap perkembangan pengamatan;
·      Menciptakan lingkungan yang sehat dan pedagogis
·      Melatih fungsi pengamatan
·      Memberi teladan-teladan hidup yang positif
·      Memberikan stimuli dan informasi yang objektif
f. Untuk anak dalam tahap perkembangan intelektual;
·      Memberi latihan berpikir
·      Memberi pengalaman langsung
·      Memberikan motivasi instrinsik agar anak mau belajar secara oto-aktif
·      Menggunakan evaluasi sebagai sarana motivasi belajar
·      Memberikan bimbingan secara psikologis, adil dan fleksibel
g. Untuk anak dalam tahap perkembangan pra-remaja;
· Hindarilah sikap menunggu/membiarkan tingkah laku negatif anak pra-remaja
·     Mendekati anak dengan penuh persahabatan
· Memberikan petunjuk dan pengarahan secara simpatik dengan menumbuhkan kepercayaan kepada anak terhadap pendidik.
·      Jangan mengekang, tetapi juga jangan membiarkan
h. Untuk anak dalam perkembangan remaja;
·     Memberikan kepercayaan kepada anak untuk melaksanakan tugas-tugas.
·     Mengevaluasi dan mengarahkan belajar anak secara bijaksana
·    Membimbing penemuan pandangan hidup yang sesuai dengan pribadi dan lingkungannya.
·      Menanamkan semangat patriotic/kecintaan kepada bangsa dan tanah air
·      Memupuk jiwa dan semangat wiraswasta di berbagai bidang
i. Untuk anak didik dalam tahap pematangan pribadi/kedewasaan;
·      Memupuk rasa tanggung jawab dan pengabdian
·      Membimbing pengenalan tentang makna hidup
·      Memberi bekal guna mendapatkan pekerjaan
·      Memberi bekal hidup berkeluarga dan bermasyarakat

D. Pengembangan“Self-Concept”(Konsep Diri)terhadap Perkembangan KepribadianManusia secara Integratif
              Manusia yang diyakini sebagai makhluk yang begitu istimewah, selain karena memiliki kemampuan yang jauh mengungguli kelebihan daripada makhluk lainnya, ia juga memiliki apa yang disebut “aku/diri” atau dalam bahasa Inggiris dikenal dengan istilah “self” atau “ego”. Karena manusia memiliki “aku” ini, ia dapat berdialog dengan orang lain yang juga memiliki “aku”. Dan dalam integrasinya, “aku” ini bisa berperan sebagai subjek dan juga bisa berperan sebagai objek. Dan perlu dipahami bahwa Aku atau self meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita- cita, baik yang disadari maupun tidak disadari oleh individu tentang dirinya. Aku yang disadari oleh individu disebut self ficture atau gambaran aku yang berhubungan dengan penghayatan tentang apa, siapa, dan bagaimana sebenarnya dia itu menurut anggapannya, sedangkan aku yang tidak disadari disebut unconscious aspect of the self atau aku tidak sadar. Di mana ada tiga kemungkinanmengapa kita memiliki anggapan dan perasan-perasaan tentang diri kita sendiri yang tidak disadari.
a) Pertama, mungkin kita memang benar-benar tidak dapat menyadari beberapa bagian daripadanya.
b)  Kedua, beberapa faktor tentang kita mungkin sedemikian rumitnya bagi kita, sehingga sukar/tidak mungkin bagi kita untuk mempercayai/mengetahuinya.
c)   Ketiga, beberap faktor tentang kita tidak layak/tidak sesuai bagi self ficture kita, atau berada di luar dari apa yang kita kehendaki untuk dipercaya, sehingga dengan demikian kita menekankannya ke dalam ketidaksadaran kita (represi).
       James dalam postulasinyamenyebutkan bahwa sebenarnya inti dari suatu kepribadian manusia ialah yang mengarah pada kebersatuan dengan “diri”. Lalu kemudian, diistilahkan oleh Freud bahwa konsep diri merupakan suatu “ego” sementara Sullivian menyebutkannya dalam frase “sistem diri”. Dengan demikian, menurut James, diri seseorang merupakan totalitas jumlah sesuatu yang disebut orang tentang dirinya.
      Allport telah mendeskripsikan konsep diri dalam ungkapan berikut, “Diri merupakan sesuatu yang segera disadari oleh kita. Kita memandang diri sebagai pusat dan daerah khusus dalam kehidupan. Hal itu memainkan peranan penting dalam kesadaran kita (konsep yang lebih luas daripada kesadaran), dalam kepribadian kita (konsep yang luas daripada diri), dan dalam organisme kita (konsep yang lebih luas daripada kepribadian). Jadi, konsep diri ini merupakan bagian penting dalam kehidupan kita.
     Istilah “Self-Concept” ini dideskripsikan pula oleh Jersild, bahwa “diri” merupakan dunia dalam seseorang. Di mana “diri” ini tersusun dari pikiran dan perasaan seseorang, perjuangan dan harapannya, ketakutan dan fantasi, pandangan dia terhadap dirinya, cita-citanya, serta sikap-sikap untuk mempertahankan harga dirinya. Sejalan dengan pemikiran Jersild, dikemukakan oleh Atwater (19877) sebagaimana yang dikutif oleh Desmita dalam buku Psikologi Perkembangan hal. 180, bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambar diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya yang mana sesuai dengan argumentasinya memberikan pengidentifikasian konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, “Body Image”, kesadaran tentang tumbuhnya yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, “Ideal-Self”, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, “Social-Self”, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. Begitu luas pemahaman tentang Self-Concept ini, namun inti sebenarnya dari pemahaman tentang self-concept ini menurut Seifert dan Hoffnung yakni suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri.
     Pentingnya konsep diri dalam pola kepribadian dibuktikan oleh label-label yang selalu diberikan padanya. Konsep diri ini disebut sebagai inti atau pusat kecenderungan diri atau sebagai “kunci kepribadian”.Begitu pentingnya konsep diri ini akan dapat membendung pengaruh yang berlebihan pada perilaku seseorang dan cara penyesuaia diri terhadap situasi kehidupan. Sehingga dinukilkan oleh Lewin bahwa dengan konsep diri ini memberikan “konsistensi” pada kepribadian.
    James sebagai orang yang pertama kali memberikan pandangan bahwa seseorang mempunyai banyak “diri”. “Diri yang real” contohnya adalah hal-hal yang dipercayai oleh orang secara real mengenai dirinya. Adapun “diri ideal” adalah hal-hal yang ia cita-citakan, sedangkan “diri sosial” adalah kepercayaan seseorang terhadap orang lain bahwa orang lain memikirkannya dan cara mereka menerima dirinya.
   Disebutkan pula oleh Berk, 1994 dalam buku Educational Psychology;Windows on Classroom karya Paul Eggen & Don Kauchak hal. 85, bahwa dengan pengenalan terhadap “diri”, proses untuk mendefinisikan “diri atau keberakuan” ini telah dimulai. Dalam penafsirannya terkait hal ini, di mana anak-anak telah mulai membedakan sesuatu yang ditinjau berdasarkan perspektif antara “The Ideal-Self” (diri ideal) dengan “The Real-Self” (diri yang sejati). Lebih lanjut Berk, menyebutkan bahwa diri ideal tiada lain merupakan apa-apa saja yang diinginkan manusia terkait akan dirinya, misalnya mereka ingin menjadi sosok yang kuat, berani, cerdas, dan menjadi pribadi diri yang menarik dsb. Sedangkan, diri yang sejati merupakan persepsi orang tentang siapa sebenarnya “ia”. Sebab pengembangan penghargaan terhadap diri orang-orang merupakan bentuk evaluasi terhadap diri mereka yang berawal dari proses perbandingan antara perspektif diri ideal dengan diri yang nyata (Berk, 1994).
      Adapun beberapa tinjauan analisis yang berhubungan dengan persoalan “Self-Concept” yang penting untuk diketahui berdasarkan kajian dalam buku Educational Psychology; Windows on Classroom karya Paul Eggen & Don Kauchak hal. 85, antara lain:
a)  Sources of Self-Concept (Sumber Lahirnya Konsep Diri)
        Sebagai anak yang mengalami perkembangan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konsep diri mereka. Anak (usia 3-5 tahun) posisi tersulitnya menekankan pada interaksinya dengan lingkungannya (Berk, 1994). Hal ini berdasarkan sudut pandang pengamatan Piaget bahwa skema perkembangan anak tergantung pada pengalaman langsung dan pola interaksinya dengan lingkungannya.
     Sementara anak yang mengarah pada masa pendewasaan, interaksi dengan orang lain menjadi semakin penting. Sehingga dikatakan bahwa konsep diri sudah mulai terbentuk dengan baik sejak memasuki jenjang awal pendidikan, di mana anak datang ke sekolah mengharapkan dirinya dapat menjadi pribadi yang bisa berhasil dan mampu melakukan pekerjaannya dengan baik (Stipek, 1993. Tentu kemajuan anak melalui pendidikan sekolah dan interaksinya dengan teman sebayanya menjadi sesuatu yang amat penting (Berk, 1994).
b)  Self-Concept and Achievement(Konsep Diri dan Pencapaian Prestasi)
    Antara konsep diri dengan pencapaian prestasi umumnya memiliki hubungan yang positif namun kedudukannya dianggap begitu lemah (Walberg, 1984). Dalam upaya untuk mengetahui mengapa, para peneliti mendalilkan bahwa kaitannya dengan konsep diri setidaknya memiliki tiga sub komponen seperti akademik, sosial, dan fisik (Marsh, 1989). Akan tetapi, kaitannya konsep diri dan juga fisik hampir tidak menunjukkan keterhubungan dengan prestasi akademik (Byrne, 1984; Marsh & Shavelson, 1985). Ini dikarenakan bahwa pencapaian prestasi akademik tergantung usaha yang dilakukan meskipun keterdukungan fisik sangat menunjang didalamnya.
c)  Academic Self-Concept(Konsep Diri Kaitannya dengan Persoalan Akademisi)
     Komponen yang paling penting dari konsep diri yakni yang berhubungan dengan akademisi. Sebab antara konsep diri dan kinerja sekolah saling menjaling interaksi di mana anak-anak masuk sekolah mengharapkan agar mereka dapat dididik sehingga kelak mereka dapat melakukan pekerjaannya dengan baik (Stipek, 1993). Sehingga dikatakan bahwa ketika pengalaman belajarnya terjalin secara positif, maka konsep dirinya mengalami peningkatan. Sementara, ketika pengalaman belajarnya terjalin secara negatif, maka konsep dirinya akan mengalami penderitaan, tentu hal ini saling berkorelasi yang mengandung unsure kausalitas atau mengandung unsur sebab akibat.
              ARTIKEL :KONSEP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA MANUSIA

0 Response to "KONSEP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA MANUSIA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close