ETIKA DAN PROFESI PENDIDIKAN

ETIKA DAN PROFESI PENDIDIKAN

A. PARADIGMA
Paradigma mengandung dua makna. Pertama, paradigma berarti pertanyaan yang selalu berulang, atau pertanyaan yang selalu dipertanyakan atau pertanyaan yang tidak pernha terjawab. Kedua, paradigm berarti sebuah model analisi, suatu alat penilaian, seperti paradigma kategori guru menurut Glickman (Suhartian 1990; 41). Glickman 1981 mengemukakan sebuah paradigm untuk menganalisis guru-guru. Ia berangkat dari asumsi bahwa setiap guru punya tingkat berpikir abstrak dan tingkat komitmen. Kedua kemampuan dasar ini harus dibina dan dikembangkan. Kedua kemampuan dasar ini dipakai sebagai dasar untuk menyusun model analisis gategori guru. Atas dasar analisis itu disusunlah model pembinaan profesi guru.
 

1. Tingkat Berfikir AbstrakSetiap guru punya kompetensi, yaitu tingkat berfikir abstrak, kreatif dan imaginatif. Dengan daya berfikir yang kreatife, imaginative dan demokratis guru mampu menciptakan berbagai variasi cara mengajar yang menyenangkan. Guru-guru yang memiliki tingkat berfikir yang abstrak tinggi lebih efektif dalam menganalisi kesulitan-kesulitan mengajar di kelas. Seorang guru yang tidak memiliki kemampuan berfikir abstrak yang tinggi hanya mampu menemukan satu alternative pemecahan masalah saja. Guru-guru dengan kemampuan berfikir yang rendah kurang memiliki kepastian bila mereka menghadapi masalah dalam kelas. Sedangkan guru yang tingkat berfikir abstraknya tinggi mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi. Mereka mampu melihat dengan jelas faktor menunjang maupun faktor penghalang. Berfikir abstrak, kreatife, imaginative dan demogratis dalah kemapuan untuk memindahkan konsep, visualisasi, mengidentifikasi dan mengumpulkan data.
 

2. Tingkat KomitmenTingkat komitmen adalah kecendrungan dalam diri seseorang untuk merasa terlibat aktif dengan penuh tanggung jawab. Guru-guru yang masih muda, berusia 25-30 tahun mempunyai cita-cita aspirasi dan semangat serta rencana hidup yang lebih bergairah dari mereka yang sudah di atas setengah abad. Guru-guru muda sangat berambisi dalam meniti karier. Jadi ada korelasi antara tinkat komitmen dengan pertumbuhan karier seseorang. Guru muda selalu berambisi meniti kariernya lebih maju sedang guru yang sudah lanjut usia semangatnya mulai berkurang. Komitmen mendorong seseorang untuk memberi pertanggungjawaban dan kesediaan untuk diminta tanggung jawab dari kegiatan yang berhungan dengan tugasnya. Seorang guru yang punya komitmen tinggi akan memiliki kepedulian akan tugas, terhadap kebutuhan siswa, teman terhadap teman sejawat dan atasan langsung. Komitmen dan kepedulian  dapat timbul bila ada cinta terhadap tugas dan panggilan guru. Walaupun pada saat masuk pendidikan guru belum merasa terpanggil tetapi keterpanggilan itu dapat dibina dan dipupuk melalui proses pembentukan profesi.
 

Mengenai kepribadian dan inti kehidupan guru ini Loevenger (1976), mengungkapkan bahwa dalam diri manusia ada kecenderungan yang bersifat egosentrik. Sifat egosentrik itu dapat di kembangkan kearah lebih manusiawi bila dibina untuk lebih memperhatikan orang lain. Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, maka dapat di susun suatu karangka sebagai acuan berfikir untuk melihat perkembangan karir dan perspektifmanusia yang dapat di jadikan acuan dalam mengubah sikap para guru pendidik itu. Dalam rangka membina orang agar orang itu menemukan jati dirinya. Sekurang-kurangnya setiap guru malahan setiap orang mampu berkaca dan melihat dirinya. Konsep diri manusia yang harus diamati oleh setiap guru pendidik, yakni konsep diri, ide diri, realita diri. Setiap Pembina guru perlu secara rohani mengidentifikasikan diri sehingga ia dapat memahami konsep diri orang yang di bina. Prosesnya melalui indetifikasi diri dan mengungkapkan aktualisasi diri. Diharapkan pada setiap guru setiap saat dapat meningkatkan komitmen dan kepeduliaan terhadap setiap perubahan tugas profesinya. Menurut Fuller, guru yang baru bekerja lebih banyak mempedulikan kelangsungan hidup profesinya. Guru yang punys komitmen terhadap tugas akan menyediakan waktu dan tenaga untuk membaca buku-buku baru atau pengembangan penelitian yang sederhana baik dikelas pada waktu mengajar maupun dalam tugas lainnya. Perilaku guru yang mempunyai komitmen dapat di gambarkan sebagai berikut :
Tingkat komitmen yang rendah
kurang peduli masalah siswa
kurang menyediakan waktu dan tenaga untuk memikirkan masalah yang berhubungan dengan tugasnya
hanya mempedulikan tugas-tugas rutin
kurang memperhatikan tugas pokok
Tingkat komitmen yang tinggi
Punya kepedulian untuk siswa dan rekan
Selalu menyediakan waktu dan tenaga yang cukup untuk membantu siswa
Dapat mempedulikan teman dan atasan langsung
Selalu mempedulikan tugas pokok
 

B. KATEGORI DAN PROTOTIPE GURUBerdasarkan dengan uraian di atas atau terdahulu, maka Glickman mengembangkan suatu model analisis untuk memilah-milah prototype guru. Berangkat dari 2 kemampuan dasar guru, yaitu tingkat berfikir abstrak dan tingkat komitmen. Ada satu cara untuk melatih, cara mengabstarksi, kualifikasi, dan analisis serta menarik kesimpulan dari apa yang sudah di uraikan mengenai daya berfikir dan tingkat komitmen bila di kaitkan dengan paradigm kategori guru, maka dapat disimpulkan bahwa dengan paradigma kategori guru di temukan 4 prototipe guru yaitu :
Guru yang professional
Guru yang suka kritik
Guru yang selalu sibuk
Guru yang acuh tak acuh
 

Secara deskriptif cirri-ciri ke 4 prototipe guru seperti yang telah di jelaskan di atas sebagai berikut :
 

1. Guru yang professionalTipe guru yang semacam ini memiliki tingkat abstrak yang tinggi maupun tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Ia benar-benar professional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus. Orang yang professional selalu mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirinya terus menerus. Ia di hargai teman-temannya dan di hormati, di anggap sebagai pemimpin yang selalu mau membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Ia tidak hanya mampu mencetuskan ide-ide, aktifitas maupun sarana penunjang, tetapi juga terlibat secara aktif dalam melaksanakan suatu rencana.

2. Guru yang suka kritikPrototipe semacam ini memiliki tingkattanggung jawab dan komitmen rendah tetapi tingkat berfikir abstrak tinggi. Ia pandai, mempunyai kemampuan berbicara yang tinggi, selalu mencetuskan ide-ide besar tentang apa yang dapat di kerjakan di kelas dan secara keseluruhan di sekolah. Ia biasa mengajukan idea tau rencana besar secara gamlang dan tidak memikirkan langkah-langkah pelaksanaannya demi tercapainya program itu, tapi jika di beri tugas tidak mau menerima.
 

3. Guru yang terlalu sibukGuru seperti ini memiliki tingkat tanggung jawab dan komitmen yang tinggi tetapi tingkat abstraknya rendah. Ia sangat energik, antusias dan penuh kemauan. Ia berkeinginan menjadi guru yang lebih baik dan membuat situasi kelas lebih menarik sesuai dengan keadaan murid. Ia bekerja sangat keras dan biasanya kalau pulang dari sekolah membawa tugas-tugas sekolah untuk di kerjakan di rumah.
 

4. Guru yang acuh tak acuhGuru semacam ini yang mempunyai tingkat abstraksi dan tingkat komitmen serta tanggung jawab rendah. Ia termasuk guru yang kurang bermutu. Ia hanya melakukan tugas rutin tanpa tanggung jawab dan perhatiannya sekedar untuk tugas. ia memiliki sedikit sekali inovasi untuk meningkatkan kompetensinya. Ia tidak tertarik untuk memikirkan perubahan yang perlu di buat dan sudah puas dengan tugas rutin yang di lakukan dari hari ke hari.
 

Kategori dan Prototipe Guru dalam Pandangan Islam meliputi :
 

1. Guru WajibYaitu guru yang keberadaanya sangat dibutuhkan oleh peseta didik dan sekolah. Guru yang seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Jika guru ini tidak ada, murid dan sekolah akan kehilangan.
Cara mengajar profesional.
Hidupnya dapat menjadi teladan.
Sosok yang menjadi panutan.
Selalu memelihara energi positif.
 

2. Guru SunnahYaitu guru yang keberadaannya dubutuhkan oleh peserta didik dan sekolah, namun  tidak satu-satunya. Guru yang seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Jika guru ini tidak ada, murid dan sekolah akan kehilangan
Cara mengajarnya profesional.
Cara hidupnya dapat menjadi teladan.
Tapi tidak sulit mencari gantinya karena ada beberapa guru lain yang seperti dirinya.
Sosok yang menjadi panutan.
Selalu memelihara energi positif.
 

3. Guru MakruhYaitu guru yang keberadaannya dianggap tidak penting oleh peserta didik dan sekolah, bahkan bisa disebut menjadi beban, baik karena performance-nya maupun sifat-sifatnya. Guru yang seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Jika guru ini tidak ada, murid dan sekolah justru senang, karena tidak membuat repot murid dan sekolah.
Cara mengajarnya dibawah standar.
Cara hidupnya tidak dapat menjadi teladan.
Tidak sulit mencari gantinya, karena banyak guru lain yang kualitasnya di atas guru tipe ini.
Sosok yang tidak menjadi panutan.
Seringkali menunjukkan energi negatif.
Guru tipikal ini selayaknya tidak ada di sekolah, karena bisa diganti guru lain yang kualitasnya lebih baik.
 

4. Guru MubahYaitu guru yang keberadaannya biasa-biasa saja. Ada dan tiadanya tidak diperhitungkan oleh guru dan murid. Semuanya standar tidak menonjol tapi juga tidak menjadi beban. Guru yang seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Guru yang tidak istimewa.
Cara mengajarnya sangat pas-pasan.
Cara hidupnya juga biasa-biasa, tidak menjadi teladan.
Tidak sulit mencari gantinya, karena banyak guru lain yang kualitasnya di atas guru tipe ini.
Hidup dalam energi negatif.
 

5. Guru HaramYaitu guru yang keberadaannya sangat tidak dibutuhkan oleh murid dan sekolah. Guru yang seperti ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Guru semacam ini tidak mengajar dan tidak berada di Sekolah.
Cara mengajarnya tidak profesional.
Cara hidupnya tidak  bisa menjadi teladan.
Sosok yang tidak layak menjadi panutan.
Selalu memelihara dan menunjukkan energi negatif.
 

Dari kelima kategori dan prototype guru diatas, dapat disimpulkan bahwa guru wajiblah yang dianggap baik dalam pandangan islam. Disamping sikap prfesionalitasnya, guru wajib juga dapat dijadikan panutan atas semua perilakunya, dengan kata lain, guru wajib dapat dijadikan uswatun khasanah bagi peserta didik maupun sesama guru lainnya.

C. PROFIL GURU DALAM BERBAGAI ASPEKLembaga pendidikan tenaga kependidikan dalam mengemukakan gagasannya terhadap pendidikan guru menyebutkan profil kompetensi dan spektrum kompetensi yang di amksud dengan profil kompetensi ialah penampilan guru dapat melakukan tugasnya yang memenuhi syarat sesuai dengan criteria kemampuan yang di persyaratkan. Profil ini selalu mengacu pada aspek kompetensi yang di miliki seorang guru yang professional. Yang dimaksud dengan spectrum kompetyensi adalah variasi kuantitatif dan kualitatif perangkat kompetensi yang dimiliki oleh korps tenaga kependidikan yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas kependidikan. Didalam pola pemahaman system tenaga kependidikan di Indonesia telah di kemukakan 3 dimensi umum kompetensi yang secara tunjang menunjang membentuk profil kompetensi professional tenaga kependidikan. Ada 3 defenisi yang dikemukakan mengenai kompetensi guru yakni :
1. Kompetensi guru ialah kemampuan guru untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah di rancangkan
2. Kompetensi guru adalah cirri hakiki dari kepribadian guru yang menuntunnya kea rah pencapaian tujuan pendidikan yang telah di temukan.
3. Kompetensi adalah perilaku guru yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
 

Kompetensi guru di kembangkan menurut criteria itu bersumber pada pemahaman terhadap mengajar. Berangkat dari pengertian tersebut maka di kemukakan sejumlah perangkat kompetensi guru yang telah di kembangkan yaitu :
1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar siswa
2. Membimbing siswa agar mereka dapat mengerti diri mereka sendiri.
3. Menolong siswa mengerti dan mewujudkan nilai-nilai budaya sendiri
4. Berpartisipasi secara efektif dalam segala kegiatan sekolah
5. Membantu memelihara hubungan antara sekolah dan masyarakat
6. Bekerja atas dasar tingkat professional.
 

Penelitian tentang kompetensi personal ini penting sekali sebab pada akhirnya diri pribadi itu sangat memberi warna pada hasil pendidikan kita. Salah satu kemampuan pribadi guru ialah sifat mandiri. Sikap mandiri ini berakar pada kepercayaan diri sendiri. Kebanyakan diantara para guru ada sejenis rasa kurang percaya pada diri sendiri. Bila kepercayaan diri tidak ditumbuh kembangkan akan berakibat sebagai mana hasil penelitian yang di lakukan K.Wiles dimana di kemukakan sejumlah prototype guru antara lain : guru yang malas, guru yang pudar, guru tua, guru yang kurang demokratis, guru yang suka menentang.

0 Response to "ETIKA DAN PROFESI PENDIDIKAN"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close